***
Suasana di rumah sakit pagi ini sangat ramai, tentu saja karena akhirnya Sarah sudah sadar. Kemarin malam, saat Sarah menuju jalan di gang kostan-nya, tiba-tiba saja ia diserang oleh orang yang tidak dikenal. Malam itu, ia berteriak agar orang lain mendengarnya, meski ia ragu ada orang yang lewat pada jam segitu.
Saat Sarah pingsan tak sadarkan diri di gang kostan-nya, sejumlah pemuda warga sana melihatnya dan langsung membawanya ke rumah sakit. Nisa dan Dinda tidak bisa menahan tangis, merasa tidak pantas sebagai sahabat. Saat Sarah dalam kondisi seperti ini, mereka hanya sibuk dengan kencan mereka.
Banyak kesedihan tersirat di hati Nisa dan Dinda. Bagaimana mungkin Sarah, gadis baik itu, mengalami penderitaan seperti ini? Entahlah, mereka tidak bisa memahami mengapa Sarah begitu tabah menghadapinya. Mereka tahu betul bagaimana menderitanya Sarah, tapi Sarah tetap tersenyum menjalani hidupnya yang rumit. Seolah beban di pundak gadis itu tidak ada.
"K
***Langkah kaki terdengar dari balik pintu saat Kevin tiba dengan wajah yang mendominasi. Lelaki itu sering dijuluki sebagai monster berwajah malaikat. Tatapan elangnya yang tajam bisa membuat siapapun merasa ketakutan.Clara dan Andrew sudah menunggu kedatangannya cukup lama."Ada yang bisa saya bantu?" tanya Kevin tegas begitu masuk. Wajahnya menyiratkan ketidakramahan pada mereka.Clara mencoba tersenyum, meskipun sebenarnya ia merasa gugup bertemu langsung dengan pemilik KH Corps. Orang-orang di luar sana benar, Kevin Hadiwajaya adalah lelaki yang berbahaya dan mematikan."Saya ingin menanyakan mengapa perusahaan kami tiba-tiba menghentikan kerja sama dengan KH Corps," ucap Clara, berusaha menenangkan dirinya."Saya yang seharusnya bertanya, apa urusan anda?" balas Kevin tanpa ampun.Clara menahan malu, sedangkan Andrew merasa geram dengan respons kasar lelaki itu."Anda tidak bisa bekerja secara profesional? Apakah karena
***Sudah tiga hari Sarah tidak masuk ke kantor, ia hanya berdiam diri di apartemen milik Kevin. Sarah merasa bosan dan ingin segera kembali bekerja.Apartemen tempat tinggalnya saat ini sangat mewah, sebenarnya ia sangat enggan tinggal di sini, tetapi siapapun tidak bisa menolak permintaan lelaki itu.Sudah dua hari ini Kevin tidak datang menemuinya, hanya Nancy yang selalu menyempatkan diri datang. Nancy mengatakan bahwa pria itu sangat sibuk, dan putrinya Kevin sering protes karena papinya tidak pernah meluangkan waktu untuknya.Sarah melihat ke arah jam, sudah pukul sembilan malam. Akhirnya, ia menyalakan televisi untuk mengusir rasa bosannya. Bermain ponsel sungguh melelahkan matanya.“Aku ini seperti tahanan! Pria itu lama-lama bisa membuatku mati kesepian di sini!” ucap Sarah agak kesal.Pintu apartemen terbuka, dan wajah lelaki yang ia rindukan diam-diam muncul di hadapannya.Kevin tersenyum sangat mempesona. Tentu saja, membuat siapapun akan jatuh cinta padanya, termasuk Sara
***Sarah berdiri di depan cermin, melihat bekas memar dan lingkaran hitam di bawah matanya. Malam sebelumnya, ia tak bisa tidur nyenyak, terus terbayang pelukan Kevin dan bagaimana pria itu memperhatikan bibirnya dengan intens.“Apakah bibirku ini seperti permen jelly di matanya? Aku tidak akan membiarkannya menyentuhnya!” tekad Sarah penuh semangat.Tapi pelukan dan kecupan manis pria itu selalu ia bayangkan, ia sangat menikmati perlakuan lembut dari Kevin. Pria yang sangat menyebalkan itu terkadang berubah sangat lembut dan manis, semua tentang pria itu membuat Sarah terus memikirkannya.“Aku bisa gila kalau otakku isinya dia terus!” gerutu Sarah.Lalu, ia menatap wajahnya di depan cermin. "Aku harus menutup bekas memar dan lingkaran ini dengan riasan. Oke, Sarah, tunjukkan kemampuanmu," serunya pada diri sendiri sambil menatap cermin dengan serius.Sarah sebenarnya sangat mahir dalam merias diri, kemampuannya diak
***Beberapa hari belakangan ini, suasana di kantor sangat sibuk, sehingga Sarah harus keluar kota untuk beberapa hari. Semuanya menjadi serba mendadak, Sarah seharusnya berangkat bersama Nancy, tetapi rencana itu gagal karena Nancy tidak bisa ikut. Alasannya adalah karena anak Nancy sedang sakit. Sarah memahami situasinya, namun ada hal yang tidak dia mengerti, yaitu mengapa Kevin tidak menggantikan Nancy dengan karyawan lain, melainkan hanya membebankan semua pekerjaan