Beranda / CEO / Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella) / Bab 15. Ternyata Dia Masih Memiliki Sifat Baik

Share

Bab 15. Ternyata Dia Masih Memiliki Sifat Baik

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-19 02:01:54

Stella meringis kala sang pelayan mengompreskan es batu ke luka lebam di wajahnya. Entah bagaimana nasib Stella jika tidak ada pengawal yang membantunya, dia pasti sudah babak belur dipukul oleh Erina. Stella tidak menyangka akan kembali bertemu dengan Erina. Dia pikir setelah Erina tidak lagi mengurus panti asuhan—tempat di mana dia dibesarkan—wanita paruh baya itu akan meninggalkan Jakarta. Namun kenyataannya salah, Erina tetap menetap di Jakarta. Bahkan menaruh dendam padanya.

“Nyonya, apa sakit sekali? Apa saya harus panggilkan Dokter?” tanya sang pelayan dengan cemas dan takut.

“Tidak perlu. Ini hanya luka lebam saja. Lagi pula tidak ada luka yang harus dijahit. Hanya dengan kompres dan bantuan salep memar, aku yakin akan segera sembuh.” Stella berucap seraya tersenyum ke arah pelayan.

“Stella…” Suara berat terdengar keras memanggil Stella, memasuki kamar.

Raut wajah Stella menjadi pucat kala menatap Sean yang datang.

“Tuan.” Sang pelayan langsung menundukkan kepala, kala melihat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 16. Apa yang Dilakukan Suami Istri Saat Bulan Madu?

    Sinar matahari menembus jendala, menyentuh rambut hitam tebal Stella yang indah—membuat sang pemilik rambut menjadi berkilau akibat cahaya matahari yang telah menyorot menyentuh rambut indahnya.Stella mematut cermin sedikit berias. Dia Memoles bibirnya yang sedikit kering dengan lip balm. Lantas, tatapannya teralih pada jam dinding—waktu menunjukkan pukul tujuh pagi—dan Sean sudah tidak ada di ranjang.Stella tak tahu ke mana Sean pergi. Biasanya pria itu akan berangkat bekerja pada pukul sembilan pagi. Rasa penasaran sudah mengumpul dalam dirinya menjadi satu, pada akhirnya Stella memilih untuk mengabaikan rasa penasaran di dalam dirinya.Stella bangkit berdiri dari kursi meja riasnya, menyisir rambut panjang dan indahnya—yang baru saja dia berikan vitamin. Bisa dikatakan memang Sean menyiapkan keperluan pribadi Stella. Termasuk produk perawatan kulit.“Selamat pagi, Nyonya Stella.” Sang pelayan menyapa dengan sopan kala Stella yang baru saja keluar dari kamar.Stella tersenyum lemb

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 17. Bodoh dan Polos

    “Ya, Tuhan. Bagaimana ini?” Stella bergumam seraya menggigit kukunya. Sejak tadi dia mondar-mandir gelisah. Pikirannya terus memikirkan tentang perkataan Sean tadi malam. Sebuah kalimat yang lolos dari pria itu, membuatnya terus terngiang dalam benaknya. Imajinasinya berkeliaran akibat perkataan Sean itu.“Bagaimana kalau itu sampai terjadi?” Stella menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. “Tidak-tidak, itu tidak mungkin. Itu tidak boleh terjadi.” Perempuan itu menggelengkan kepalanya, mengatur napasnya agar tenang. Rasa takut menyerang dan menggrogoti dirinya. “Nyonya, barang-barang yang Anda butuhkan sudah dimasukan ke dalam koper,” ujar sang pelayan sontak membuat Stella terkejut. Pasalnya perempuan itu tidak menyadari kalau pelayan sudah berada di hadapannya.“Ah, kau sudah merapikan semuanya?” tanya Stella menjadi canggung.Sang pelayan mengangguk. “Sudah, Nyonya. Saya sudah merapikan semuanya. Apa ada lagi yang Anda butuhkan?”“Hm, t-tidak ada. Terima kasih.” Stella te

