Aku ingin kau mengingat kenangan itu, ada kebahagiaan di dalam ingatan yang sejenak kau lupakan. Ada cerita indah yang belum kau baca sampai selesai di buku itu. Aku berharap, kelak saat kau mengingatnya, tidak ada rasa sesal untuk cerita masa lalumu itu.***"Aku cantik, kan?" tanya Zeline, menatap Sarah meminta pendapat wanita itu."Kamu memang sangat cantik," puji Sarah tulus."Ayo, kita berangkat," ajak Zeline.Sarah mengangguk, ia menuntun Shopia dengan erat mengikuti langkah Zeline.Suasana acara pertunangan Zeline dan Bastian begitu romantis di tengah bunga Sakura yang bermekaran. Banyak tamu undangan yang datang. Tangan Sarah terus saja digenggam oleh Kevin.Lelaki itu melirik mesra ke arah Sarah, ia tahu wanita itu sedang terharu melihat Zeline yang tampak bahagia."Jangan menangis, simpan saja buat esok lusa," bisik Kevin.Sarah melirik ke arah Kevin, ia hanya menatap sebal. Bagaimana bisa ia tidak menangis melihat kebahagiaan Zeline, ia tahu awal kisah cinta mereka berdua y
***"Sangat cantik," bisik Hansen menatap wajah Sarah dari jarak dekat. Ia terus menyelusuri setiap inci wajah wanita itu dengan jemarinya."Aku memang gila karena wajah ini. Bukan hanya wajahmu yang membuatku gila, tapi semuanya yang ada pada dirimu membuatku tak waras. Aku senang bisa melihatmu dari jarak seperti ini," ucap Hansen sambil tersenyum puas.Ia menikmati wajah Sarah yang masih tertidur. Hansen ingin melihat wajah indah Sarah ketika wanita itu terbangun. Ia hanya ingin, saat Sarah membuka mata, dirinya lah yang dilihat pertama kali oleh wanita itu.Sarah membuka matanya dengan berat, kepalanya masih terasa pusing. Saat ia membuka mata, ada senyum yang menyambutnya. Senyum itu membuatnya merasa ketakutan.Sarah masih terdiam dan terpaku, ia merasa ini hanyalah mimpi. Matanya berkali-kali ia kucek. Nyata! Lelaki itu memang ada di hadapannya kali ini."Pujaanku, akhirnya kamu terbangun dari tidur panjangmu," sapa Hansen sambil memainkan jemarinya di wajah Sarah.Sarah tersen
***Sean melacak sinyal terakhir keberadaan Sarah, terus mengamati pergerakan di mana adiknya terakhir menghilang. Sean mengerti mengapa alat pelacak tubuh Sarah tidak berfungsi lagi; Hansen telah membuat sinyalnya menjadi kacau.“Sudah tahu di mana Sarah dibawa?” tanya Kevin.“Sinyalnya menghilang, Tuan. Tapi saya yakin dia dibawa ke tempat yang sunyi. Saya kira Nona Sarah masih berada di Kota Shinjuku,” jawab Sean.“Aku bersumpah, tidak akan pernah memaafkannya jika Sarah terluka,” kata Kevin geram.“Tapi, Tuan, kita harus hati-hati. Sepertinya dia memiliki orang-orang yang hebat juga. Buktinya, kita bisa lengah,” ucap Sean.“Aku percaya kemampuanmu, Sean. Mereka tak sehebat dirimu. Buktinya, kamu bisa melacak keberadaan mereka,” puji Kevin dengan tulus.“Ini berkat dukungan Ojisan dan kelompoknya juga, Tuan,” Sean merendah.“Kalian memang hebat,” tandas Kevin.Sean akhirnya mengetahui di mana keberadaan Sarah. Wajahnya memancarkan rasa puas karena tidak perlu waktu lama untuk menem
***“Kamu tidak akan pernah bisa membawa Sarah! Tempat ini bukan daerah kekuasaanmu,” tandas Hansen, meremehkan Sean.“Benarkah?” ledek Sean, tawanya meledak lagi. “Kamu sepertinya tak mengerti dengan bahasaku. Kamu lupa dengan ancamanku waktu itu? Kali ini aku tak akan main-main. Kamu telah mengusik kebahagiaan adikku, maka aku pastikan akan merusak berkali-kali lipat kebahagiaanmu!” ancam Sean.“Kau tak akan pernah merusak kebahagiaanku karena saat ini kau ada dalam jebakanku,” Hansen menggertak.Sean tak pernah takut dengan ancaman siapa pun.Tanpa pikir panjang, Hansen mengeluarkan senjata api dan mengarahkannya pada Sean. “Jika kamu ingin selamat dari tempat ini, maka serahkan Sarah padaku!”Sean tertawa mendengarnya. Dengan sorot mata yang tajam, ia berkata, “Menyerahkan adikku padamu? Sampai matipun, aku tak akan pernah ikhlas. Adikku terlalu berharga untuk kau dapatkan.”