Share

BAB 7

"Beli apalagi dong, Mas? Aku nggak tahu makanan dan barang kesukaan ibu kaya apa," ucap Vonny setelah keluar dari toko kue. 

"Kamu bilang dong makanan dan barang favorit ibu itu apa. Biar aku bisa cari yang kira-kira pas buat ibu. Takutnya ibu nggak suka pilihanku, aku kan jadi nggak enak, Mas." Vonny terus saja berceloteh, sementara Baim hanya membalasnya sesekali. 

"Ambil saja yang sesuai hatimu, ibu akan tetap menerimanya dengan baik, Von. Jangan terlalu banyak dan jangan mahal-mahal," balas Baim kemudian. 

"Ngasih orang tua itu harus yang terbaik, Mas." 

"Iya, tapi-- 

"Sudah. Sudah. Aku mau beliin ibu gamis dulu di toko itu ya? Kalau kamu nggak mau ikut, boleh tunggu di mobil saja. Nggak lama kok, aku segera balik." Vonny menyerahkan dua kotak kue ke tangan Baim sebelum pamit ke toko busana yang ada di seberang jalan. 

Hari ini adalah hari pertama Baim mengajak Vonny ke rumah. Gadis itu terlalu heboh, ingin begini dan begitu. Padahal Baim hanya menuruti permintaan ibunya untuk memperkenalkan perempuan itu secara resmi, setelah minggu lalu tak sengaja bertemu di mall. 

"Kamu teman kantornya Baim?" tanya Soraya waktu itu. Baim yang berdiri di sampingnya hanya membisu. Sesekali menatap ibu dan Vonny bergantian. 

"Iya, Tante. Saya teman kantornya Mas Baim. Bukan teman kantor sih sebenarnya karena saya cuma magang di sana. Kebetulan pemilik kantor itu sahabat papa saya. Jadi, setelah lulus kuliah bulan lalu saya diminta untuk magang di sana sebelum balik ke Jogja." Vonny cukup semringah membalas pertanyaan Soraya. 

"Bagus itu, Von. Masih muda harus punya semangat tinggi dalam berkarir." Soraya menambahkan. 

"Iya, Tante. Kebetulan nanti di Jogja papa minta saya untuk membantu kakak mengelola perusahaan keluarga, jadi mau nggak mau ya harus belajar lebih banyak." Vonny kembali tersenyum. 

Vonny cukup pintar mengambil hati orang lain. Sengaja sedikit memamerkan kekayaannya agar mempermudah jalannya untuk mendapatkan hati Baim. Entah mengapa Vonny merasa cocok dan nyaman dengan lelaki di sampingnya. Lelaki yang bertanggungjawab, tak neko-neko dan punya semangat tinggi untuk berkarir. Vonny merasa Baim akan menjadi pasangan yang pas untuknya, tak peduli jika dia sudah menikah sekalipun. 

Setelah ditinggal pergi kekasihnya setahun lalu, Vonny belum bisa membuka hati dengan lelaki manapun. Namun, saya bersama Baim selama dua bulan belakangan rasa nyaman itu pun hadir menyelusup hatinya. Rasa yang selama ini belum pernah dia dapatkan dari siapapun. Oleh karena itulah Vonny berusaha mencuri hati Baim meski dia tahu laki-laki itu terlalu kaku dan tak mudah ditaklukkan. 

"Wah, kamu pasti dididik dari orang tua dan keluarga yang hebat, Von. Tante bangga loh kamu mau berteman dengan Baim yang berasal dari keluarga sederhana ini." Soraya mulai melancarkan aksinya. Dia ingin tahu bagaimana tanggapan Vonny tentang Baim. 

"Nggak masalah, Tante. Saya biasa berteman dengan siapapun kok." Vonny sedikit salah tingkah saat Soraya menatapnya lekat. 

"Baim cuma sebagai asisten manager di kantornya, sementara kamu dan keluargamu di Jogja bahkan punya perusahaan sendiri. Apa mereka nggak keberatan misalkan kamu bergaul dengan orang biasa seperti Baim?" Vonny tersenyum tipis. Belum sempat menjawab, Baim pun menyela. 

