***"Sangat cantik," bisik Hansen menatap wajah Sarah dari jarak dekat. Ia terus menyelusuri setiap inci wajah wanita itu dengan jemarinya."Aku memang gila karena wajah ini. Bukan hanya wajahmu yang membuatku gila, tapi semuanya yang ada pada dirimu membuatku tak waras. Aku senang bisa melihatmu dari jarak seperti ini," ucap Hansen sambil tersenyum puas.Ia menikmati wajah Sarah yang masih tertidur. Hansen ingin melihat wajah indah Sarah ketika wanita itu terbangun. Ia hanya ingin, saat Sarah membuka mata, dirinya lah yang dilihat pertama kali oleh wanita itu.Sarah membuka matanya dengan berat, kepalanya masih terasa pusing. Saat ia membuka mata, ada senyum yang menyambutnya. Senyum itu membuatnya merasa ketakutan.Sarah masih terdiam dan terpaku, ia merasa ini hanyalah mimpi. Matanya berkali-kali ia kucek. Nyata! Lelaki itu memang ada di hadapannya kali ini."Pujaanku, akhirnya kamu terbangun dari tidur panjangmu," sapa Hansen sambil memainkan jemarinya di wajah Sarah.Sarah tersen
***Sean melacak sinyal terakhir keberadaan Sarah, terus mengamati pergerakan di mana adiknya terakhir menghilang. Sean mengerti mengapa alat pelacak tubuh Sarah tidak berfungsi lagi; Hansen telah membuat sinyalnya menjadi kacau.“Sudah tahu di mana Sarah dibawa?” tanya Kevin.“Sinyalnya menghilang, Tuan. Tapi saya yakin dia dibawa ke tempat yang sunyi. Saya kira Nona Sarah masih berada di Kota Shinjuku,” jawab Sean.“Aku bersumpah, tidak akan pernah memaafkannya jika Sarah terluka,” kata Kevin geram.“Tapi, Tuan, kita harus hati-hati. Sepertinya dia memiliki orang-orang yang hebat juga. Buktinya, kita bisa lengah,” ucap Sean.“Aku percaya kemampuanmu, Sean. Mereka tak sehebat dirimu. Buktinya, kamu bisa melacak keberadaan mereka,” puji Kevin dengan tulus.“Ini berkat dukungan Ojisan dan kelompoknya juga, Tuan,” Sean merendah.“Kalian memang hebat,” tandas Kevin.Sean akhirnya mengetahui di mana keberadaan Sarah. Wajahnya memancarkan rasa puas karena tidak perlu waktu lama untuk menem
***“Kamu tidak akan pernah bisa membawa Sarah! Tempat ini bukan daerah kekuasaanmu,” tandas Hansen, meremehkan Sean.“Benarkah?” ledek Sean, tawanya meledak lagi. “Kamu sepertinya tak mengerti dengan bahasaku. Kamu lupa dengan ancamanku waktu itu? Kali ini aku tak akan main-main. Kamu telah mengusik kebahagiaan adikku, maka aku pastikan akan merusak berkali-kali lipat kebahagiaanmu!” ancam Sean.“Kau tak akan pernah merusak kebahagiaanku karena saat ini kau ada dalam jebakanku,” Hansen menggertak.Sean tak pernah takut dengan ancaman siapa pun.Tanpa pikir panjang, Hansen mengeluarkan senjata api dan mengarahkannya pada Sean. “Jika kamu ingin selamat dari tempat ini, maka serahkan Sarah padaku!”Sean tertawa mendengarnya. Dengan sorot mata yang tajam, ia berkata, “Menyerahkan adikku padamu? Sampai matipun, aku tak akan pernah ikhlas. Adikku terlalu berharga untuk kau dapatkan.”“Kamu bicara omong kosong!” geram Hansen, lalu ia menarik pelatuk senjata api itu. Dengan cekatan, Sean mel
Jika memang Tuhan melukis garis takdir seperti ini, aku tak akan pernah bisa menentang kehendak-Nya. Aku tak akan pernah melupakan segala cinta yang mereka hadiahkan untukku. Bagiku, cinta mereka adalah kado paling indah dari Sang Maha Kuasa. Jika memang, aku harus pergi. Izinkan aku untuk terakhir kalinya memberi senyuman perpisahan agar mereka baik-baik saja tanpaku.