Share

BAB 7

Penulis: NawankWulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Beli apalagi dong, Mas? Aku nggak tahu makanan dan barang kesukaan ibu kaya apa," ucap Vonny setelah keluar dari toko kue. 

"Kamu bilang dong makanan dan barang favorit ibu itu apa. Biar aku bisa cari yang kira-kira pas buat ibu. Takutnya ibu nggak suka pilihanku, aku kan jadi nggak enak, Mas." Vonny terus saja berceloteh, sementara Baim hanya membalasnya sesekali. 

"Ambil saja yang sesuai hatimu, ibu akan tetap menerimanya dengan baik, Von. Jangan terlalu banyak dan jangan mahal-mahal," balas Baim kemudian. 

"Ngasih orang tua itu harus yang terbaik, Mas." 

"Iya, tapi-- 

"Sudah. Sudah. Aku mau beliin ibu gamis dulu di toko itu ya? Kalau kamu nggak mau ikut, boleh tunggu di mobil saja. Nggak lama kok, aku segera balik." Vonny menyerahkan dua kotak kue ke tangan Baim sebelum pamit ke toko busana yang ada di seberang jalan. 

Hari ini adalah hari pertama Baim mengajak Vonny ke rumah. Gadis itu terlalu heboh, ingin begini dan begitu. Padahal Baim hanya menuruti permintaan ibunya untuk memperkenalkan perempuan itu secara resmi, setelah minggu lalu tak sengaja bertemu di mall. 

"Kamu teman kantornya Baim?" tanya Soraya waktu itu. Baim yang berdiri di sampingnya hanya membisu. Sesekali menatap ibu dan Vonny bergantian. 

"Iya, Tante. Saya teman kantornya Mas Baim. Bukan teman kantor sih sebenarnya karena saya cuma magang di sana. Kebetulan pemilik kantor itu sahabat papa saya. Jadi, setelah lulus kuliah bulan lalu saya diminta untuk magang di sana sebelum balik ke Jogja." Vonny cukup semringah membalas pertanyaan Soraya. 

"Bagus itu, Von. Masih muda harus punya semangat tinggi dalam berkarir." Soraya menambahkan. 

"Iya, Tante. Kebetulan nanti di Jogja papa minta saya untuk membantu kakak mengelola perusahaan keluarga, jadi mau nggak mau ya harus belajar lebih banyak." Vonny kembali tersenyum. 

Vonny cukup pintar mengambil hati orang lain. Sengaja sedikit memamerkan kekayaannya agar mempermudah jalannya untuk mendapatkan hati Baim. Entah mengapa Vonny merasa cocok dan nyaman dengan lelaki di sampingnya. Lelaki yang bertanggungjawab, tak neko-neko dan punya semangat tinggi untuk berkarir. Vonny merasa Baim akan menjadi pasangan yang pas untuknya, tak peduli jika dia sudah menikah sekalipun. 

Setelah ditinggal pergi kekasihnya setahun lalu, Vonny belum bisa membuka hati dengan lelaki manapun. Namun, saya bersama Baim selama dua bulan belakangan rasa nyaman itu pun hadir menyelusup hatinya. Rasa yang selama ini belum pernah dia dapatkan dari siapapun. Oleh karena itulah Vonny berusaha mencuri hati Baim meski dia tahu laki-laki itu terlalu kaku dan tak mudah ditaklukkan. 

"Wah, kamu pasti dididik dari orang tua dan keluarga yang hebat, Von. Tante bangga loh kamu mau berteman dengan Baim yang berasal dari keluarga sederhana ini." Soraya mulai melancarkan aksinya. Dia ingin tahu bagaimana tanggapan Vonny tentang Baim. 

"Nggak masalah, Tante. Saya biasa berteman dengan siapapun kok." Vonny sedikit salah tingkah saat Soraya menatapnya lekat. 

"Baim cuma sebagai asisten manager di kantornya, sementara kamu dan keluargamu di Jogja bahkan punya perusahaan sendiri. Apa mereka nggak keberatan misalkan kamu bergaul dengan orang biasa seperti Baim?" Vonny tersenyum tipis. Belum sempat menjawab, Baim pun menyela. 