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 18. Kegaduhan

    Venice Marco Polo International, Airport. Pesawat yang membawa Sean dan Stella telah mendarat di Bandara Internasional Marco Polo Venice. Setelah menepuh perjalanan panjang akhirnya pesawat telah tiba dengan selamat. Beruntung Stella sudah terbangun. Tadi, ketika perempuan itu tertidur di pesawat, Sean memindahkan tubuhnya ke dalam kamar.“Sean, kita turun, ya?” tanya Stella pelan. Dia sudah terbangun dari tidur pulas. Pun pesawat telah mendarat sempurna di bandara.“Jika pesawat sudah mendarat di bandara, kau mau kita tetap berada di pesawat?” Alih-alih menjawab, malah Sean membalikan pertanyaan konyol Stella.“Aku kan hanya bertanya saja, Sean.” Bibir Stella menekuk dalam. ‘Dia galak sekali,’ batinnya yang tak terucapkan.Tak banyak berkata, Sean melingkarkan tangannya ke pinggang Stella, melangkah turun dari pesawat. Pilot dan pramugari tersenyum sopan di kala Sean dan Stella sudah turun dari pesawat. Tentu Stella membalas senyuman itu. Hanya Sean yang memasang wajah dingin dan ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 19. Pembelaan Sean

    Stella meringis merasakan perih akibat tamparan keras di wajahnya yang disebabkan oleh wanita yang berdiri di hadapannya itu. Sudut bibir Stella mengeluarkan darah. Namun dengan cepat Stella menyentuhnya, menghentikan darah yang keluar dari sudut bibirnya.“Damn it! You ruined my dress!” seru wanita itu meninggikan suaranya, tatapannya menatap tajam Stella yang masih tersungkur di lantai.“Nona, Anda bisa selesaikan ini secara baik-baik.” Sang pelayan yang tadi ditabrak oleh Stella, berusaha meredakan amarah wanita itu.“Diam kau! Jangan berani kau berbicara denganku! Kau hanya pelayan rendahan!” bentak wanita itu kasar.Perlahan Stella berusaha bangkit berdiri, dibantu oleh sang pelayan. Raut wajah Stella tampak bingung kala wanita di hadapannya ini mengucapkan Bahasa Inggris. Pasalnya, Stella hanya bisa mengerti dan memahami, tapi dia tidak bisa menjawab dengan lancar. Akan tetapi, tentu Stella tetap harus meminta maaf. Ini semua terjadi karena kesalahannya. “M-Miss, I’m sorry.” S

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 20. Rasa Kagum yang Tak Bisa Tertutupi

    “Tidurlah duluan, aku akan keluar sebentar.” Kalimat lolos di bibir Sean, di kala sudah tiba di kamar hotel. Pria tampan itu meminta Stella untuk tidur duluan, karena dia mengatakan akan pergi keluar sebentar.“Kau ingin ke mana, Sean?” tanya Stella pelan.“Ada yang harus aku urus. Kau tidurlah. Hari ini melelahkan bagimu. Kau butuh istirahat,” ucap Sean dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.Stella mengangguk patuh merespon ucapan Sean. Detik selanjutnya, Sean melangkah meninggalkan Stella yang tidak bergeming dari tempatnya. Tepat di saat Sean sudah pergi—perempuan itu langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya.“Astaga, apa yang sudah aku lakukan?” Stella bergumam kala pikirannya membayangkan apa yang tadi dia lakukan dengan Sean. Tadi Stella merasakan bibir hangat Sean yang menyapu bibirnya. Bahkan untuk pertama kali Stella membalas dan tidak hanya diam.Sungguh Stella ingin sekali berlari pergi menjauh dari Sean. Dia tidak memiliki muka lagi bertemu dengan pria itu. Sean

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 21. Ucapan Terima Kasih Stella

    “Sean? Kau mau membawaku ke mana?” Stella bertanya seraya menatap Sean yang sedang melajukan mobil. Pagi ini Sean tiba-tiba mengatakan akan mengajaknya ke suatu tempat. Namun, Sean tidak memberi tahu ke mana mereka akan pergi.“Diamlah, nanti kau akan tahu.” Sean menjawab tanpa mengalihkan pandangannya ke depan. Pria itu terus fokus melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, membelah Kota Venice.Stella menghela napas panjang. Meski sebenarnya Stella ingin tahu ke mana Sean akan membawanya, tapi dia tidak bisa memaksa pria itu untuk menjawab. Perempuan itu memilih mengalihkan pandangannya, keluar jendela menatap keindahan musim semi di Kota Venice. Sebuah kota yang indah. Bahkan Stella banyak melihat pasangan yang berjalan mesra di jalan. Stella tersenyum kala melihat pasangan yang tidak malu menunjukkan kemesraan mereka di muka umum.Tak berselang lama mobil Sean terparkir tidak jauh dari kanal-kanal kecil di Venice dengan deretan gondola di sana. Raut wajah Stella tampak bingung ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-20
  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 22. Siapa Wanita Itu?