***Sean melihat Sarah sedang tertidur di belakang kemudi, kepala wanita itu disandarkan ke bahu kanan Kevin. Sean tersenyum melihat Sarah kembali pada lelaki yang dicintainya. Ia akan memberikan segalanya untuk kebahagiaan Sarah.“Sean, besok aku ingin melakukan akad pada pagi hari dengan cepat, aku tak mau menunggu terlalu lama,” perintah Kevin.Sean tertegun sejenak. Seharusnya ia yang menikahkan dan menjadi wali untuk adiknya karena ia masih hidup dan merupakan kakak kandungnya. Sean ingin sekali menjadi saksi dan mengantarkan adiknya ke gerbang akad. Tapi, apa daya. Ia harus menutupi identitasnya. Ia tak mau jika p
***“Kak, nanti kalau Harumi sudah besar, apa bisa secantik ibu?""Kamu akan secantik Ibu. Nanti Kakak akan melindungimu sampai dewasa dan Kakak akan menghajar siapa saja yang menyakitimu.""Harumi, Yuta! Ayo, kalian bersiap-siap. Sebentar lagi kita berangkat," pekik Ibu."Ayah, Ibu. Bagaimana kalau Yuta besok saja menyusul?" tanya Yuta."Kenapa?" tanya Ayah."Rahasia," jawab Yuta sambil tertawa. "Biar Bryan yang ikut," lanjutnya.Di dalam mobil, mereka terus saja bernyanyi dan bersenda gurau. Saat melewati jalanan yang sepi, fungsi rem tidak berfungsi, membuat sang pengemudi panik.Mobil menabrak pembatas. Mereka yang ada di dalam mobil berteriak. Ibu yang duduk di belakang bersama Harumi, langsung membuka pintu mobil dan mendorong Harumi keluar. Seketika itu juga, mobil meledak, membuat Harumi yang berguling berteriak memanggil nama Ayah, Ibu, dan Kakaknya.Kejadian flashback itu membuat Sarah, yang saat ini juga sedang mengalami hal serupa, menangis. Ia mengingat kenangan itu—ia ad
***Sudah dua hari Sarah masih di ruang ICU. Dokter yang menanganinya menjelaskan bahwa terdapat cedera berat di kepala Sarah. Isamu terus meminta dokter di sana agar memberikan perawatan terbaik untuk Sarah. Ia bahkan tidak peduli dengan biaya yang harus dikeluarkan. Berapapun biayanya, ia tidak peduli. Sarah harus segera sadar!Isamu berbincang dengan Bastian, dan Kevin yang kebetulan sedang berjalan-jalan ke luar ruangan bersama Zeline mendengar kondisi Sarah yang sebenarnya. Kevin langsung menghampiri Isamu. “Apa benar yang Ojisan katakan barusan? Apa Sarah sampai saat ini belum sadarkan diri?” tanyanya berusaha tenang.Isamu tidak bisa menjawabnya langsung, hanya melirik ke arah Bastian, menyiratkan bahwa Bastian lah yang harus menjelaskan semuanya pada Kevin.“Tapi Dokter sudah melakukan yang terbaik. Pasti Sarah akan segera sadar,” balas Bastian menenangkan.“Kalian membohongiku!” Kevin kecewa dan pergi begitu saja meninggalkan mereka.Kevin terus menatap dengan tatapan kosong
***Nisa menatap Sean dengan lembut dan menuntunnya untuk berbaring di atas ranjang rumah sakit. Sean hanya terdiam, tidak banyak bicara. Matanya terlihat sayu. Nisa baru menyadari, bahwa di balik wajah lelaki yang dingin itu tersimpan banyak kerapuhan.“Mau makan?” tawar Nisa dengan lembut.Sean menggeleng lemah, tetapi Nisa tidak menyerah. Dia mengambil piring berisi nasi dan lauk, duduk di tepi ranjang, lalu menyodorkan sendok ke arah mulut Sean.Sean kesal, “Aku sudah bilang, aku tidak mau makan.”