"Apa-apaan sih kamu, Rum. Kamu sudah benar-benar kurang ajar sama kita!" bentak Mas Aron."Si Arum kayanya sudah gila nih!" sahut Mbak Delia."Orang kampung, kelakuannya juga kampungan!" maki Mas Dion."Kutampar kamu, Rum, menyebalkan sekali!" Mbak Wisna menimpali.Masih banyak lagi umpatan serta caci maki dari mereka kepadaku. Kutatap mereka tanpa rasa takut apalagi merasa bersalah, karena memang aku tak bersalah."Nantangin kamu, Rum?" bentak Mbak Ayu.Aku masih diam tak merespon caci maki dari mereka. Dan itu membuat mereka semua semakin kesal padaku."Pantes, nggak ada cowok kaya yang mau sama kamu. Kelakuan kamu menyeramkan seperti ini, yang naksir paling mentok standar. Cuma punya motor!" sindir Mbak Delia."Mau pulang sendiri, atau aku usir?" tekanku pada mereka."Kamu ngusir kami?" tanya Mbak Ayu sengit."JAWAB! Mau pulang sendiri atau mau aku usir!"Aku berteriak sangat kencang membuat mereka semua kaget dan saling tatap satu sama lainnya."Demi Allah. Biar Allah miskinkan kal
"Mas ngomong kaya gitu seolah-olah tidak pernah buat kesalahan pada kami, terutama sama Bapak dan Ibu?""Ya Allah ... Mas benar-benar berubah setelah merantau. Mbak Ayu dan Mbak Wisna pun berubah setelah menikah. Apa kalian salah pergaulan dan lingkungan, Mas? Arumi kangen dengan kalian yang dulu."Kakiku lemas seperti tak bisa menopang tubuh ini. Tangisku pun pecah seketika teringat kebersamaan kami dahulu."Nggak ada yang berubah dari diriku. Kalian aja yang terlalu sensitif dan baperan, Rum," katanya dengan enteng."Jadi maksudnya Bapak, Ibu dan Arumi yang salah gitu, Mas, bukan kalian? Oh, ya, kalau begitu Arumi coba untuk nggak baperan dan sensitif seperti apa yang Mas bilang." Wajahnya berubah binar, Mas Aron tersenyum seraya menganggukkan kepalanya pelan."Nah, gitu dong, Rum. Zaman sudah semakin modern. Jangan jadi orang yang kampungan lagi. Kalau bisa nanti kamu cari pasangan yang bisa naikkan derajatmu," katanya semringah.Tanpa peduli dengan omongannya aku segera kembali m
"Makasih, Dev. Padahal kita nggak punya hubungan darah, tapi kamu baik banget sama aku," kataku terharu."Jangan kaya gitulah, Rum. Kita ini saudara seiman dan setanah air," sahutnya tersenyum.Setelah menunggu beberapa menit makanan pun jadi satu per satu. Lalu Devi pun mengajakku untuk membeli minuman boba yang kekinian. Devi juga membelikan untuk Bapak dan ibuku."Arumi!" Seseorang memanggilku.Aku menoleh ke sumber suara tersebut dan mencari siapa orang yang memanggilku.Seorang pria menaiki motor sport memakai helm juga masker melambaikan tangannya padaku."Habis jajan, Rum?" tanyanya.Suaranya sangat familiar tapi aku belum tahu siapa lelaki dibalik masker itu. Ia lantas membuka helm serta maskernya."Refaldy," gumamku."Habis jajan apa?" tanyanya lagi."Ini beli martabak sama makanan yang lain."Pantas saja aku tidak mengenalinya, karena beberapa kali bertemu dan mengantarkan aku pulang ia menggunakan motor matic bukan motor sport."Ini yang mau ngajak kamu kerja, Rum?" tanya D
