“Tuan Sean.” Tomy melangkah mendekat pada Sean. Lalu menundukan kepalanya kala tiba di depan Sean. Ya, kini Sean berada di sebuah ruangan tepat di samping ruang rawat Stella. Dia sengaja menggunakan ruangan ini karena memang ada hal penting yang harus Sean bahas engan asistennya.“Kau sudah mendapatkan data yang aku minta?” tanya Sean dingin, dan sorot mata tegas pada Tomy yang berdiri di depannya.Tomy menganggukan kepalanya. Kemudian, dia memberikan dokumen yang ada di tangan kanannya pada Sean sambil berkata, “Ini adalah data mengenai Walter Group, Tuan. Saat ini yang memimpin Walter Group masih pejabat sementara.”Sean mengambil dokumen yang diberikan oleh Tomy. Lalu dia membuka setiap lembar bekas di hadapannya itu mengenai laporan keuangan Walter Group. Tampak Sean terdiam melihat angka-angka fantastis di hadapannya. Tak heran jika Walter Group merajai Eropa karena perusahaan ini memiliki laba yang luar biasa. Pun Sean yang melihat angka-angka di depannya cukup terkejut dan takj
Pelupuk mata Stella bergerak. Perlahan Stella mengerjapkan matanya beberapa kali. Hingga ketika Stella membuka matanya, dia melihat sebuah ruangan putih. Aroma rumah sakit yang menyengat bercampur dengan aroma segar pengharum ruangan menyeruak ke indra penciuman Stella. Sejenak Stella memijat pelipisnya kala merasakan kepalanya sedikit pusing.“Sayang? Kau sudah sadar?” Marsha tersenyum hangat. Dia duduk di tepi ranjang, menatap Stella yang baru saja membuka matanya itu.“Mom? Mommy di sini?” Stella berucap dengan suara pelan. Pun Stella menatap ibu mertuanya dengan sedikit bingung.“Iya, Nak. Mommy di sini. Tadi kau pingsan.” Marsha mengambil cangkir yang berisikan teh madu hangat yang ada di atas meja. Lalu memberikannya pada menantunya. “Minumlah, Sayang. Baru saja tadi Mommy meminta pelayan membuatkan teh madu untukmu. Ayo selagi masih hangat diminum, Sayang.”“Terima kasih, Mom.” Stella tersenyum hangat seraya menerima teh madu yang diberikan oleh Marsha dan meminumnya perlahan.
Alika menatap Kelvin yang masih memejamkan mata. Sekitar tiga puluh menit yang lalu seluruh keluarga telah pulang. Alika sengaja meminta keluarga dari sang suami untuk pulang. Tentu Alika merasa khawatir. Terutama pada ayah mertua, dan ibu mertuanya. Dan sekarang hanya Alika yang menunggu sang suami.“Sayang … apa kau tidak merindukanku? Buka matamu, Kelvin. Aku sangat teramat merindukanmu.” Alika membawa tangannya, menyentuh rahang sang suami. Wajah tampan suaminya itu terlihat pucat.Ya, meski dokter mengatakan Kelvin baik-baik saja tetapi kenyataanya hingga detik ini suaminya itu tak kunjung membuka mata. Setiap malam Alika begitu setia mengajak suaminya berbicara agar demi suaminya itu bisa membuka mata. Sungguh, Alika begitu merindukan Kelvin. Nyatanya, sifat sang suami yang menyebalkan dan selalu mengeluarkan lelucon itu membuat Alika sangat-sangat merindukan Kelvin. Seluruh keluarga selalu menyemangatinya memberikan kekuatan padanya tapi tak dipungkiri ketakutan dalam diri Alik
Sudah dua minggu Stella berada di rumah sakit. Kandungan Stella pun semakin membesar. Namun, hingga detik ini Stella belum pulang ke rumah. Meski kondisinya sudah membaik tapi tidak dengan mentalnya. Itu kenapa Sean masih belum mengizinkan Stella keluar dari rumah sakit. Setiap malam Stella banyak melamun. Dia hanya bisa tersenyum dikala keluarga sang suami datang menjenguknya. Pun beberapa hari lalu Stella sudah melihat keadaan Kelvin yang ternyata mulai pulih. Bukan tidak menerima kenyataan, hanya saja semuanya begitu mengejutkan Stella. Apa yang terjadi di hidup Stella seperti badai yang tiba-tiba datang. Begitu kencang menghantam dirinya. Andai tidak ada Sean di sisinya maka Stella pasti tidak mungkin bisa bertahan.Terkadang Stella merasa takdir begitu jahat padanya karena telah memisahkan dirinya dengan kedua orang tuanya. Namun, tak dipungkiri Stella merasa bersyukur karena memiliki Sean di hidupnya. Dibalik badai kehidupan yang datang, nyatanya Stella masih tetap mampu bertaha