"Ibu kenapa sih mencecar Vonny seperti itu? Namanya berteman nggak masalah dong sama siapapun. Kami hanya teman kantor, Bu. Nggak ada hubungan lebih. Masa iya kerja bareng satu kantor nggak diizinkan berteman." Baim mendengkus kesal. Baim tak nyaman dengan beragam pertanyaan Soraya yang mulai aneh menurutnya. 

"Iya kan ibu nggak tahu kalau kalian hanya berteman. Ibu pikir kalian berdua menjalin hubungan lebih." Soraya tersenyum tipis pada Vonny yang mulai bersemu merah. 

"Nggak mungkinlah, Bu. Vonny pasti sudah punya kekasih atau mungkin tunangan." Baim berucap asal. Baim mulai malas jika ibunya membahas soal pasangan. Proses perceraiannya dengan Meira saja belum kelar, ibunya sudah mulai memintanya mendekati perempuan lain. 

"Aku belum punya pacar kok, Mas. Apalagi tunangan. Pacaran sekali itupun putus setahun lalu karena dia ketahuan selingkuh. Setelah itu belum punya kekasih lagi." Tanpa diminta, Vonny ikut menjelaskan statusnya. 

"Nasib kalian ternyata sama ya. Vonny diselingkuhi kekasihnya, sementara Baim diselingkuhi istrinya. Cocok dong. Kalian pasti bahagia dan bisa saling melengkapi satu sama lain jika punya hubungan khusus." Soraya semakin terang-terangan menjodohkan Baim dengan Vonny. Soraya benar-benar merasa Vonny adalah menantu idamannya. 

"Benarkah begitu, Tante? Kasihan sekali Mas Baim. Kok bisa ya istrinya selingkuh? Padahal di kantor, banyak karyawan yang suka sama Mas Baim loh, Tan." 

"Itulah, Von. Mantan istrinya kurang bersyukur. Dia bahkan selingkuh dengan teman baik Baim sendiri. Makanya Baim sampai sefrustasi ini." Vonny manggut-manggut. Dia semakin merasa jika Baim adalah jodoh yang dikirimkan Tuhan untuknya. 

Penjelasan Soraya membuat Vonny semakin ingin mendapatkan Baim seutuhnya. Tak ada halangan lagi baginya untuk mencuri hati Baim karena laki-laki itu sudah single dan tak ada yang punya. 

Baim menghela napas. Tak ingin mendengar ibunya terus memojokkan Meira, laki-laki itu pun pamit ke kamar. Dia beralasan ingin membersihkan badan yang terasa lengket dan nggak nyaman. 

"Baim itu memang sedikit kaku, tapi kalau sudah cinta bakalan rela banyak berkorban. Dia juga tipe setia. Dari dulu banyak yang suka, tapi dia tetap setia sama istrinya. Kasihan dia malah diselingkuhi." Soraya kembali menjelekkan Meira di depan Vonny untuk menarik simpatinya. 

"Iya, Tante. Saya juga merasakan bagaimana sakitnya diselingkuhi. Kalau saja Mas Baim mau dekat dengan saya, tentu saya akan bahagia sekali. Saya merasa nyaman dan cocok jika ngobrol dengannya, Tante." Sedikit malu-malu Vonny sengaja mengatakannya. Vonny ingin memperjelas sikap Soraya apakah setuju jika Baim memiliki hubungan khusus dengannya atau justru menolak. 

"Bagus itu, Von. Tante juga setuju kalau kalian berhubungan apalagi sampai menikah. Nanti Tante bantu supaya hati Baim yang beku itu mulai mencair. Yang penting kamu jangan lelah mendekatinya ya?" Soraya bernapas lega. Akhirnya rencana yang dia susun selama ini akan membuahkan hasil. Dia sudah sukses menyingkirkan Meira dan kini nyaris berhasil mendapatkan Vonny yang notabene anak orang kaya. 