Senin pagi, hari yang aku tunggu-tunggu pun tiba. Aku sudah mempersiapkan semuanya semalam sebelum tidur untuk melamar pekerjaan dengan Refaldy juga Ratna.Refaldy bilang tak usah pakai atasan kemeja putih serta bawahan hitam seperti pada umumnya orang melamar pekerjaan. Ia hanya menyuruhku untuk berpakaian rapih serta sopan.Syukurlah Refaldy berkata seperti itu. Jadi Bapak dan Ibu tak akan curiga padaku jika aku sudah tak kerja lagi di toko roti.Nanti aku akan bilang jika memang sudah mendapatkan pekerjaan yang baru. Semoga saja aku diterima pekerjaan di sana."Sudah mau berangkat, Nduk?" tanya Bapak ketika aku sedang bersiap-siap."Nanti jangan lupa sarapan dulu, Nduk." Ibu mengingatkan."Iya, Pak, Bu. Doain biar semuanya lancar hari ini," kataku."Aamiin. Ibu sama Bapak selalu mendoakan kamu serta anak-anak kami yang lain."****Sebuah mobil Toyota Alphard berwarna hitam berjalan ke arah rumah orang tuaku. Aku tidak tahu siapa itu yang datang, mungkin saja teman atau kerabatnya k
"Dinner berdua?" tanyaku lagi untuk memastikan ucapan Refaldy. Apakah ia serius atau bercanda saja.Tapi mimik wajahnya memang terlihat serius, tak ada raut bercanda atau hanya sekedar basa-basi saja."Iya berdua," ucapnya meyakinkan."Bagaimana?" tanyanya lagi meminta jawaban."Aku belum pernah dinner berdua dengan lelaki.""Kalau begitu, ajak kedua orang tuamu," katanya sambil tersenyum."Hah?"Aku bingung harus menjawab apa lagi. Ingin menolak tetapi aku tidak enak, apalagi Refaldy sudah sangat baik kepadaku.Tapi ....Untuk dinner berdua pun aku merasa canggung karena sebelumnya aku memang tidak pernah dinner dengan lelaki berduaan. Apalagi yang bukan mahramku.Lalu ... bagaimana ini."Kamu sedang tidak menolakku secara halus 'kan?" tanyanya dengan wajah penuh harapan."Ma--mau kapan dinnernya?" ucapku gugup."Nanti malam, Rum, siap kan?" Refaldy sangat antusias sekali, sementara dari tadi Ratna terus mengulum senyum mendengarkan obrolan kami."Eheeem." Ratna berdehem.Refaldy me
"Kamu itu memang harus ditampar, Rum, biar nggak kurang ajar!" bela Mas Aron pada istrinya."Sudah cukup! Jika kamu ingin pergi ke Jakarta sekarang silakan pergi! Kalian semua juga pergi saja dari rumah Bapak!" Bapak menantap nyalang pada anak-anaknya."Bapak ngusir kami?" tanya Mbak Wisna."Iya, daripada setiap hari buat keributan aja di sini!" tegasnya."Anak bungsu Bapak yang selalu nyari perkara!" tukas Mbak Ayu menunjuk wajahku geram.Di rumah Bapak hanya tinggal Mbak Wisna, Mbak Ayu, Mas Aron dan juga istrinya. Sementara yang lain sudah pamit pergi karena katanya ada urusan pekerjaan.Sebenarnya rumah Mbak Ayu masih satu kota dengan Bapak hanya beda desa saja, sementara Mbak Wisna dan Mas Aron memang sudah jauh dengan Bapak dan Ibu.Tanpa banyak omong lagi Mas Aron segera menarik tangan istrinya untuk membereskan barang-barang mereka dan segera pergi dari sini.Aku diam saja tak membantu begitupun dengan Bapak dan Ibu.Mas Aron membereskan barangnya dengan tergesa karena keadaan
Aku meminta tolong pada dua orang lelaki itu untuk membawakan kulkasnya ke dapur saja.Selesai menaruh kulkas mereka pun berpamitan pergi, namun sebelum pergi aku memberikan uang tip untuk mereka membeli rokok."Rum, ini kulkas mahal banget lho. Dijual berapa sama temanmu?" tanya Pakde Nirwan."Dia jual ke aku cuma satu juta setengah, Pakde."Pakde Nirwan dan istrinya melongo setelah mengetahui harga jual kulkas itu."Masya Allah, temanmu pasti orang kaya, Rum. Sekalian sedekah itu dia, wong Bu Haji tempo hari beli kulkas dua pintu kaya gitu harganya sampai sepuluh juta."Sekarang giliran aku yang terpengarah mendengar jawaban Pakde."Rejekimu bagus, Rum," imbuh Bude Win."Alhamdulillah, Bude," sahutku.Selesai aku belanja dan mereka sudah melihat kulkas baruku. Bude dan Pakde pun berpamitan pergi untuk berkeliling kembali.Aku dan Ibu segera masuk ke dalam membawa barang belanjaan yang tadi kami beli.Setruman kulkas tadi sudah dicolok oleh dua lelaki yang membawa kulkas. Aku dan Ibu
