***Akhirnya, Sarah bisa tidur nyenyak di apartemennya. Beberapa hari terakhir di rumah sakit terasa seperti penjara baginya. Makanan yang tak menggugah selera dan jarum infus yang menyebalkan. Belum lagi obat-obatan yang harus dikonsumsinya sangat banyak, padahal ia hanya mengalami luka memar.Hari ini, Sarah memutuskan untuk istirahat seharian. Sebenarnya, ia ingin masuk kerja besok, tetapi Zeline menolaknya dengan keras. Semua persediaan makanan pun banyak. Jika Sarah ingin makan apa pun, tinggal bilang ke Sean.Sean seperti asisten multifungsi yang selalu siap dua puluh empat jam untuknya.Ponsel wanita itu berdering. Ia mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menghubunginya.“Halo.”“Sayang, kamu sudah sampai, kan?” tanya Kevin.“Iya. Aku sedang istirahat sekarang,” balas Sarah.“Sayang, kamu hari ini jangan lihat apa pun di gadget dan jangan menonton televisi!” pinta Kevin.“Lah, kenapa?” tanya Sarah.“Kamu harus fokus untuk kesembuhanmu. Istirahat, ya!” kata Kevin.“Aku kan cuma
***Reva dan Widodo sedang menikmati kemenangan mereka, sangat senang dengan pemberitaan media yang merusak citra Kevin. Widodo sudah tak sabar menanti proyek real estate di Singapura yang akan jatuh ke tangannya jika Kevin terbukti melakukan penggelapan pajak negara."Aku tak sabar duduk di kursi CEO," ucap Widodo."Sabar, jika hari ini Kevin terbukti menggelapkan pajak dan merugikan negara, maka jika nanti diadakan rapat dadakan oleh jajaran direksi, otomatis kamu yang akan menggantikannya," kata Reva penuh percaya diri."Akhirnya kita bisa menyingkirkan anak bawang itu dengan mudah," seru Widodo sangat senang."Sekalian kita menambah penderitaannya dengan membuat kekasihnya ikut hancur," Reva berseringai puas."Aku juga ingin mencicipi gadis itu, aku suka dengannya saat ia menjadi asisten anak bawang itu," seru Widodo."Ambil lah! Kalau perlu, aku akan membantumu agar kekasihnya itu bisa kamu dapatkan," Reva menawarkan."Kamu memang partner yang luar biasa! Aku beruntung bekerja sa
***Kevin terus tersenyum menatap Sarah yang sibuk menyiapkan sarapan untuknya. Pemandangan indah ini ingin segera ia wujudkan; ia harus mempercepatnya karena publik akhirnya sudah tahu siapa calon istrinya. Semalam mereka berdebat hingga larut malam ketika Kevin meminta tidur satu kamar dengan Sarah. Gadis itu menolaknya, meskipun Kevin tidak pernah melakukan hal yang tidak pantas meski berduaan di dalam kamar. Namun, Sarah tetap menolaknya dengan alasan bahwa siapa pun bisa khilaf. Itulah cara Sarah untuk menolaknya. Ia hanya ingin menguji wanita itu dan Sarah memang memegang prinsip yang sangat jarang ditemui di zaman modern seperti ini.Kevin tidak khawatir tentang hubungannya dengan Sarah, tapi ada satu hal yang ia takutkan: keraguan Sarah terhadapnya, terhadap hubungan mereka. Ia tidak ingin keraguan itu terus menghantui keberlangsungan hubungan mereka."Sayang," panggil Sarah dengan senyum manisnya. "Ayo, kita makan!" ajaknya.Kevin menghampiri Sarah dan duduk bersama."Aku mer
***Kevin menatap Bastian dan Zeline yang duduk di depannya dengan curiga. Tatapan mereka berbeda, ada sesuatu yang berubah di antara keduanya.Berbeda dengan Sarah yang merasa senang dan gemas melihat mereka bersama. Ia bahagia kedua manusia yang saling memendam rasa itu akhirnya jujur satu sama lain."Terima kasih, kamu sudah menjawab pertanyaan wartawan yang seharusnya aku yang menjawab," ucap Sarah memecah keheningan."Aku atasanmu sekaligus calon adik iparmu, jadi aku harus pasang badan untukmu," kata Zeline tulus."Tapi aku sebal tadi, pertanyaan mereka sepertinya sudah dipesan," lanjut Zeline."Pasti ada orang di balik mereka! Kakak sudah menghancurkan mereka yang memfitnah Sarah kemarin," tambah Kevin."Benar! Pasti itu orang yang tak senang dan iri karena kamu muncul di publik sebagai kekasih Kakakku. Jangan khawatir. Selama ada aku dan Kak Kevin, semuanya akan baik-baik saja!" janji Zeline."Kalian tenang saja, aku tidak akan pernah peduli dengan cibiran mereka," kata