Saya ucapkan 'terima kasih' sebesar-besarnya kepada para pembaca setia yang telah merelakan waktu untuk membaca buku ini. Juga, merelakan uangnya untuk beli koin buku ini, menulis komentar, review, memberikan gem/vote, mengajak orang-orang untuk membaca buku ini.😍😍😍 Thanks, I ❤️u. Kalian ada di hati author Sunny.
Baik Alisya ataupun Dafandra keduanya hanya saling diam. Bukankah mereka tidak pernah sedekat ini sebelumnya? Meski begitu, sebenarnya hati mereka saling terpaut. Tidak ada kata maaf dari Dafandra. Alisya pun tidak terlihat kesal seperti sebelumnya. "Tinggal sedikit obatnya," kata Dafandra memecah keheningan."Aku tidak ingin lagi." Alisya menjawab dengan canggung. Tiba-tiba terdengar suara Arys dari balik pintu. Sepertinya ada hal serius yang akan dia sampaikan. Dafandra segera memerintahkan pengawal pribadinya untuk masuk. "Ada apa Arys? Bukankah aku telah memerintahkanmu untuk memata-matai Selena?""Lapor, Yang Mulia. Putri mahkota kehilangan bayinya.""Apa maksudmu?""Setelah beberapa hari tidak terlihat baru saja hamba mencuri dengar dari pembicaraan dokter yang merawat putri mahkota.""Apa yang terjadi Kepadanya? Apakah dia terjatuh?" tanya Alisya dengan suara lirih."Hamba dengar itu karena racun.""Racun? Apakah dia memakan sesuatu?""Tidak, Putri. Racun itu berasal dari seb
Dikarenakan keadaan Alisya yang memerlukan perawatan ekstra, Dafandra memutuskan untuk terus bersama Alisya hingga Festival Nikiniki. Festifal itu akan dilakukan awal bulan depan untuk memperingati kemenangan kerajaan Kosmimazh atas kelompok penyihir jahat. Pangeran itu berharap kondisi Alisya telah membaik dan dapat mengikuti festival tahunan kerajaan Kosmimazh. Selain dari itu, Dafandra juga berencana akan menyatakan cintanya kepada Alisya pada malam Festival Nikiniki. Dia sangat berharap, hubungannya dengan Alisya akan semakin membaik. Juga sandiwara pernikahannya akan berakhir. "Yang Mulia waktunya mengganti perban." Seorang dokter wanita berambut hitam terikat di belakang memasuki ruangan. Senyumnya ramah juga tingkahnya sopan. Dafandra membantu Alisya untuk duduk. "Maaf, Putri. Mohon izin untuk melepas baju." Dokter wanita itu duduk di samping Alisya."Biar aku yang melakukannya," kata Dafandra tiba-tiba. Spontan pandangan mata Alisya dan dokter wanita itu tertuju kepada Da
Seorang wanita berambut pirang berjalan mondar-mandir di dalam ruangan. Wajahnya terlihat gelisah. Tangan kanannya mengepal menghantam telapak tangan kiri. Berkali-kali dia menyapukan pandangannya ke sekeliling ruangan, juga mengatur napas, tetapi tidak membuatnya tenang sedikit pun. Tidak lama kemudian pengawal di luar pintu mengabarkan kedatangan suami wanita itu, pangeran mahkota kerajaan Kosmimazh. Buru-buru wanita berambut pirang duduk dengan tenang di sofa panjang yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. "Hormat kepada Pangeran Mahkota." Wanita itu kembali berdiri dan menyambut kedatangan suaminya. Seolah-olah dia telah menunggu dengan tidak sabar. Para penandu Fasya membawanya mendekati Selena. Kini keduanya duduk berhadapan. Setelah itu Fasya memberikan isyarat dengan lambaian tangan kepada para penandu untuk menunggunya di luar ruangan. "Yang Mulia ...." Selena menunjukkan wajah sedihnya tanpa malu-malu. Dari pelupuk matanya mengalir cairan bening penuh kepedihan. "Saya
Pagi yang cerah membuat suasana hati ratu menjadi lebih baik. Dengan semangat, wanita nomor satu di kerajaan Kosmimazh itu berjalan menuju ke ruangan putranya. Ada sebuah bingkisan kecil yang akan dia berikan kepada sang menantu. Bingkisan itu ratu dapatkan dari seorang pelayan senior. Dia sangat percaya dengan kinerja wanita paruh baya yang sejak lama mengikutinya. Ini adalah salah satu bagian dari strategi ratu untuk segera mendapatkan cucu. Tidak jauh dari pintu kamar Dafandra, ratu mendengar sedikit perdebatan putra dan menantunya. Akan tetapi, ketika menyadari ada orang di balik pintu, suasana di dalam kamar kembali tenang. "Hormat kepada Yang Mulia Ratu," ucap Alisya dan Dafandra bersamaan."Bagaimana keadaanmu, Alisya?" Ratu menyapa ramah."Saya rasa sudah lebih baik.""Syukurlah." Sebuah senyuman kebahagiaan terlukis di bibir ratu. Wajah ratu menoleh memandang putranya. "Ajaklah Alisya jalan-jalan agar dia tidak bosan.""Baik, Ibunda.""Oh ya, aku membawakan bingkisan untu