Semua sudah selesai--dipersiapkan secara mendadak. Karena Refaldy pun memberitahukannya mendadak sekali.Aku kira bukan malam ini dia akan mengajakku untuk dinner. Makanya aku santai-santai saja.Ibu dan Bapak pun sudah berganti baju--siap untuk menyambut kedatangan Refaldy.Deru mesin mobil terdengar di halaman rumah. Apa mungkin Refaldy ke sini meminjam mobil bosnya lagi? Hem, bisa saja sih. Bosnya memang sangat baik, mungkin Refaldy anak buah kesayangannya. Makanya diperlakukan dengan istimewa.Tok! Tok!"Assalamualaikum."Buru-buru aku membukakannya pintu dan membalas salamnya. Ia tersenyum ketika menyambutnya. Begitu banyak buah tangan yang Refaldy bawa ke rumahku. Aku jadi tidak enak hati padanya."Ayo masuk," ajakku.Refaldy pun mengangguk lalu masuk mengekoriku dari belakang."Assalamualaikum, Pak, Bu." Refaldy mencium punggung tangan orang tuaku dengan takzim."Waalaikumsalam.""Ayo silakan duduk, Nak. Tapi maaf, ya, rumah Bapak memang seperti ini lantainya. Masih berupa pel
SERANTANG RENDANG BASI part 72"Gila, ya, kamu. Tega menjual istri sendiri ke klien hanya demi uang!" teriak Meisha pada Pandu."Kamu pikir aku benar-benar masih mau menerimamu, setelah kamu membohongiku, hah? Aku tau semuanya bahwa anak yang sempat kamu kandung itu adalah bukan anakku!" tukas Pandu yang membuat Meisha seketika bungkam."Tidak usah sok suci dan menangis tersedu begitu. Bukankah kamu sendiri suka berganti-ganti pasangan dengan mencari laki-laki kaya? Sekarang aku berbaik hati dengan mencarikanmu laki-laki kaya!" Pandu tertawa puas.Meisha meruntuk kebodohannya sendiri karena begitu percaya dengan semua ucapan manis Pandu.Kini ia menyesali semuanya karena lebih memilih menjadi Pandu dibanding dengan David dulu."Gara-gara kamu aku dapat ancaman dari istri laki-laki itu Pandu!" teriak Meisha."Sebelumnya kamu juga merebutku dari Ayu bukan? Jadi sekarang kenapa kamu mengeluh? Bukankah sebutan pelakor itu memang pantas untuk dirimu, Meisha?" tegas Pandu dengan tangannya m
SERANTANG RENDANG BASI part 71"Assalamualaikum."Kedatangan Refaldy bersama dengan keluarga Clara dan juga ustaz serta kiyai, membuat orang-orang di rumah Arumi terlihat bingung.Arumi membuang napas lega dan tersenyum senang melihat suaminya kembali dalam keadaan baik-baik saja."Waalaikumsalam."Semuanya dipersilakan untuk duduk di ruang tamu. Berkumpul bersama seperti sedang menghadiri sebuah rapat penting.Refaldy memeluk Arumi dan mengusap pelan perut Arumi yang membuncit, ia terlihat lega karena mengetahui Arumi baik-baik saja.Ibu dan Bapak serta yang lainnya saling bersalaman dan berkenalan. Lalu Ayu, Ratna dan Devi segera pergi ke dapur untuk membuatkan minuman dan mengeluarkan cemilan untuk dihidangkan."Sedang ada urusan bisnis ya, Nak?" tanya Bapak membuka obrolan lebih dulu."Bukan, Pak. Nanti Refaldy akan jelaskan, tapi untuk itu Refaldy akan menghubungi orang tuaku dulu dan juga Paman Adiwijaya."Dengan lihai jemarinya langsung menelepon orang tua dan juga pamannya unt