Sarah
***Hansen menatap layar televisi dengan tatapan nanar, senyum tersungging di bibirnya. Rasa sesak dan kecewa memenuhi hatinya beberapa hari ini. Di semua media, berita tentang Kevin dan Sarah mendominasi. Saat ini, ia melihat wajah Sarah yang begitu cantik di layar, menambah rasa rindunya yang semakin sulit dikendalikan.Hansen ingin menemui wanita itu, tapi ia tak bisa melakukannya dengan mudah seperti dulu. Publik sudah tahu identitas Sarah sebagai kekasih Kevin Hadiwajaya. Hansen tak ingin menyulitkan Sarah dan membuatnya mendapat komentar kebencian hanya karena egonya. Ia membiarkan televisi tetap menyala, memberitakan hubungan asmara antara Kevin dan Sarah. Bagi sebagian orang yang patah hati, mungkin lebih baik tidak melihat berita yang berkaitan dengan orang yang membuat hati kita terluka. Namun, Hansen memilih untuk tidak marah hanya karena sebuah berita.Hari ini, ia hampir lupa ada janji dengan Olivia, jika ia tidak membaca pesan dari wanita itu yang saat ini sedang menungg
***Rapat pemegang saham dengan jajaran para direksi telah mencapai kesepakatan, mereka memutuskan memecat Widodo sebagai wakil CEO setelah Widodo terbukti menggelapkan pajak dan melakukan manipulasi keuangan perusahaan. Para direksi memilih Richard untuk menggantikan posisi Widodo. Hal itu sesuai dengan perkiraan Kevin. Ia tersenyum puas, merasa ini adalah titik awal untuk menghancurkan Reva dan semua kelicikannya."Selamat, Richard. Akhirnya kamu menjadi wakil CEO," ucap Kevin memberi selamat."Ini berkat anda, Tuan," balas Richard."No! Jangan panggil Tuan. Panggil saja nama saja, kamu adalah salah satu tangan kanan saya yang paling saya percaya.""Tapi saya tak bisa memanggil anda dengan sebutan nama. Saya menghormati anda dan anda adalah panutan saya," sekali lagi Richard memuji Kevin.Kevin tertawa, lalu menepuk bahu Richard, bangga dengan kinerjanya. "Minggu depan, saya akan stay di Singapura. Saya hanya akan kembali ke Indonesia setiap weekend, jadi urusan di sini saya percaya
***Entah kenapa, hari ini Kevin tampak gelisah. Sarah bisa menangkap kegelisahan lelaki itu dari sikap dan obrolannya yang tidak fokus. Lelaki itu tampak seperti sedang memikirkan sesuatu."Ada yang ingin kamu bicarakan?" tanya Sarah akhirnya, tak sabar melihat kegelisahan di wajah Kevin."Kan kita ini lagi bicara," jawab Kevin dengan santai.Sarah menggeleng. Bukan itu yang ingin ia dengar dari Kevin. "Apa kamu mau bicara hal serius denganku? Dari tadi kamu tak fokus saat bicara, seperti ada sesuatu yang sedang kamu pikirkan.""Iya. Aku memang sedang memikirkanmu," ucap Kevin, mengulas senyum termanisnya."Jangan berbohong padaku!" kesal Sarah. Pipi Sarah mengembung, menunjukkan rasa sebalnya.Kevin menarik napas panjang, lalu ia menggenggam erat tangan Sarah dan berkata, "Ya, memang ada hal yang mengganjal pikiranku. Aku tahu pasti nanti kamu kecewa lagi," ucapnya pelan.Sarah menatap Kevin. "Hal apa?" tanyanya, menuntut penjelasan."Kalau akhir pekan depan aku tak jadi pergi denga
***“Wartawan itu sungguh membuatku pusing,” keluh Sarah, menyandarkan tubuhnya di kursi mobil sebelah kemudi. “Aku harus kembali ke masa kecil lagi, bermain petak umpet! Kamu tahu, Sean, saat aku pertama kali datang ke panti, aku dikucilkan karena wajah cantik dan kulit putih bersihku membuat mereka sebal,” kata wanita itu dengan percaya diri.Lalu Sarah melanjutkan, “Akhirnya aku menjadi boss saat kecil di panti. Ketika aku selalu menang di petak umpet dan lomba lari, mereka mengidolakanku. Katanya, aku itu bagai boneka cantik yang tangguh,” ujarnya bangga.Sarah terus berbicara tanpa henti. Sean setia mendengarkan wanita itu yang terus meracau. Suaranya membuatnya bahagia. Entah mengapa, hanya dengan mendengar suaranya, Sean selalu merindukannya. Apa boleh ia merasakan hal itu kali ini?“Sean, apa kamu mempunyai orang tua dan keluarga?” tanya Sarah.“Saya punya orang tua dan juga satu kakak laki-laki serta satu adik perempuan,” jawab Sean.“Pasti bahagia mempunyai keluarga,” Sarah