*** 

Komen (8)
goodnovel comment avatar
Meria Gusti
mertua gila
goodnovel comment avatar
Elia Aman
orang tua Baim tidak boleh di contoh adek nya juga berani mencampuri rmh tangga Baim. inti jgn sampai seperti mereka.
goodnovel comment avatar
Wina Fauzi
geram aku liat mertua jahat kaya gtu.........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 8

    Baim bergeming di tepi ranjang. Dia malas keluar karena ibunya masih terus menyudutkan Meira di depan Vonny. Baim tahu Meira tak sepolos yang dia kira, tapi dia merasa tak sepantasnya ibu selalu menyudutkannya. Baim masih saja tak rela jika ibu kembali mengungkit asal usulnya yang memang terbuang di panti asuhan. [Selamat tinggal, Mas. Berbahagialah dengan dunia barumu. Aku dan Aldo juga akan bahagia dengan lembaran baru kami. Satu hal yang harus kamu tahu, aku tak pernah mengkhianati pernikahan kita. Sepertinya justru kamulah yang mulai bermain mata] Baim cukup shock dengan pesan dan foto yang muncul di layar handphonenya. Meira. Kekhawatirannya benar-benar terjadi. Meira tahu kebersamaannya dengan Vonny di cafe tadi. "Aku tak pernah mengkhianati pernikahan kita." Baim tersenyum miring saat mengulang kalimat itu. Kata-kata yang baginya terlalu bo doh dan tak pantas dipercaya. Dua kali Baim memergoki Meira diantar pulang oleh Arya dan dua kali pula dia memaafkan kesalahannya. Bera

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 9

    Baim mulai gelisah. Berulang kali mencoba menghubungi Meira, tapi berulang kali pula nomornya tak aktif. Baim memang belum sepenuhnya bisa mengikhlaskan Meira. Rasa cinta itu masih ada di dalam hatinya. Begitu pula rasa khawatir yang kini mendadak begitu terasa. Baim ingat jika tiga hari lalu Meira sempat bilang uang bulanannya habis karena diminta ibu untuk melunasi cicilan gamisnya. Hanya tersisa lima ratus ribu saja sampai akhir bulan. Itu artinya Meira tak memiliki uang cukup untuk pegangan. "Pergi kemana kamu, Mei? Apa kamu benar-benar pergi jauh seperti yang kukatakan dalam pesan itu? Apa kamu sesakit itu sampai mematikan handphonemu?" Baim bermonolog. Rasa takut mulai menelusup dalam hatinya. Dia takut jika Meira kecewa dan frustasi hingga melakukan hal-hal yang tak diinginkan. Ada secuil penyesalan dalam hatinya karena sudah meminta Meira pergi sejauh mungkin agar tak bisa ditemukannya lagi. "Seharusnya aku tak seegois itu. Bagaimana mungkin aku membiarkan Meira pergi tanp

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 10

    Baim mengerjap. Dibaca kembali pesan dari bunda untuk kedua kalinya. Jika bunda menanyakan Meira, itu artinya dia tak ada di panti. Jika tak balik ke panti, lantas kemana Meira pergi? Baim kembali bingung dan mulai menduga-duga. Baim tahu pasti jika Meira tak memiliki siapa-siapa selain bunda dan keluarganya. Pikiran buruk pun mulai menyesaki benak. Mungkinkah Meira pergi bersama Arya? Apakah Arya berdusta soal keberangkatannya ke Belanda? Atau mereka memang sengaja merencanakan ini semua? Baim melemparkan vas bunga di meja rias ke dinding hingga hancur berkeping-keping. Pikirannya benar-benar kacau sekarang. Rasa cemburu dan emosi itu kembali menyala setelah mendapatkan pesan dari bunda. Baim mulai menerka-nerka siapa yang datang ke panti asuhan itu. "Nggak mungkin Arya. Iya, nggak mungkin! Aku harus yakin jika dia memang sudah ke Belanda tiga hari lalu. Tiketnya pun aku tahu. Lagipula dia bukan paruh baya. Usianya saja sama denganku baru menginjak kepala tiga. Kalau memang Arya y