SERANTANG RENDANG BASI part 70"Di sini sudah kembali aman. Namun ayahmu saat ini sedang kesakitan dan berada di rumah orang jahat itu, kita harus membawa ayahmu kembali pulang untuk diruqyah juga," ucap kiyai."Apakah rumah orang tuaku benar-benar sudah aman, Pak?" tanya Clara memastikan."Insya Allah sudah aman kembali, apa kamu tau di mana rumah wanita itu?" tanya Pak kiyai."Tau, Pak. Ayo saya antarkan. Mama sementara waktu tinggal di rumah Bude dulu ya?" pintanya pada Bude Ning."Iya, Nduk, mamamu lebih baik tinggal bersama Bude dulu agar aman. Sekarang lebih baik cepat-cepat kamu ke rumah gundik itu untuk menyelamatkan papamu!" titah sang Bude.Gegas mereka semua kita pergi dari rumah Pak Darsa. Seruni kini sudah masuk ke dalam mobil Bude dan anaknya.Sementara Clara dan yang lainnya ikut masuk ke dalam mobil Refaldy dan Clara yang akan mengarahkan di mana lokasi Lina saat ini.Dengan berdoa dan mengucapkan bismillah Refaldy mulai melajukan pelan mobilnya, meninggalkan halaman r
SERANTANG RENDANG BASI part 69Devi memungut benda tersebut dan langsung melemparkannya lagi setelah mengetahui itu boneka dengan banyak darah."Siapa yang melemparkan ini ke dalam rumah?" gumam Arumi."Apa ada maling yang masuk, Rum?" tanya Ratna."Nggak mungkin sih ada maling yang masuk, soalnya perkomplekan ini dijaga dengan sangat ketat sekali," ujarnya."Lalu ini?" tanya Devi bingung."Kita mengaji bersama saja untuk mengusir bala!" ajak Arumi.Arumi memanggil Bapak dan Ibu untuk ikut mengaji bersama di ruang tamu. Setelah berkumpul dan mengambil wudu kini mereka mengaji bersama.Arumi tak bilang jika ada seseorang yang melemparkan batu dan boneka penuh darah ke dalam rumahnya pada kedua orang tuanya.Pecahan kaca jendela yang berserakan langsung dibereskan oleh ART dan Arumi beralibi kalau ia tak sengaja melemparkan sesuatu ke kaca, karena ada kecoa yang terbang.Arumi juga sudah mengirim pesan pada Refaldy dan Clara, bahwa rumahnya dapat teror. Mungkin saja itu teror dari ilmu
SERANTANG RENDANG BASI part 68Seruni memeluk Clara erat sekali, bahkan tangannya mencengkram Clara dengan sangat kuat karena ketakutan yang berlebihan."Ma, jangan seperti ini, Ma."Clara meringis kesakitan karena Seruni semakin lama semakin mencengkram kuat lengan Clara.Clara menepis kasar tangan Seruni karena lengannya perih, kuku Seruni menusuk ke kulit lengan Clara.Kini bola mata Seruni semuanya tampak memutih, kepalanya mendongak ke atas dengan gigi yang gemeretak.Di keadaan seperti ini Clara tidak tahu harus berbuat apa. Ia berusaha mendekati Seruni lagi namun dengan sangat cepat tangan Seruni mencekik lehernya hingga ia kesulitan bernapas."Mati!" pekik Seruni sambil terus mencekik Clara.Sebisa mungkin Clara berusaha melepaskan cekikan Seruni dan membaca doa semampu yang ia bisa dan ia hafal."Aaarrgghh!" teriak Seruni sambil menutup kedua telinganya.Setelah berteriak sangat kencang perlahan tubuh Seruni melemah, pandangannya mengabur lalu jatuh pingsan.Terlepas dari ce
SERANTANG RENDANG BASI part 67Mami Delia meminta Sesil untuk menurunkan uang denda yang ia minta. Namun Sesil tak pedulikan itu, ia tetap pada pendiriannya meminta denda dengan jumlah lima milyar.Gugatan cerai pun sudah ia layangkan ke pengadilan agama dengan membawa bukti dan saksi. Delia terlihat frustasi dengan keadaan yang sekarang ia jalani.Anak dibawa oleh mantan suaminya serta papinya tidak mau lagi ikut campur permasalahan yang sudah ia buat.Tanpa rasa malu ia menghubungi Aron dan meminta uang untuk membantunya membayarkan denda, namun ditolak mentah-mentah oleh Aron.Lalu ia menghubungi Erik untuk membantunya membayarkan denda tersebut."Semua ini juga karena kecerobohanmu!" tukas Delia."Bantu aku untuk membayarkan denda dari istri sintingmu itu. Lagi pula istrimu itu kemaruk harta, dia memakai cara seperti ini untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Dasar miskin!" ketusnya."Aku akan bayarkan dendamu. Tapi kamu harus mau menjadi istriku!" ujar Erik."Tak masalah." Deli