    Sean menatap Stella yang sedang tertidur begitu pulas. Sepertinya jalan-jalan kemarin telah membuat perempuan itu kelelahan. Bahkan hingga detik ini Stella tak kunjung bangun. Padahal biasanya Stella selalu bangun lebih awal.Sean memilih untuk tidak membangunkan Stella. Yang dia lakukan saat lebih dulu terbangun adalah menatap perempuan polos itu. Hal yang dia sukai dari Stella adalah tidak seperti perempuan yang dia kenal yang selalu memakai riasan tebal, perhiasan berlebihan, serta tampil dengan seksi. Itu bukanlah Stella.Perempuan di hadapannya ini hanya memakai riasan tipis. Bibir merah jambunya hanya memakai lip balm atau lip gloss. Terkadang Stella memakai riasan sedikit tebal tapi itu hanya jika ingin ke pesta saja. Jika tidak, maka Stella lebih menggunakan riasan tipis.Sean tentu lebih menyukai seorang perempuan tampil natural, daripada harus make-up berlebihan. Harus dia akui, gadis kecil polos yang menjadi istrinya itu memiliki kecantikan natural. Kecantikannya tidaklah b

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-20
  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 23. Dikerjai Raissa

    Stella masih bergeming di tempatnya, tak bergerak sama sekali. Entah kenapa perasaannya begitu merasakan ada sesuatu hal aneh—yang membuat dirinya sama sekali tidaklah nyaman. Namun, dia menyadari tidak bisa berbuat apa pun selain diam terpaku di tempatnya—melihat pemandangan yang membuatnya tak nyaman.“Well, sepertinya kalian saling melepas rindu.” Suara bariton menghampiri Sean yang tengah dipeluk oleh seorang wanita yang bernama Raissa.Sean menjauhkan tubuhnya, dari pelukan Raissa—mengalihkan pandangannya pada sumber suara itu. Tatapan mata dingin melihat temannya baru saja datang.“Welcome to Venice, Sean Geovan.” Pria itu menyungingkan senyuman ke arah Sean.Sean tersenyum tipis. “Aku pikir kau masih tidur dengan wanitamu, Chris.”Ya, Christopher Edzar. Rekan bisnis sekaligus teman Sean yang kini tinggal di Venice terkenal dengan wanita-wanita yang selalu berada di sekelingnya. Sean tidak lagi terkejut akan hal itu. Tentu tujuannya datang bertemu dengan Christ, karena dia suda

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-21

Bab terbaru

  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 356. Ending Scene (Tamat)

    Beberapa bulan kemudian …Venice, Italia.Stella menatap hangat Shawn, Stanley, dan Steve yang tengah bermain saling mengejar sambil memakan ice cream di tangan mereka. Ya, tentu Stella tak perlu cemas karena Sean menyiapkan enam pengasuh khusus untuk ketiga anak kembar mereka dan sepuluh pengawal yang selalu berjaga-jaga mengawasi Shawn, Stanley, dan Steve. Terutama ketika mereka berlibur seperti ini maka penjagaan Sean sangat ketat.Kini tatapan Stella mulai teralih pada Savannah yang tertidur pulas dalam pelukannya. Putri kecilnya itu sangat cantik dan menggemaskan. Tangan Savannah peris seperti gulungan roti gemuk. Pipi bulat seperti bakpau. Bayi perempuannya memang sangat cantik dan menggemaskan.“Stella, apa kau masih ingin tinggal di New York? Atau kau ingin kita segera kembali ke Jakarta?” tanya Sean sembari menatap sang istri.Stella tersenyum hangat. “Biarkan saja kita di sini dulu, Sean. Anak-anak kita memiliki banyak teman di sini. Aku tidak tega memisahkan mereka dengan t

  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 355. Extra Part Sembilan

    Suara tangis bayi memecahkan kesunyian ruang persalinan. Stella meneteskan air matanya kala mendengar suara tangis bayi itu. Tak hanya Stella yang menteskan air mata tapi Sean yang selalu ada di sisinya pun sampai menteskan air mata. Setelah sekian lama akhirnya mereka kembali memiliki seorang anak lagi. Berawal dari rasa putus asa Stella nyatanya memiliki akhir yang indah. Tentu semua karena Sean yang memberikan dukungan luar biasa untuk Stella.“Tuan Sean … Nyonya Stella … selamat bayi Anda perempuan.” Sang dokter berucap langsung membuat Sean dan Stella tak henti meneteskan air mata mereka. Ya, Tuhan begitu baik pada mereka. Harapan mereka memiliki anak perempuan terwujud.“Sean … anak kita perempuan,” isak Stella.“Iya … anak kita perempuan. Terima kasih, Sayang.” Sean memberikan kecupan di bibir istrinya. Derai air mata mereka tak henti berlinang.“Nyonya Stella, silahkan lakukan proses IMD.” Dokter menyerahkan bayi mungkin itu ke dalam gendongan Stella. Sesaat Sean menatap Stell