“Kapan kamu bilang begitu? Aku tidak mendengar apa-apa,” balas Nisa dengan santai.Sean menghela napas pendek. Perempuan itu benar, dia memang tidak bicara tadi. Mau tidak mau, akhirnya dia membiarkan Nisa menyuapinya.Nisa tersenyum puas ketika makanannya habis tanpa sisa. Dia kemudian menyodorkan segelas air putih pada Sean. “Kamu sudah makan. Nanti lima belas menit lagi minum obat. Kamu harus istirahat setelah minum obat. Aku harus pergi,” ucap Nisa.“Kamu mau ke mana?” tanya Sean.“A
***"Sarah sudah sadar dari koma," ucap Zeline dengan wajah bahagia."Benarkah? Kakak mau lihat dia," kata Kevin berusaha turun dari ranjang rumah sakit."Belum boleh dijenguk, Kak. Sarah masih dipindahkan ke ruang intensif dulu. Masih dalam pengawasan dokter," cegah Zeline."Benar, dia harus diperiksa dulu. Akhirnya dia bangun, menepati janjinya," kata Kevin dengan senyum.Sementara itu, di kamar perawatan Sean, lelaki itu sangat bahagia ketika mendengar berita bahwa Sarah sudah sadar dari koma. Ia menangis haru dan Nisa memeluknya dengan hangat."Aku sudah bilang kan, dia itu gadis hebat dan sekarang dia sudah bangun," ujar Nisa lembut, menahan rasa haru."Nanti setelah dia diizinkan untuk dijenguk, kita ke sana untuk melihatnya," ucap Nisa."Jangan beri tahu dia dulu tentang masalah ini," perintah Sean."Kenapa? Bukankah kamu bilang saat Sarah sadar akan langsung memeluknya erat dan mengatakan bahwa kamu adalah Kakaknya?" tanya Nisa."Sementara ini jangan dulu. Aku tidak mau membua
***Akhirnya, Sarah melahirkan anak pertamanya setelah menahan kontraksi selama dua belas jam. Anak pertamanya lahir tentu dengan drama, di mana Kevin selalu dibentak dan rambutnya dijambak oleh Sarah ketika menahan rasa sakit kontraksi. Namun, perjuangan Kevin tak sebanding dengan perjuangan istrinya yang melahirkan anaknya dengan selamat ke dunia. Anak laki-lakinya sangat cantik, meskipun jenis kelaminnya adalah laki-laki. Wajah bayi laki-laki itu, meskipun kata orang pasti akan berubah-ubah, sangat mirip dengan Sarah.“Ini Adiknya Kakak, Pi?” tanya Shopia dengan takjub.“Iya, Kak. Bagaimana? Kakak sayang enggak sama Adik bayi?” Kevin bertanya balik.Shopia langsung mengangguk cepat. “Tentu saja, sangat sayang. Tapi, ini Adik bayinya perempuan, yah?” tanya Shopia.“Laki-laki dong,” sahut Kevin.“Kalau laki-laki, kenapa Adik bayinya cantik?” tanya Shopia heran.“Karena
***"Kamu mau konsep resepsi yang bagaimana?" tanya Zeline pada Nisa."Aku bingung," balas Nisa."Loh, kok bingung?" Zeline menatap Nisa yang sedang bimbang.Nisa menghela napasnya. "Aku bingung, ini seperti mimpi. Aku takut saja, bahwa saat ini aku sedang tertidur," ungkap Nisa.Zeline menghembuskan napasnya. "Ini bukan mimpi! Dan kamu juga tidak sedang tertidur. Sebulan lagi kalian akan menikah, kan?" tanyanya."Kami memutuskan akan menikah setelah Sarah melahirkan saja, mungkin setelah anak Sarah sudah berumur tiga bulan, baru kami akan menikah," jawab Nisa."Kenapa harus menunggu anak Sarah berusia tiga bulan?""Aku yang mau. Aku enggak mau membuat Sean dan Sarah kecapean mengurus pernikahanku. Apalagi Sarah, dia sangat antusias dan ingin menyiapkan segalanya untukku. Lagian juga, Sean masih harus berjuang dengan proyek-proyeknya yang belum goal. Aku tidak ingin membuat