SERANTANG RENDANG BASI part 66Meisha terbungkam dan memicingkan mata menatap Ayu. Ia sangat yakin kalau di balik kehancuran dirinya saat ini pasti karena ulah Ayu."Sekarang lanjutkan drama kalian di luar rumah ini. Aku sudah muak dengan semuanya, dan sekarang aku melepaskan kamu untuk j4l4ng ini, Mas. Aku sudah ikhlas dan ridho kalau kamu menikah dengan dia. Tinggal nanti kamu menerima surat cerai dariku! Sekarang silakan pergi dari sini!" tegas Ayu."Kamu nggak bisa begitu, Yu!" protes Pandu."Bisa, karena kamu telah melanggar surat perjanjian pernikahan kita. Kamu dengan sadar setuju dan menandatangi perjanjian itu!""Aku nggak mau cerai, lebih baik aku menceraikan Meisha daripada harus bercerai darimu!""Apa-apaan kamu, Mas, berkata seperti itu. Kamu tau sendiri kalau dia itu mandul dan nggak bisa memberikanmu anak. Sedangkan rahimku subur dan bagus! Aku punya segalanya yang nggak bisa dimiliki wanita sialan ini!" tukas Meisha."Kalau kamu merasa punya segalanya nggak mungkin sam
SERANTANG RENDANG BASI part 65"Apa aku boleh minta nomor Bu Arumi?" tanya Clara."Jangan panggil Ibu, panggil nama saja. Sepertinya umur kita tidak jauh berbeda," sahut Arumi ramah."Kalau untuk panggil nama saja rasanya tidak sopan, bagaimana kalau aku panggil kakak atau mbak?" protesnya."Terserah kamu saja.""Baiklah, Kak Arumi dan Kak Refaldy," ujarnya.Usai makan kini mereka memutuskan untuk langsung pulang dan menjalankan rencana yang sudah disusun dengan rapih.Seperti ada semangat baru di dalam hidupnya untuk membuang pelakor itu dalam kehidupan rumah tangga orang tuanya.Berbincang dengan Arumi begitu menyenangkan untuk Clara. Kini ia begitu optimis.*****"Mama, Mama sekarang makan ya. Clara suapin. Jika Mama tidak betah tinggal di sini, lebih baik kita pindah rumah saja. Atau sementara waktu tinggal di rumah Bude?" ujar Clara yang ikut duduk di samping mamanya.Pandangan mata mamanya kosong seakan tak ada kehidupan di sana. Setiap hari hanya melamun, terkadang juga menangi
SERANTANG RENDANG BASI part 64Arumi menaruh kepercayaan penuh pada suaminya. Ia yakin jika Refaldy tak seperti yang dituduhkan, apalagi Arumi pun sudah tahu bahwa dunia bisnis itu pasti ada banyak yang ingin bersaing secara tak sehat. Saling menjatuhkan untuk keuntungan sendiri, contohnya seperti Pak Darsa.Ia mengingatkan suaminya untuk selalu berhati-hati kepada rekan bisnisnya. Karena rambut boleh sama hitam, tapi tidak dengan pikiran manusia Ponsel Refaldy berdering--ada panggilan masuk tanpa nama. Nomor tidak diketahui itu terus menelepon Refaldy.Refaldy menatap wajah Arumi seakan meminta jawaban untuk mengangkat panggilan telepon itu atau tidak. Arumi mengangguk pelan, lalu telepon pun diangkat dan pengeras suara diaktifkan. Sehingga Arumi bisa ikut mendengar panggilan telepon dari siapa.'Halo, Pak Refaldy. Ini saya Clara, saya mohon Pak Refaldy jangan menutup teleponnya dulu. Saya bisa jelaskan semuanya apa yang barusan terjadi di antara kita berdua.'Refaldy membuang napas