Suara dering ponsel berbunyi membuat Sean dan Stella yang tengah tertidur pulas langsung terbangun. Beberapa kali Stella mengerjapkan mata. Tampak Stella masih begitu mengantuk dari dalam pelukan sang suami.“Sean, jawablah ponselmu terus berbunyi. Mungkin itu penting,” ucap Stella meminta Sean untuk menjawab panggilan itu.Sean mengembuskan napas panjang. Dia melirik jam dinding—waktu menunjukan pukul enam pagi. Ingin rasanya Sean mengabaikan panggilan itu, tapi itu adalah hal yang tak mungkin. Yang Sean takutkan itu adalah telepon penting. Detik selanjutnya, dengan raut wajah yang kesal; Sean mengambil ponselnya dan melihat ke layar—tampak kening Sean mengerut dalam melihat nomor Kelvin yang terpampang di layar ponselnya.“Sean, siapa yang menghubungimu?” tanya Stella dengan nada serak khas baru bangun tidur. Dia masih berada dalam pelukan Sean, dan enggan untuk beranjak.“Kelvin,” jawab Sean datar.“Ada apa Kelvin menghubungimu sepagi ini, Sean?” Stella bertanya seraya menatap Sean
Beberapa minggu kemudian… Stella tak pernah menyangka kalau dirinya akan menetap sementara di New York. Awalnya Stella ingin melahirkan di Jakarta tetapi kandungan yang membesar, dan dia pun takut kalau kandungannya akan terkena radiasi pesawat. Meski dokter mengatakan kehamilannya baik-baik saja tapi tetap Stella tidak mau mengambil resiko. Itu kenapa Stella memilih menuruti perkataan Sean yang ingin mereka menetap sementara di New York.Kandungan Stella saat ini sudah memasuki minggu ke tiga puluh enam. Ya, tepatnya hari ini adalah hari yang telah dinanti-nantikan Sean dan Stella. Hari di mana kelahirkan ketiga putra mereka. Stella tidak mungkin melahirkan normal. Karena Sean takut terjadi sesuatu pada Stella. Itu kenapa Sean memutuskan Stella untuk Stella operasi caesar. Dan hari ini, Stella akan segera berangkat ke rumah sakit. Jika melahirkan normal menunggu kontraksi, lain halnya dengan melahirkan secara operasi caesar. Sean dan Stella bahkan bisa menentukan tanggal berapa yang
Tanpa terasa usia Shawn, Stanley, dan Steve sudah satu bulan. Ketiga bayi kembar itu tumbuh dengan begitu sehat. Tiga-tiganya memiliki tubuh yang gemuk. Walau wajah ketiga bayi kembar itu tidak kembar identic, tapi raut wajah mereka sangat mirip. Hal yang membuat ketiga bayi kembar Sean dan Stella unik adalah warna iris mata mereka. Shawn dan Stanley memiliki warna iris mata cokelat persis seperti Sean. Sedangkan Steve memiliki warna iris mata abu-abu persis seperti Stella. Selama ini Stella pun memberikan ASI ekslusif untuk ketiga bayi kembarnya. Stella tidak mau ketiga bayi kembarnya minum susu formula. Dan beruntung ASI Stella lancar. Stella selalu mengkonsumsi makanan untuk mempelancar ASI-nya sesusai dengan anjuran dokter. Tentu Stella selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya.Saat ini Stella masih dalam masa pemulihan pasca operasi caesar. Ya, Sean dan Stella masih berada di New York. Tidak mungkin mereka kembali ke Jakarta dalam keadaan Stella masih baru melahirkan.