Banyak orang mengatakan jodoh adalah cerminan diri. Tentu itu adalah hal yang benar. Tapi di mata Stella adalah jodoh bukan hanya sekedar cerminan diri. Tapi jodoh yang ditakdirkan pada setiap orang untuk saling melengkapi kekurangan satu sama lain. Di dunia ini tidak ada yang sempurna. Akan banyak jutaan manusia yang memiliki kekurangan. Seperti Sean dan Stella saling melengkapi satu sama lainnya. Mereka berdua memiliki jutaan kekurangan. Dan ketika mereka bersatu mereka saling menutupi kekuarangan masing-masing. Ya, terutama Stella yang selama ini merasa dirinya tak pernah beruntung. Namun, sejak ada Sean di hidupnya semua telah berubah. Masa lalu yang buruk telah tergantikan dengan kebahagiaan.Kini Stella tengah berdiri di ruang rawatnya. Tatapan wanita itu melihat ke luar jendela. Cuaca siang di Kota Jakarta sedang mendung. Awan cerah telah tertutupi awan gelap. Tampak senyuman di wajah Stella terlukis melihat cuaca mendung. Bukan menyukai turunnya hujan. Tetapi Stella menantikan
Kandungan Stella memasuki minggu ke dua puluh sembilan. Perutnya begitu besar. Hamil tiga bayi kembar memang membuat ukuran perut Stella berbeda dengan ukuran perut hamil normal lainnya. Selama beberapa bulan terakhir ini Stella memang tidak banyak keluar rumah. Dia menghabiskan waktunya di rumah. Ya, Stella pun memutuskan untuk cuti kuliah. Masalah yang datang begitu bertubi-tubi di hidupnya membuat Stella mengambil keputusan untuk cuti kuliah. Stella hanya ingin fokus pada kehamilannya saja. Dan tentu, Sean mendukung semua apa yang telah diputuskan oleh Stella. Lagi pula sebelumnya Sean juga sudah pernah menawarkan Stella untuk cuti kuliah. Kuliah dan karir Stella memang penting. Tetapi bagi Sean yang paling penting adalah Stella dan kandungannya selalu merasakan kebahagiaan.Meskipun Stella banyak menghabiskan waktu di rumah, tapi Stella tidak pernah bosan sedikit pun. Stella banyak merancang gaun, membaca buku, menonton drama kesukaannya, lalu menata tanaman hias di taman rumahnya
New York, USA. Sean menggenggam tangan Stella melangkah menuju lobby bandara. Ya, pesawat yang membawa Sean dan Stella baru saja mendarat di Bandar Udara Internasional John F. Kennedy. Setelah perjalanan panjang, akhirnya mereka tiba di New York. Selama perjalanan, Stella tidak mengeluh apa pun. Bahkan Stella bisa melahap banyak makanan di dalam pesawat. Kehamilan yang sudah membesar ini memang membuat Stella mudah sekali lapar.Perjalanan kali ini Sean dan Stella tidak berangkat bersama Kelvin, Alika, Ken, dan Chery. Bukan tidak mau bersama tapi tepatnya tiga hari lalu mereka sudah lebih dulu berangkat. Sejak di mana dokter memperbolehkan Stella untuk terbang ke New York; ada beberapa pekerjaan yang harus Sean kerjakan sebelum meninggalkan Jakarta. Pasalnya Sean masih belum tahu kapan akan membawa Stella pulang ke Jakarta. Mengingat rencana awal Sean adalah Stella melahirkan di Negeri Paman Sam ini.“Sean, apa nanti sopir akan menjemput kita?” tanya Stella seraya menatap Sean. “Aku
Sebuah gaun pesta berwarna hijau mint membalut tubuh Stella dengan sangat indah. Perut buncit Stella tampak seksi kala wanita itu memakai gaun pesta salah satu rancanganya sendiri. Model lengan yang transparan membuat kulit putih mulus Stella begitu terlihat. Ya, meski kehamilan Stella sudah besar tetap membuat Stella sangat cantik. Mitos mengatakan kalau hamil anak laki-laki maka wajah sang ibu tak akan cerah. Dan sang ibu akan malas berias. Tapi nyatanya, Stella tetap sangat cantik. Selama ini memang Stella tidak suka terlalu banyak make up menempel di wajahnya. Namun, kalau untuk perawatan wajah Stella akan tetap mengutamakan karena memang semua wanita di dunia ini tentunya ingin tampil cantik di hadapan sang suami.“Stella, apa kau sudah siap?” Sean melangkah masuk ke dalam walk-in closet. Seketika Sean tersenyum melihat gaun pesta berwarna hijau mint yang dipakai oleh Stella. Warna yang sangat kontraks di kulit istrinya itu.“Sean?” Stella pun tersenyum melihat sang suami sudah d