Seolah waktu berhenti bergerak. Alisya sedikit tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Pangeran itu telah mempersiapkan diri sejak lama untuk mengutarakan cinta. Bukankah ini terlalu terburu-buru? Alisya terlihat gugup. Baru saja putri dari kerajaan Crysozh itu akan menikmati indahnya ribuan lampion menyerbu langit, tetapi ucapan Dafandra justru membuatnya kembali dalam ketegangan. "Alisya, kamu tidak mendengarkanku?""Ah ... iya, Yang Mulia.""Aku mencintaimu, dengar sekali lagi, aku mencintaimu." Dafandra memang tidak ahli dalam hal percintaan. Dia tidak pernah berkencan atau mengutarakan perasaannya. Pangeran itu menunggu Alisya untuk mengucapkan sesuatu atau sepatah kata. "Yang Mulia ... kenapa begitu terburu-buru? Bukankah kita ingin menikmati lampion festival Nikiniki?" Dafandra mengernyitkan dahi. Apa yang Alisya katakan justru tidak sesuai dengan yang dia harapkan. Jauh-jauh hari sang pangeran mempersiapkan diri untuk mengungkapkan perasaannya, sayangnya Alisya justru ha
"Alisya ...." Dafandra sedikit ragu untuk melanjutkan kata-katanya. "Ya.""Jadi kamu setuju untuk memberiku seorang putra?" Alisya tersenyum simpul dan memandang lekat Dafandra. Putri itu tidak lagi terlihat gugup. "Asalkan Yang Mulia serius dengan hubungan ini, aku bersedia.""Aku bersungguh-sungguh. Maafkan aku atas perlakuanku sebelumnya.""Ya, aku juga meminta maaf.""Mulai hari ini tidak ada lagi aku dan kamu, tetapi kita." Alisya tersenyum haru. Tanpa sadar tangan lembut Alisya menyentuh pipi Dafandra yang mulai ditumbuhi bulu. "Yang Mulia terlalu sibuk merawatku sampai lupa untuk bercukur.""Apa kamu masih ingin memanggilku yang mulia?""Tentu saja. Lidahku sudah terbiasa." Sepasang suami-istri itu tertawa bersama. Kebahagiaan telah membanjiri hati keduanya. Juga perasaan cinta yang menggebu bagaikan pengantin baru. Ketika Dafandra ingin melepaskan hasratnya kepada Alisya, putri berambut merah itu mencegahnya. "Jangan di kereta." Alisya menggigit bibir bawahnya. Dengan le
Sekelompok prajurit segera mengamankan pelaku penembakan pangeran mahkota dan isterinya. Bersamaan dengan itu tim medis segera membawa korban ke ruang kesehatan. Ruangan perjamuan berubah mencekam seketika. Raja memerintahkan para penjaga untuk menutup segala akses keluar masuk ruangan tersebut. Alisya menatap wajah Dafandra. Pangeran itu terlihat terkejut. Entah kenapa, Alisya merasa Dafandra bukan dalang perbuatan itu. Akan tetapi, orang yang pertama kali dicurigai sebagai penyerang pangeran mahkota pasti adiknya sendiri. Semua orang tahu, hubungan kedua putra raja tidak baik. Alisya menyapukan pandangannya kepada segenap pengunjung perjamuan malam. Di bagian belakang Alisya menemukan Belen. Pandangan pria itu jelas tertuju kepada Dafandra dengan tatapan curiga. Mungkinkah ahli strategi perang itu mencurigai Dafandra? Bukankah sebelumnya mereka Sahabat? Seharusnya dia memahami gaya politik Dafandra. Pangeran kedua tidak mungkin melakukan serangan secara terbuka. Gaya kampungan se
Prajurit berbadan gempal memandang raja. Dengan berat hati raja menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu Putri harus ikut dengan kami untuk menjalani penyelidikan. Karena menurut keterangan saksi ahli, botol ini berisikan racun yang sama dengan yang digunakan untuk menyerang pangeran mahkota dan istrinya." Suasana ruangan perjamuan berubah menjadi semakin menegang. Keringat dingin mulai membasahi tangan Alisya. Jenis racun dalam botol itu sangat berbahaya. Hanya satu tetes Alisya menggunakan racun itu untuk melumuri belatinya. Akan tetapi, racun itu mampu membuat Selena kehilangan bayi. Jika racun digunakan dalam dosis banyak, sudah tentu Fasya dan Selena dalam kondisi tidak bernyawa. "Alisya ...." Dafandra memandang lekat wajah istrinya."Yang Mulia mencurigaiku?" bisik Alisya."Tidak, aku percaya kepadamu." Dafandra memeluk hangat Alisya di depan semua orang. Akan tetapi, status Alisya saat ini adalah tersangka. Tentu saja putri itu akan segera di bawa ke penjara bawah tanah untuk