“Kamu bicara omong kosong!” geram Hansen, lalu ia menarik pelatuk senjata api itu. Dengan cekatan, Sean mel
Jika memang Tuhan melukis garis takdir seperti ini, aku tak akan pernah bisa menentang kehendak-Nya. Aku tak akan pernah melupakan segala cinta yang mereka hadiahkan untukku. Bagiku, cinta mereka adalah kado paling indah dari Sang Maha Kuasa. Jika memang, aku harus pergi. Izinkan aku untuk terakhir kalinya memberi senyuman perpisahan agar mereka baik-baik saja tanpaku.***Sean melihat Sarah sedang tertidur di belakang kemudi, kepala wanita itu disandarkan ke bahu kanan Kevin. Sean tersenyum melihat Sarah kembali pada lelaki yang dicintainya. Ia akan memberikan segalanya untuk kebahagiaan Sarah.“Sean, besok aku ingin melakukan akad pada pagi hari dengan cepat, aku tak mau menunggu terlalu lama,” perintah Kevin.Sean tertegun sejenak. Seharusnya ia yang menikahkan dan menjadi wali untuk adiknya karena ia masih hidup dan merupakan kakak kandungnya. Sean ingin sekali menjadi saksi dan mengantarkan adiknya ke gerbang akad. Tapi, apa daya. Ia harus menutupi identitasnya. Ia tak mau jika p
***“Kak, nanti kalau Harumi sudah besar, apa bisa secantik ibu?""Kamu akan secantik Ibu. Nanti Kakak akan melindungimu sampai dewasa dan Kakak akan menghajar siapa saja yang menyakitimu.""Harumi, Yuta! Ayo, kalian bersiap-siap. Sebentar lagi kita berangkat," pekik Ibu."Ayah, Ibu. Bagaimana kalau Yuta besok saja menyusul?" tanya Yuta."Kenapa?" tanya Ayah."Rahasia," jawab Yuta sambil tertawa. "Biar Bryan yang ikut," lanjutnya.Di dalam mobil, mereka terus saja bernyanyi dan bersenda gurau. Saat melewati jalanan yang sepi, fungsi rem tidak berfungsi, membuat sang pengemudi panik.Mobil menabrak pembatas. Mereka yang ada di dalam mobil berteriak. Ibu yang duduk di belakang bersama Harumi, langsung membuka pintu mobil dan mendorong Harumi keluar. Seketika itu juga, mobil meledak, membuat Harumi yang berguling berteriak memanggil nama Ayah, Ibu, dan Kakaknya.Kejadian flashback itu membuat Sarah, yang saat ini juga sedang mengalami hal serupa, menangis. Ia mengingat kenangan itu—ia ad
***Sudah dua hari Sarah masih di ruang ICU. Dokter yang menanganinya menjelaskan bahwa terdapat cedera berat di kepala Sarah. Isamu terus meminta dokter di sana agar memberikan perawatan terbaik untuk Sarah. Ia bahkan tidak peduli dengan biaya yang harus dikeluarkan. Berapapun biayanya, ia tidak peduli. Sarah harus segera sadar!Isamu berbincang dengan Bastian, dan Kevin yang kebetulan sedang berjalan-jalan ke luar ruangan bersama Zeline mendengar kondisi Sarah yang sebenarnya. Kevin langsung menghampiri Isamu. “Apa benar yang Ojisan katakan barusan? Apa Sarah sampai saat ini belum sadarkan diri?” tanyanya berusaha tenang.Isamu tidak bisa menjawabnya langsung, hanya melirik ke arah Bastian, menyiratkan bahwa Bastian lah yang harus menjelaskan semuanya pada Kevin.“Tapi Dokter sudah melakukan yang terbaik. Pasti Sarah akan segera sadar,” balas Bastian menenangkan.“Kalian membohongiku!” Kevin kecewa dan pergi begitu saja meninggalkan mereka.Kevin terus menatap dengan tatapan kosong
***Nisa menatap Sean dengan lembut dan menuntunnya untuk berbaring di atas ranjang rumah sakit. Sean hanya terdiam, tidak banyak bicara. Matanya terlihat sayu. Nisa baru menyadari, bahwa di balik wajah lelaki yang dingin itu tersimpan banyak kerapuhan.“Mau makan?” tawar Nisa dengan lembut.Sean menggeleng lemah, tetapi Nisa tidak menyerah. Dia mengambil piring berisi nasi dan lauk, duduk di tepi ranjang, lalu menyodorkan sendok ke arah mulut Sean.Sean kesal, “Aku sudah bilang, aku tidak mau makan.”“Kapan kamu bilang begitu? Aku tidak mendengar apa-apa,” balas Nisa dengan santai.Sean menghela napas pendek. Perempuan itu benar, dia memang tidak bicara tadi. Mau tidak mau, akhirnya dia membiarkan Nisa menyuapinya.Nisa tersenyum puas ketika makanannya habis tanpa sisa. Dia kemudian menyodorkan segelas air putih pada Sean. “Kamu sudah makan. Nanti lima belas menit lagi minum obat. Kamu harus istirahat setelah minum obat. Aku harus pergi,” ucap Nisa.“Kamu mau ke mana?” tanya Sean.“A