padanya.Sudah tiga hari Sarah berada di Bali, namun di Pulau Dewata ini dia hanya sibuk dengan pekerjaannya. Dari pagi hingga sore, dia menghadiri rapat bersama Kevin, dan ketika tiba di hotel, dia tetap terpaku di depan laptopnya. Tentu saja ini menyulitkan baginya, namun dia merasa tak ada pilihan karena Kevin menolak untuk menambahkan karyawan lain sebagai pengganti Nancy.Akhirnya, dia mendapat kesempatan untuk sedikit bersantai, menikmati udara sejuk Pulau Dewata. Sebelum melanjutkan peker
***Hari ini seharusnya Sarah dan Kevin pulang ke Jakarta, tetapi tiba-tiba hanya Kevin yang harus tetap tinggal di Bali. Hal itu di luar rencana, jadi Sarah memutuskan untuk kembali ke Jakarta sendirian. Masih banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan, sementara Kevin tidak akan bisa pulang ke Jakarta dalam waktu dekat.Sarah memejamkan matanya yang tidak terasa mengantuk, terus-menerus mengingat sikap dingin Kevin. Lelaki itu hampir membuatnya gila.Bagaimana bisa dia berubah begitu tiba-tiba, seperti gunung es? Apakah itu karena kehadiran perempuan itu? Perempuan yang dikatakan oleh Hansen sebagai cinta pertama Kevin yang tak pernah terlupakan.Air mata tak terkendali mengalir, tanpa dia sadari. Dia merasakan patah hati yang dalam.Entahlah, Sarah tidak tahu harus bagaimana. Hatinya hancur, Kevin seperti menjadi pusat gravitasi yang terus menariknya."Aku harus meninggalkan apartemen ini, ini terlalu mewah untuk gadis sepertiku, aku tida
***Cinta seharusnya tidak membuat sesak, ia seharusnya seperti udara yang memberikan kehidupan. Jika bersamamu hanya membuatku sulit bernafas, maka lepaskan aku agar hatiku bisa bernapas lega.***Setelah mendengar pengakuan Hansen tentang perasaannya pada Sarah, Kevin tidak bisa tidur dengan nyenyak. Dia memutuskan untuk segera pulang ke Jakarta dengan jet pribadinya. Ia tidak tenang karena takut Sarah tergoda dengan Hansen, gadis mana yang tidak menolak pesona dari si mata biru Hansen? Ia tidak mau Sarah menjadi salah satu gadis yang terjebak dalam pesona pria itu.Meskipun sudah larut malam, Kevin langsung menuju salah satu apartemen pribadinya yang saat ini ditempati Sarah. Waktu tidak lagi menjadi masalah baginya; yang penting adalah bertemu dengan Sarah.Kevin mengetuk pintu kamar Sarah beberapa kali tanpa jawaban, akhirnya dia memutuskan untuk masuk. Namun, kamar itu kosong dan rapi, membuat Kevin semakin gelisah.
***Suasana tampak mencengkam bagi Nancy, apalagi kevin. Pria itu selalu saja marah-marah tidak jelas dan Kevin kembali ke mode panas kali ini. Nancy merasa ada yang berbeda antara kedua anak manusia ini. Ada kekesalan di wajah Sarah dan kemarahan di wajah Kevin. Nancy khawatir hubungan mereka akan merenggang. Padahal, ia berharap Kevin akhirnya menemukan wanita yang benar-benar baik dan tulus padanya. Semoga tidak ada masalah di antara mereka, dan semoga semesta mendekatkan dan menguatkan perasaan di antara mereka. Nancy mendoakan yang terbaik untuk mereka."Sarah, sepertinya anak Mbak mau Mbak cepat pulang. Maaf, Mbak pergi duluan ya," pamit Nancy pada Sarah."Hati-hati, Mbak," jawab Sarah sambil tersenyum.Nancy mengangguk, “Kamu tunggu Pak Kevin sampai selesai saja, ya. Sepertinya mood dia sedang tidak baik.”“Iya, Mbak,” balas Sarah tersenyumSarah merapikan meja kerjanya, masih menunggu Kevin. Sebenarnya, ia tid
***Beberapa hari terakhir, hubungan Sarah dan Kevin mulai membaik. Hal itu membuat suasana hati Kevin juga membaik. Dia tidak lagi marah-marah atau bersikap kasar pada para karyawan. Senyum manis sudah mulai terlihat di bibirnya, tapi senyuman itu hanya berlaku di depan Sarah atau Nancy. Kevin memang tidak mau sembarangan memberikan senyumnya yang berharga pada sembarang orang. Bagi pria itu hanya orang-orang tertentu yang pantas mendapat senyum mahalnya itu.Sejak Kevin untuk sementara tidur di apartemen, Sarah pasti selalu waspada, ia selalu mengunci rapat kamarnya dan Kevin juga tak pernah sembarang masuk ke kamarnya. Sarah merasa lega, tapi tetap selalu berhati-hati. Membayangkan Kevin seorang duda yang merindukan sentuhan perempuan ia merasa agak ngeri dan sering mengunci pintu kamarnya. Meski tahu Kevin tidak akan melangkah lebih jauh, tetap saja, mereka berdua memiliki hasrat. Ia mencintai pria itu, namun ia tetap berdiri dalam batasan, jangan sampai melanggar