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 10B

    Baim keluar kamar setelah mengganti pakaiannya dengan kaos hitam berkerah dan celana jeans di bawah lutut. Wajahnya tampak lebih segar setelah membersihkan badan. Vonny tersenyum tipis saat menatap lelaki itu sekilas. Soraya pun sempat melirik ke arahnya. Wanita itu sangat berharap jika Vonny benar-benar menjadi menantunya. Calon menantu yang selama ini diidam-idamkannya. "Sorry, Von. Agak kelelahan tadi, makanya istirahat di kamar. Gimana ibu? Pasti teramat cerewet kan?" Baim tersenyum tipis sembari melirik ibunya. "Kamu ini, sama ibu sendiri selalu dijelek-jelekkan." Soraya tersenyum kecut, sementara Vonny melebarkan senyumnya."Nggak kok, Mas. Ibu sangat ramah dan aku bersyukur bisa mengenal beliau. Sosoknya mengingatkanku pada mami yang telah tiada." Vonny menghela napas panjang lalu kembali menatap wanita paruh baya di depannya. Soraya dan Baim pun saling pandang. Keduanya tak tahu jika Vonny sudah tak memiliki ibu. "Oh, mami kamu sudah tiada?" Baim bertanya singkat. Vonny pun

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 11

    Mei, hati-hati di jalan. Sampai Jogja kasih kabar ya? Biar nanti dijemput Dina. Dia baik kok, keluarganya juga sangat ramah. Aku sering dipaksa menginap di rumahnya tiap kali ke Jogja. Dia adik tingkatku saat kuliah dulu. Kami sering bertemu di perpustakaan saat itu karena sama-sama suka membaca buku. Aku sudah kasih nomor baru kamu ke dia. Bahagia di kota gudeg ya, Mei. Bukan depan aku menyusul ke sana] Pesan dari Una kembali membuat kedua mata Meira berkaca. Detik ini, Meira tak tahu bus yang ditumpanginya melaju sampai mana. Namun, dia cukup lega bisa meninggalkan ibukota yang sarat dengan luka. Berharap di kota baru nanti dia akan menemukan kebahagiaan yang selama ini dimimpikannya. Suasana bus remang-remang. Supir dan kondektur sepertinya masih mengobrol lirih di kursi depan, sementara Meira dan Aldo duduk di kursi ke tiga. Meira menatap anak lelakinya yang menggeliat pelan lalu kembali meringkuk di lengannya. Tak terasa mata bening itu pun kembali berkaca. Meira tak pernah me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 12

    "Tunggu! Apa kamu pendatang di kota ini?" Pertanyaan itu membuat langkah Meira dan Aldo terhenti. Ibu dan anak itu pun membalikkan badan bersamaan. Meira mengangguk, sementara Aldo sedikit ketakutan saat melihat laki-laki itu melangkah perlahan menghampiri mereka. Jagoan kecil itu berlindung di belakang tubuh bundanya. "Apakah kalian ingin piknik ke candi Prambanan?" tanyanya kemudian. Meira menggeleng pelan. "Kalau begitu, kalian mau kemana? Ada tempat tujuan? Kalau tidak, di belakang masjid ada satu kamar khusus musafir." Laki-laki yang tadi tampak garang itu mulai menurunkan volume suaranya. Meira mendongak. Tak sengaja bersirobok dengan laki-laki di hadapannya yang kini mengangguk pelan. "Maafkan saya kalau tadi sedikit menjengkelkan. Sebagai salah satu pengurus masjid, kami memang sedikit waspada dengan tamu di masjid ini. Dua hari lalu ada musafir yang tidur di emperan masjid. Namun, saat menjelang subuh tiba-tiba kami dikagetkan dengan hilangnya kotak amal. Setelah dicek d

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 12B

    Sepeninggal Doni, air mata Meira luruh seketika. Dia begitu terharu dipertemukan dengan orang baik sepertinya. Gegas dia seka kedua pipinya yang basah lalu mengusap pelan punggung Aldo yang masih menyeruput kuah mienya. "Lagi, Sayang? Punya bunda masih banyak nih." Meira menunjuk mie rebus miliknya. "Iya masih banyak karena bunda belum makan." Aldo nyengir sembari meletakkan sendoknya ke mangkuk lalu meneguk air putih yang sudah disiapkan Doni tadi. "Makan, Bunda. Bunda pasti lapar. Iya kan?" "Bunda kenyang. Kalau Aldo masih lapar, makan punya bunda nih." Meira kembali menawarkan, tapi Aldo menggeleng pelan. Jagoan kecil itu tahu jika bundanya saat ini sama laparnya dengan dia. Aldo yakin bunda hanya pura-pura kenyang agar dia mau makan mie rebus milik sang bunda. Meski belum terlalu kenyang, tapi Aldo pura-pura bilang sudah kekenyangan demi melihat bundanya makan. Jagoan kecil itu tak paham apa yang terjadi di antara bunda dan ayahnya. Namun, dia mengerti jika keduanya tak bisa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 13