  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 354. Extra Part Delapan

    “Nyonya, apa hari ini kita memasak menu Indonesian Food?”Suara pelayan bertanya pada Stella yang tengah sibuk di dapur. Ya, hari ini Stella akan kedatangan tamu special yaitu Jenniver—sepupunya. Jenniver tengah berlibur bersama Theo ke New York. Dan karena Jenniver akan datang, Stella mengundang Kelvin, Alika, Ken, dan Chery untuk datang. Hal itu yang membuat Stella sibuk di dapur. Stella memang memiliki chef khusus dan pelayan tetapi tetap saja dalam hal memasak, Stella tetap turun tangan sendiri. Namun kali ini porsinya berbeda. Stella tidak banyak melakukan apa pun. Dia hanya mengontrol saja. Mengingat kandungannya sudah membesar.“Masak saja, Mbak. Masak Indonesian Food juga. Jenniver dan Theo suka sekali dengan menu rawon dan ayam sayur. Tolong masak menu itu. Ah, satu lagi jangan lupa sambal goreng kentang.” Stela berujar memberi perintah pada sang pelayan dengan nada lembut.“Baik, Nyonya.” Sang pelayan menundukan kepalanya, lalu kembali memulai memasak membantu pelayan lainn

  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 353. Extra Part Tujuh

    Stella mengembuskan napas panjang kala mengingat laporan dari pengawal sang suami tentang kejadian di Central Park. Kejadian di mana Stanley membuat seorang gadis kecil menangis karena membuang permen pemberian gadis itu. Sungguh, Stella sangat sedih karena putranya bertindak demikian. Meski mertuanya sudah memberikan nasehat pada ketiga putranya tapi tetap saja Stella merasa gagal mendidik ketiga putranya.“Apa kalian hanya ingin diam saja? Tidak mau bilang apa-apa pada, Mommy?”Suara Stella menegur ketiga putranya yang tengah duduk di hadapannya itu. Ya, kini Stella berada di kamar Shawn. Kamar Shawn, Stanley, dan Steve memang terpisah. Tetapi karena Stella ingin berbicara dengan ketiga putranya maka tanley dan Steve mendatangi kamar Shawn. Tampak ketiga bocah laki-laki kembar itu menunduk. Tentu mereka tahu mereka akan mendapatkan teguran dari ibu mereka.“Mommy ini salahku. Maafkan aku, Mommy,” ucap Stanley dengan suara polosnya.Stella menarik napas dalam-dalam, dan mengembuskan

  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 352. Extra Part Enam

    Saat pagi menyapa Shawn, Stanley, dan Steve sudah begitu tampan dengan setelan celana pendek dan kaus berwarna hitam dengan logo Gucci di tengah baju ketiga bocah itu. Ya, Shawn, Stanley, dan Steve tampak begitu bersemangat karena hari ini mereka akan pergi bersaam dengan kakek dan nenek mereka. Sejak tadi malam memang ketiga bocah itu sangat bersemangat.“Anak Mommy tampan sekali.” Suara Stella dengan lembut berucap sambil menatap ketiga putra kembarnya. Stella mendekat pada Shawn, Stanley, dan Steve bersama dengan Sean yang ada di sisinya.“Daddy … Mommy …” Shawn, Stanley, dan Steve menghamburkan tubuh mereka pada Sean dan Stella yang mengampiri mereka.“Kalian mirip sekali seperti Daddy,” ucap Stella sembari mengurai pelukan ketiga putranya itu. Sean yang ada di samping Stella sejak tadi melukiskan senyuman hangat pada Shawn, Stanley, dan Steve.“Tentu saja, Mommy. Nanti saat kami dewasa kami akan seperti Daddy. Kami akan hebat.” Shawn, Stanley, dan Steve berucap serempak dan penuh