Battery Park City, New York, USA. Alika duduk bersama dengan Kelvin menikmati udara menyejukan di Battery Park City. Ya, usia kandungan Alika kini telah memasuki minggu ke tiga puluh dua. Perut Alika tampak membuncit. Hamil dua bayi kembar membuat bobot Alika naik lebih dari dua puluh lima kilogram. Well, tak heran jika setiap hari Alika meminta pendapat pada Kelvin tentang penampilannya saat ini. Mengingat Kelvin adalah pria yang di masa lalu di kelilingi banyak wanita. Jelas saja Alika cemas kalau suaminya berpaling darinya karena tubuhnya tak secantik dulu lagi. Namun, apa yang ada di dalam benak Alika adalah salah. Setiap kali Alika cemas maka Kelvin akan selalu meyakinkan dirinya kalau di dunia ini hanya dirinya saja yang diinginkan oleh Kelvin. Bahkan setiap hari Kelvin akan mengatakan kalau Alika sangat cantik.“Sayang, nanti kalau aku sudah melahirkan dan anak kita sudah sedikit lebih besar temani aku olahraga, ya. Aku juga mau ke klinik kecantikan. Aku ingin seperti Mommy Ka
Lima tahun kemudian … Manhattan, New York, USA. Suara tepuk tangan riuh terdengar kala nama ‘Stella Geovan’ dipanggil ke podium. Tampak Sean terseyum bangga kala Stella dinobatkan sebagai lulusan terbaik dengan nilai tertinggi. Tak hanya Sean yang begitu bangga tapi Shawn, Stanley, Steve—tiga putra kembar Sean dan Stella sejak tadi memekik kegirangan kala nama Stella di panggil. Baik Shawn, Stanley, dan Steve mereka menyerukan ibu mereka dengan bangga. Ya, Sean bersama dengan ketiga putranya tengah menghadiri wisuda Stella. Tepatnya hari ini Stella lulus Master Degree di bidang fashion designer di salah satu universitas terbaik di New York.Selama lima tahun ini Sean memutuskan untuk tinggal di New York bersama dengan sang istri. Alasan Sean mengajak istrinya itu tinggal di New York karena Sean ingin Stella meneruskan pendidikannya di Negeri Paman Sam ini. Tak hanya menyandang gelar sarjana tapi Stella pun kini telah menyandang gelar master degree. Dan, tentu hal itu membuat Sean sa
PranggggSebuah guci mahal pecah begitu saja akibat tendangan seorang bocah perempuan kecil. Pecahan beling itu memenuhi lantai. Beruntung pecahan beling tak mengenai bocah perempuan cantik itu. Tidak hanya sendirian tapi bocah laki-laki yang merupakan saudara kembarnya juga ada di hadapannya. Mereka terlalu asik bermain sampai-sampai memecahkan guci di ruang keluarga. Ya, kini kedua bocah laki-laki dan perempuan itu begitu panik kala melihat guci pecah. Wajah mereka tampak ketakutan. Baru saja mereka melarikan diri dari pengasuh yang menjaga mereka. Tapi malah mereka mendapatkan masalah.“Tuan Muda … Nona Muda …” Seorang pengasuh terlihat sangat panik melihat pecahan guci itu.“Kami tidak sengaja.” Luke dan Lydia memasang wajah merengut agar tak disalahkan.“Astaagaaa Luke … Lydia … ada apa ini?” Suara Alika berseru seraya melangkah memasuki ruang keluarga. Seketika raut wajah Alika berubah melihat guci kesayangannya dengan harga fantastis itu pecah. Kini sepasang iris mata hitam Al
Suara tangis bocah kecil perempuan memasuki mansion, membuat Chery yang tengah membaca laporan perkembangan butik miliknya langsung terkejut. Tampak Chery segera meletakan laporan di tangannya ke atas meja. Wanita itu terburu-buru menghampiri suara tangis itu. Tentu Chery tahu itu adalah suara tangis putri kecilnya.“Katharina … kau kenapa, Nak? Kenapa menangis, Sayang?” Chery bersimpuh di depan Katharina—putri kecilnya yang tak kunjung berhenti menangis.“Nyonya, tadi di sekolah ada sedikit masalah.” Sang pengasuh menundukan kepalanya di depan Chery. “Masalah?” Chery bangkit berdiri. Lalu dia menatap Clovis—putra sulungnya yang sejak tadi hanya diam. “Clovis, ada apa, Nak? Kenapa adikmu menangis seperti ini? Apa kau tidak menjaga adikmu? Kan Mommy sudah bilang, kau harus menjaga adikmu dengan baik.” Chery menegur putranya dengan nada yang pelan, namun tersirat sedikit marah.Clovis Kendrick Jefferson adalah anak laki-laki pertama dari Ken dan Chery. Saat ini Clovis berusia empat tah
“Shawn, Mommy tidak mau kau menggunakan kekerasan lagi. Tidak bagus, Nak. Kalau pun temanmu salah, kau bisa menegurnya tanpa harus memukul. Kalau kau menggunakan kekerasan sama saja kau main hakim sendiri, Shawn. Mommy tidak pernah mengajarkanmu untuk seperti itu.”Suara Stella menegur putra pertamanya itu. Nada bicaranya tegas tapi tetap lembut. Ya, Stella dan Shawn baru saja keluar dari ruang guru. Jika Stanley, dan Steve sudah lebih dulu pulang lain halnya dengan Shawn yang tadi ditahan di ruang guru. Itu kenapa Stella datang ke sekolah karena ulah putra pertamanya yang memukul teman sekolahnya. Tentu saja Shawn memukul bukan tanpa alasan. Bocah laki-laki kecil itu memukul temannya karena teman sekolahnya itu berani mencium pipi Katharina—putri bungsu Ken dan Chery. Dan hari ini Stella ke sekolah mendatangi guru tidak bersama dengan Sean. Kesibukan Sean yang membuat suaminya itu tidak bisa hadir. Pun Stella tidak memaksa untuk Sean menemaninya. Mengingat belakangan ini Sean terlalu