"Ibu kenapa sih mencecar Vonny seperti itu? Namanya berteman nggak masalah dong sama siapapun. Kami hanya teman kantor, Bu. Nggak ada hubungan lebih. Masa iya kerja bareng satu kantor nggak diizinkan berteman." Baim mendengkus kesal. Baim tak nyaman dengan beragam pertanyaan Soraya yang mulai aneh menurutnya. 

"Iya kan ibu nggak tahu kalau kalian hanya berteman. Ibu pikir kalian berdua menjalin hubungan lebih." Soraya tersenyum tipis pada Vonny yang mulai bersemu merah. 

"Nggak mungkinlah, Bu. Vonny pasti sudah punya kekasih atau mungkin tunangan." Baim berucap asal. Baim mulai malas jika ibunya membahas soal pasangan. Proses perceraiannya dengan Meira saja belum kelar, ibunya sudah mulai memintanya mendekati perempuan lain. 

"Aku belum punya pacar kok, Mas. Apalagi tunangan. Pacaran sekali itupun putus setahun lalu karena dia ketahuan selingkuh. Setelah itu belum punya kekasih lagi." Tanpa diminta, Vonny ikut menjelaskan statusnya. 

"Nasib kalian ternyata sama ya. Vonny diselingkuhi kekasihnya, sementara Baim diselingkuhi istrinya. Cocok dong. Kalian pasti bahagia dan bisa saling melengkapi satu sama lain jika punya hubungan khusus." Soraya semakin terang-terangan menjodohkan Baim dengan Vonny. Soraya benar-benar merasa Vonny adalah menantu idamannya. 

"Benarkah begitu, Tante? Kasihan sekali Mas Baim. Kok bisa ya istrinya selingkuh? Padahal di kantor, banyak karyawan yang suka sama Mas Baim loh, Tan." 

"Itulah, Von. Mantan istrinya kurang bersyukur. Dia bahkan selingkuh dengan teman baik Baim sendiri. Makanya Baim sampai sefrustasi ini." Vonny manggut-manggut. Dia semakin merasa jika Baim adalah jodoh yang dikirimkan Tuhan untuknya. 

Penjelasan Soraya membuat Vonny semakin ingin mendapatkan Baim seutuhnya. Tak ada halangan lagi baginya untuk mencuri hati Baim karena laki-laki itu sudah single dan tak ada yang punya. 

Baim menghela napas. Tak ingin mendengar ibunya terus memojokkan Meira, laki-laki itu pun pamit ke kamar. Dia beralasan ingin membersihkan badan yang terasa lengket dan nggak nyaman. 

"Baim itu memang sedikit kaku, tapi kalau sudah cinta bakalan rela banyak berkorban. Dia juga tipe setia. Dari dulu banyak yang suka, tapi dia tetap setia sama istrinya. Kasihan dia malah diselingkuhi." Soraya kembali menjelekkan Meira di depan Vonny untuk menarik simpatinya. 

"Iya, Tante. Saya juga merasakan bagaimana sakitnya diselingkuhi. Kalau saja Mas Baim mau dekat dengan saya, tentu saya akan bahagia sekali. Saya merasa nyaman dan cocok jika ngobrol dengannya, Tante." Sedikit malu-malu Vonny sengaja mengatakannya. Vonny ingin memperjelas sikap Soraya apakah setuju jika Baim memiliki hubungan khusus dengannya atau justru menolak. 

"Bagus itu, Von. Tante juga setuju kalau kalian berhubungan apalagi sampai menikah. Nanti Tante bantu supaya hati Baim yang beku itu mulai mencair. Yang penting kamu jangan lelah mendekatinya ya?" Soraya bernapas lega. Akhirnya rencana yang dia susun selama ini akan membuahkan hasil. Dia sudah sukses menyingkirkan Meira dan kini nyaris berhasil mendapatkan Vonny yang notabene anak orang kaya. 

*** 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
orangtuanya DAJJAL
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status