  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 351. Extra Part Lima

    “Mommy … akhirnya Mommy pulang. Kami merindukan, Mommy.”Stanley dan Steve menghamburkan tubuh mereka kala melihat Stella pulang bersama dengan Shawn. Sudah sejak tadi Stanley dan Steve menunggu ibu mereka pulang. Ya, Stella memang sengaja meminta Stanley dan Steve pulang lebih dulu bersama sopir kala tadi Stella harus menyelesaikan masalah Shawn yang memukul Felix. Tentu Stella tak membiarkan Stanley dan Steve menunggu di ruang guru. Pasalnya Stella tak ingin Stanley dan Steve membuat masalah. Sungguh, ketiga anak kembarnya itu sangatlah kompak. Sudah cukup masalah Shawn membuat Stella sakit kepala. Stella tidak ingin sampai Stanley dan Steve juga ikut membuat masalah.Stella membalas pelukan Stanley dan Steve sembari memberikan kecupan di puncak kepala kedua putranya itu. “Mommy juga merindukan kalian. Apa kalian sudah makan?”“Sudah, Mommy. Kami sudah makan.” Stanley dan Steve menjawab dengan kompak. Lalu mereka melihat ke atah Shawn yang sejak tadi hanya diam. “Kak, kami tadi mau

  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 350. Extra Part Empat

    “Shawn, Mommy tidak mau kau menggunakan kekerasan lagi. Tidak bagus, Nak. Kalau pun temanmu salah, kau bisa menegurnya tanpa harus memukul. Kalau kau menggunakan kekerasan sama saja kau main hakim sendiri, Shawn. Mommy tidak pernah mengajarkanmu untuk seperti itu.”Suara Stella menegur putra pertamanya itu. Nada bicaranya tegas tapi tetap lembut. Ya, Stella dan Shawn baru saja keluar dari ruang guru. Jika Stanley, dan Steve sudah lebih dulu pulang lain halnya dengan Shawn yang tadi ditahan di ruang guru. Itu kenapa Stella datang ke sekolah karena ulah putra pertamanya yang memukul teman sekolahnya. Tentu saja Shawn memukul bukan tanpa alasan. Bocah laki-laki kecil itu memukul temannya karena teman sekolahnya itu berani mencium pipi Katharina—putri bungsu Ken dan Chery. Dan hari ini Stella ke sekolah mendatangi guru tidak bersama dengan Sean. Kesibukan Sean yang membuat suaminya itu tidak bisa hadir. Pun Stella tidak memaksa untuk Sean menemaninya. Mengingat belakangan ini Sean terlalu

  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 349. Extra Part Tiga

    Suara tangis bocah kecil perempuan memasuki mansion, membuat Chery yang tengah membaca laporan perkembangan butik miliknya langsung terkejut. Tampak Chery segera meletakan laporan di tangannya ke atas meja. Wanita itu terburu-buru menghampiri suara tangis itu. Tentu Chery tahu itu adalah suara tangis putri kecilnya.“Katharina … kau kenapa, Nak? Kenapa menangis, Sayang?” Chery bersimpuh di depan Katharina—putri kecilnya yang tak kunjung berhenti menangis.“Nyonya, tadi di sekolah ada sedikit masalah.” Sang pengasuh menundukan kepalanya di depan Chery. “Masalah?” Chery bangkit berdiri. Lalu dia menatap Clovis—putra sulungnya yang sejak tadi hanya diam. “Clovis, ada apa, Nak? Kenapa adikmu menangis seperti ini? Apa kau tidak menjaga adikmu? Kan Mommy sudah bilang, kau harus menjaga adikmu dengan baik.” Chery menegur putranya dengan nada yang pelan, namun tersirat sedikit marah.Clovis Kendrick Jefferson adalah anak laki-laki pertama dari Ken dan Chery. Saat ini Clovis berusia empat tah

  • Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella)   Bab 348. Extra Part Dua

    PranggggSebuah guci mahal pecah begitu saja akibat tendangan seorang bocah perempuan kecil. Pecahan beling itu memenuhi lantai. Beruntung pecahan beling tak mengenai bocah perempuan cantik itu. Tidak hanya sendirian tapi bocah laki-laki yang merupakan saudara kembarnya juga ada di hadapannya. Mereka terlalu asik bermain sampai-sampai memecahkan guci di ruang keluarga. Ya, kini kedua bocah laki-laki dan perempuan itu begitu panik kala melihat guci pecah. Wajah mereka tampak ketakutan. Baru saja mereka melarikan diri dari pengasuh yang menjaga mereka. Tapi malah mereka mendapatkan masalah.“Tuan Muda … Nona Muda …” Seorang pengasuh terlihat sangat panik melihat pecahan guci itu.“Kami tidak sengaja.” Luke dan Lydia memasang wajah merengut agar tak disalahkan.“Astaagaaa Luke … Lydia … ada apa ini?” Suara Alika berseru seraya melangkah memasuki ruang keluarga. Seketika raut wajah Alika berubah melihat guci kesayangannya dengan harga fantastis itu pecah. Kini sepasang iris mata hitam Al

DMCA.com Protection Status