konsentrasinya jadi pecah.""Kan bisa akad dulu
***Sarah melihat suaminya hanya diam saja dari tadi. Kevin memang sangat cemburu saat tadi Hansen dengan sengaja memujinya di depan lelaki itu. Wajah suaminya langsung muram dan tidak mengatakan satu patah kata pun.Setelah sampai di kamar, Kevin langsung mengganti bajunya dengan piyama dan tidur tanpa bicara apa pun. Sarah hanya bengong, menatap suaminya yang langsung tertidur tanpa melakukan ritual setiap mau tidur. Biasanya, Kevin selalu mengajak ngobrol janin yang ada dalam perutnya, menceritakan harinya, dan selalu memeluknya serta menunggunya sampai terlelap.Sarah menggelengkan kepalanya. Cemburu suaminya itu memang tidak pernah berubah, seperti anak kecil. Sarah mencuci kaki, tangan, dan juga membersihkan wajahnya. Setelah mengganti bajunya dengan gaun tidur, ia berbaring di sebelah Kevin yang posisinya membelakanginya.Sarah mengelus punggung Kevin. “Hubby, masa gitu aja cemburu sih. Tadi kan Hansen bercanda aja,” ucap Sarah memulai
***Setelah melaksanakan resepsi pernikahan yang sangat megah, Zeline dan Bastian mengadakan pesta kebun yang sangat privat. Hanya keluarga dan teman dekat yang menghadirinya, karena pesta ini bertujuan untuk saling bertemu setelah masing-masing sibuk dengan urusan masing-masing.Shopia tidak ikut karena sedang menginap di rumah sahabatnya, Yonna. Setelah berkenalan dengan teman barunya itu, Shopia menjadi lebih rajin belajar. Ketika Shopia mengatakan akan menginap di rumah Yonna, Kevin dan Sarah tentu saja mengizinkannya.“Shopia tumben akrab sama temannya?” tanya Nisa.“Teman baru di sekolahnya. Anaknya asyik dan pintar, jadi Shopia senang akhirnya bisa punya sahabat,” balas Sarah.“Bagaimana kandunganmu? Bayinya sebentar lagi mau launching, jadi enggak sabar,” seru Nisa.“Perkembangannya sangat baik. Aku deg-degan memang mau melahirkan, agak takut. Aku takut nanti bisa melahirkan atau tidak,&rdquo
***Usia kandungan Sarah sudah menginjak tujuh bulan, perutnya semakin membesar dan sudah mulai kelihatan. Ia sudah mulai sulit untuk tidur. Kevin selalu menuruti apa yang diinginkan oleh Sarah, apalagi Shopia. Anak kecil itu selalu memijit kepala Bundanya."Perutmu semakin besar, tapi badanmu tetap kecil," ucap Zeline."Memang tadinya aku kecil kan, ini naik juga kok berat badanku. Naik delapan kilo," kata Sarah."Aku ingin hamil juga, sudah dua bulan tapi belum juga ada tanda-tanda. Malah saat ini aku lagi datang tamu bulanan. Jadi aku sedih," lirih Zeline."Duh, kamu yah. Baru juga dua bulan. Lihat banyak pasangan yang belasan tahun pun masih menanti. Mereka tetap bersyukur dan sabar menantinya. Jangan banyak pikiran, nanti jadi sugesti loh," kata Sarah."Bukannya aku tidak mau bersyukur, tapi sedih sih saat aku ketemu teman dan kerabat, terus mereka bilang, 'Kamu sudah isi belum?' atau 'Kok belum isi sih, sudah dua bulan belum ada kabar
***Hari yang ditunggu akhirnya tiba juga. Hari ini, Zeline akan memulai babak awal dalam kehidupannya. Hari ini, Bastian akan mengucap janji pada Tuhan untuk mengikatnya. Zeline sangat cantik, meski polesan riasannya sangat sederhana tapi tidak melunturkan aura bahagianya itu.Sarah dan Nisa yang akan menjadi pendamping Zeline. Sarah tersenyum melihat kegugupan adik iparnya itu, mengingat perasaan yang sama saat di Jepang. Namun, dulu ia melaksanakan akad di ranjang rumah sakit.