    "Ya Allah, ternyata Mas Baim memperkenalkan perempuan itu pada ibu," lirih Meira dengan mata berkaca. "Tak mengapa jika dia memang mencintai perempuan lain, tapi aku berharap tak secepat ini. Di saat aku masih berusaha menata hati dan mencari tempat untuk berteduh, secepat itu dia memiliki tempat berlabuh. Aku benar-benar merasa tak berharga di matanya. Apakah Mas Baim sama sekali tak merasa bersalah sudah memperlakukanku dan Aldo seperti ini? Ya Allah teganya ...." Meira kembali menitikkan air mata. [Hei, Meira. Aku yakin saat ini kamu mewek lagi. Aku kirim foto-foto itu biar kamu makin semangat untuk move on. Jangan menoleh ke belakang lagi karena itu tak ada gunanya. Bukan malah pengin lihat kamu mewek begini. Aku kenal kamu sejak lama, Mei. Aku tahu kamu berbeda dengan perempuan lain. Kamu itu kuat. Kejar mimpi dan bahagiamu di sana ya! Aku yakin di balik semua ini, Allah sudah mempersiapkan sesuatu yang indah untukmu dan Aldo. Ganbatte, Meira Althafunnisa! Salam sayang dan kecu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 113

    Meira melirik jam mungil di tangannya, hadiah spesial dari sang suami tempo hari. Jarum jamenunjuk angka satu leboh sedikit. Meira baru saja menidurkan Dee di kamarnya lalu segera menuruni tangga karena sudah janji akan menjemput Aldo sore ini."Hari ini sama besok, Aldo mau dijemput bunda. Boleh, Bun?" pinta Aldo setelah sarapan pagi tadi. Tanpa menolak, Meira pun mengiyakan. Jarang sekali Aldo minta dijemput, mungkin dia sedang merindukan bundanya atau memang karena menjelang hari lahirnya jadi sedikit manja. Biasanya Meira juga sering jemput Aldo di sekolah sembari jalan-jalan dengan Dee, hanya saja akhir-akhir ini memang cukup sibuk. Ada beberapa hal yang harus dia kerjakan setelah sah menjadi istri Raka. Terlebih pasca kecelakaan beberapa hari lalu. "Mbak, tolong nanti sesekali cek Dee ya? Dia sudah tidur di kamar. Saya mau jemput Aldo dulu," ujar Meira sembari membenarkan letak kruknya. Pasca kecelakaan beberapa hari lalu, Meira memang belum sembuh total. Dia masih minta ban

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 112

    "Kenapa tegang begitu, Pa? Ada masalah?" tanya Sundari cemas saat suaminya melangkah tergesa ke luar rumah. "Papa mau keluar sebentar, Ma. Ada yang harus diselesaikan. Mama nggak perlu cemas. Ini soal kecelakaan Raka dan Meira tempo hari," balas Wicaksono sembari membenarkan kemejanya. "Apa ada bukti lain, Pa?" Sundari ikut penasaran. Wicaksono memang cukup terbuka dalam hal apapun pada istrinya, termasuk soal penyelidikan kecelakaan itu. Makanya, Sundari ikut penasaran dengan hasil penyelidikan suaminya akhir-akhir ini. "Ada, Ma. Makanya, papa mau ke lokasi dulu. Doakan saja semua lekas terbongkar dan kita temukan dalang utamanya." Sundari mengangguk lalu mengusap puncak kepala Dee yang kini dalam gendongannya. "Hati-hati di jalan, Pa. Semoga dimudahkan semuanya." Wicaksono mengangguk lalu mengulurkan tangan kanannya, sementara Sundari mencium punggung tangan itu seperti biasa. Dee pun mengikuti apa yang dilakukan Omanya. Sundari mengantar suaminya sampai teras lalu meminta Pak

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 111B

    Hujan deras mengguyur kota Jogja siang itu, namun Wicaksono belum beranjak dari depan jendela kamarnya. Sesekali menatap taman kecil di luar jendela dengan beragam bunga yang mulai basah oleh gerimis. Tak selang lama, terdengar dering handphone di atas meja rias istrinya. Nama Surya muncul di layar. Sejak tadi, Wicaksono memang sedang menunggu panggilan dari lelaki yang sudah bertahun-tahun menjadi asisten pribadinya itu. Wicaksono tak sabar ingin mengetahui kabar penyelidikan kecelakaan anak dan menantunya tempo hari. "Gimana hasilnya, Sur?" tanya Wicaksono tanpa basa-basi setelah panggilan handphone itu dia terima. Suara bariton dari seberang terdengar jelas di telinga lelaki beruban itu. Dia mulai fokus dengan cerita Surya. "Foto dan beberapa video yang berhasil saya dapatkan dari beberapa titik CCTV sudah saya kirim ke email bapak. Bapak bisa cek sekarang," ujar Surya kemudian. "Apa ada yang janggal?" tanya Wicaksono lagi sembari membuka laptopnya. Perlahan mencar

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 111A

    "Kalian yakin kalau semua ini murni kecelakaan?" tanya Wicaksono untuk kedua kalinya saat anak dan menantunya telah keluar dari rumah sakit."Aku dengar dari orang-orang yang menolong kami di lokasi kejadian, pengemudi mobil itu memang sedang tergesa-gesa, Pa. Dia bilang istrinya masuk rumah sakit, makanya melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Saat kejadian, dia bilang berusaha memperlambat laju mobilnya, tapi sudah terlanjur bertabrakan dengan mobil kami." Raka kembali menjelaskan sesuai yang didengar dari orang-orang yang menolongnya saat itu. "Tapi entah mengapa papa masih belum yakin jika semua ini memang kebetulan semata, Ka. Apa nggak ada hal-hal yang mencurigakan lainnya?" ulang Wicaksono berusaha mencari sisi lain dari tragedi yang menimpa anak dan menantunya itu. Raka terdiam sejenak, lalu menggeleng pelan. "Melihat kondisi mobil yang kalian pakai sampai ringsek begitu, papa benar-benar tak bisa mengabaikan kejadian ini begitu saja. Beruntung kalian bisa selamat, meski

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 110B

    "Sayang .…" Suara Raka bergetar. Perlahan, Raka kembali mencium pipi istrinya lalu duduk di samping pembaringan."Mas, kenapa kamu di sini? Kamu juga harus istirahat," ujar Meira setelah membuka mata perlahan."Gimana mau istirahat, Sayang. Aku nggak bisa tenang kalau belum melihat keadaanmu, tapi kamu tak perlu risau. Aku baik-baik saja. Lihatlah, hanya ada luka kecil di kening dan lengan kanan saja." Raka memperlihatkan lukanya yang sudah diobati dan diperban."Alhamdulillah. Syukurlah kalau begitu, Mas. Aku bisa lebih tenang sekarang," lirih Meira. "Sayang, sekali lagi maafkan aku karena nggak bisa melindungimu.""Jangan bilang begitu, Mas. Musibah nggak ada yang tahu. Yang penting kita sama-sama selamat dan itu sudah cukup," balas Meira sembari membalas genggaman tangan suaminya. Tak selang lama, seorang perawat datang menghampiri keduanya. "Pak, sebaiknya bapak istirahat dulu. Kondisi bapak juga belum pulih. Soal Bu Meira, InsyaAllah kami akan berusaha menjaga dan merawatnya d

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 110A

    "Mei! Kamu baik-baik aja?" Raka meraih tangan Meira, meskipun tubuhnya terasa sakit akibat benturan. Keningnya berdarah terkena pecahan kaca. Lengan bajunya pun tampak kemerahan karena darah dan luka, sementara Meira terlihat lebih parah. "Sayang, maafkan aku. Kamu baik-baik saja kan?" lirih Raka dengan sisa tenaga yang ada. Kali ini dia benar-benar merasa bersalah sudah membuat istri tercintanya terluka seperti itu. Darah segar menetes di kening dan kaki Meira. Meira memang jauh lebih parah sebab bagian kiri mobil terbentur trotoar lalu menghantam pohon. Sepertinya dia mengalami patah tulang di bagian kaki. Entahlah. Meira hanya mampu mengeluarkan suara pelan. "Mas … aku …." Saat Meira perlahan membuka matanya, rasa sakit menjalar di tubuhnya. Pandangannya kabur, tetapi samar-samar ia mendengar kembali suara pria yang sangat dicintainya.Kepalanya terasa berat, tapi genggaman tangan Raka membuatnya tersadar jika lelaki itu masih berusaha melindunginya meski dalam kepayahan. Di te