“Jangan terlalu gugup,” ucap Sarah.Zeline mengangguk. “Aku sangat terharu. Aku akan menjadi seorang istri dalam beberapa menit lagi.”“Dan kamu akan menuai pahala setelah menjadi seorang istri,” timpal Sarah.“Babak baru dalam hidupku saat ini telah dimulai,” ujar Zeline penuh semangat. Mereka bertiga saling merangkul dengan haru.***Setelah akad diucapkan dengan lancar, yang otomatis membuat Bastian da
***Sarah akhirnya bisa tersenyum dengan senang ketika suaminya memenuhi keinginannya yang sedang ngidam. Tanpa Sarah ketahui, ternyata Kevin langsung menghubungi kenalannya di Bandung dan meminta secara khusus pada manajemen bubur ayam Mang Haji Oyo untuk membuatkan bubur ayam untuk istrinya.Setelah permintaannya disanggupi, akhirnya Sarah dan Kevin berangkat ke Bandung jam dua dini hari, waktu di mana sebagian besar orang terlelap. Kevin dan Sarah tiba di Bandung dalam waktu kurang lebih tiga jam. Sungguh tidak pernah terpikir oleh Kevin untuk jauh-jauh datang ke Bandung hanya demi bubur ayam. Semua ini demi istrinya, demi memenuhi ngidamnya, dan juga karena ia sudah berjanji. Kevin menatap istrinya yang makan dengan lahap, menghabiskan empat mangkok bubur ayam.Sarah merasa senang karena perutnya akhirnya kenyang.“Terima kasih, Hubby. Sudah memenuhi keinginanku dan dedek bayi di dalam perut,” ucap Sarah manja.“Kan aku sudah
***Sarah melihat kecemburuan di wajah Sean. Ia tersenyum, merasa senang karena baru kali ini melihat wajah kakaknya yang seperti tomat. Jelas terlihat, sebab Sean memiliki kulit seputih susu.“Kakak cemburu, ya?” tanya Sarah sambil tertawa kecil.“Enggak juga. Kakak hanya sebal sama lelaki itu!” jawab Sean pura-pura tenang.“Masa sih? Kok aku enggak percaya, ya?” timpal Sarah.“Kakak enggak suka lihat lelaki genit.”Sarah tersenyum lagi, merasa gemas karena kakaknya tidak mengakui bahwa dirinya sedang cemburu. “Kak, kalau cemburu bilang saja, jangan malu!”“Siapa yang cemburu? Kakak enggak pernah cemburu, itu hanya untuk laki-laki yang putus asa,” bela Sean.“Ah! Kata siapa? Cemburu itu tanda cinta loh. Memang jangan terlalu cemburu, tapi cinta akan bekerja jika ada rasa cemburu. Tanpa cemburu, cinta terasa membosankan dan hambar.”Sean
***Hari ini, Nisa menemani Sarah seharian. Mood sahabatnya itu luar biasa berubah. Bukan hanya suaminya yang kewalahan menghadapi sifat Sarah saat hamil, tetapi Nisa juga harus sabar dan membenarkan apa yang diyakini sahabatnya. Prinsip Nisa saat ini adalah jangan pernah membantah Sarah jika ingin semuanya baik-baik saja.Usia kehamilan Sarah sudah hampir memasuki lima bulan. Waktu terasa sangat cepat berlalu. Selama itu juga, perasaan Nisa terhadap Sean semakin memuncak, meski terkadang ada satu titik di mana ia merasa ragu pada dirinya sendiri. Masa lalunya yang rumit membuatnya merasa tidak percaya diri dan tidak pantas berada di sisi lelaki itu.Nisa terkejut melihat porsi makan Sarah yang meningkat tiga kali lipat. Awal kehamilan, sahabatnya itu malah sulit makan. Tetapi sekarang, semua makanan terus dicicipi Sarah.“Wah, Adek bayi kayaknya senang kalau Bundanya makan ini,” seru Sarah bersemangat.“Jangan kebanyakan dong! In