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 109

    Ken duduk di sofa ruang tamu, bersandar santai sambil memainkan ponselnya. Pandangannya sesekali melirik ke arah tangga, menunggu Raka dan Meira turun ke ruang makan. Ketika mendengar suara langkah kaki mereka, senyuman iseng langsung tersungging di wajahnya. “Wah, wah! Pengantin baru akhirnya turun juga!” Ken berseru, nadanya penuh godaan. Raka hanya tersenyum tipis dan menggeleng pelan, sementara Meira langsung menunduk malu dengan wajah yang bersemu merah. Ia mencubit lengan Raka pelan, seolah memintanya untuk menghentikan Ken. "Sudah tiga hari Ken, bukan baru lagi," balas Raka berharap adik kandungnya itu tak terus menggoda. "Baru tiga hari, belum tiga tahun. Itu masih sangat baru, Mas. Kinyis-kinyis." Ken terkekeh, apalagi saat melihat Meira mencelos dengan wajah semu merahnya. "Bercanda, Mei. Lihat deh, kalian berdua kelihatan sumringah banget pagi ini. Jangan-jangan…" Ken menaikkan alisnya, menatap kakak dan iparnya itu dengan ekspresi penuh arti. “Sudah cukup, Ken

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 108B

    Adzan subuh berkumandang. Raka sudah keluar dari kamar mandi. Entah mengapa dia merasa teramat gerah sampai akhirnya mandi untuk kedua kalinya. Meira pun tersenyum melihat suaminya muncul dengan rambut yang basah. "Buruan mandi, sholat subuh sendiri ya? Aku mau ke masjid sama papa." Raka tersenyum lalu buru-buru memakai baju lengan panjang dan sarung kesayangan. Tak lupa membawa sajadah di pundaknya. Setelah mengucap salam, Raka keluar kamar sementara Meira kembali menutup wajahnya dengan telapak tangan. Debar di dadanya masih begitu terasa. Dia teramat gugup sekarang, tapi di sudut hati lain terasa berbunga-bunga. Tak munafik jika detik ini dia teramat bahagia. Tak membuang waktu, Meira beranjak dari ranjang lalu mandi wajib. Setelahnya baru menjalankan ibadah dua rakaat. Tepat saat mengucap salam, Raka masuk ke kamar. Meira kembali menatap wajah tampan itu sembari membuka mukenanya. "Sudah selesai kan? Tunggu sebentar di sini."Melihat anggukan istrinya, Raka pun tersenyum lalu

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 108

    Alarm handphone Raka berdering. Suasana masih sangat hening, hanya terdengar detak jarum jam yang terus berputar. Kali ini, Raka memang bangun lebih pagi dibanding biasanya. Sengaja karena ingin menikmati keindahan paginya yang berbeda. Matanya tertuju pada sosok Meira yang masih terlelap di sampingnya. Ia tersenyum tipis, merasa tenang sekaligus tak percaya. Meira kini telah sah menjadi istrinya, dan malam yang baru saja berlalu terasa seperti mimpi yang menyatukan mereka dengan lebih mendalam.Raka bukanlah tipe pria yang pandai mengungkapkan perasaannya secara terbuka. Ia pria dingin yang lebih banyak diam. Namun, di balik sikapnya yang tenang dan tertutup, ia memiliki rasa cinta yang begitu dalam pada wanita yang kini ada di sampingnya. Meira tahu hal itu, meski Raka jarang mengucapkannya langsung."Istriku benar-benar cantik. Wajahnya teduh dan polos tanpa polesan make up ," lirih Raka sembari terus menatap wajah Meira. Saat melihat istrinya menggeliat, Raka salah tingkah. Dia

DMCA.com Protection Status