"Bedebah!" Mbak Ayu menantapku nyalang.Mbak Ayu tak membalas ia gegas ke kamar mengambil barang-barangnya yang tertinggal."Iya Mami, aku akan segera menyusul. Aku cuma mengambil barang-barangku yang tertinggal aja."Sepertinya Mbak Ayu sedang menerima telepon dari Ibu mertuanya. Selesai mengambil barang yang tertinggal Mbak Ayu lantas pergi meninggalkan rumah ini tanpa peduli dengan tatapan kami.Bukan mauku seperti ini, Mbak. Sungguh, ada rasa penyesalan menamparmu. Biar bagaimanapun kamu kakakku. Tapi perlakuanmu yang membuat aku reflek melayangkan tamparan.Sebelum benar-benar pergi meninggalkan halaman rumah. Mbak Ayu menurunkan kaca mobilnya dan menoleh pada kami dengan mata yang berkaca-kaca.Setelahnya ia membuang pandangan ke arah lain dan pergi.Refaldy keluar dari dalam kamar mandi seusai kepergian Mbak Ayu. Wajahnya seperti tidak nyaman dan tidak enak hati atas kejadian ini."Maafkan kegaduhan ini," lirih Ibu."Nggak papa, Bu. Oiyaa, aku tadi dapat pesan dari bos suruh je
POV Author"Makasih, Chef," ucap Ratna juga Arumi.Setelah mengisi absen pulang mereka pun keluar dan menunggu jemputan masing-masing. Ratna menunggu saudaranya datang--sementara Arumi menunggu tukang ojek langganannya untuk menjemput.Mata Arumi berbinar setiap kali melihat tote bag berisikan daging steak itu untuk dimakan bersama dengan orang tuanya.Sambil menunggu jemputan Arumi memainkan ponselnya. Iseng, Arumi beralih melihat story W******p teman-temannya.Tapi netranya salah fokus dengan story WA milik kakak iparnya itu yang bernama Delia.'Kasihan banget sih kamu, Yu, nggak diajak makan enak sama keluargamu sendiri. Miris!'Arumi mengusap pelan dadanya yang berdenyut nyeri. Kenapa iparnya itu selalu saja memancing emosinya.Kenapa juga mbaknya itu menceritakan dan mengirim foto semalam pada Delia.Arumi memilih mengabaikan cuitan status iparnya itu. Ia tak mau menghabiskan energinya untuk meladeninya."Rum, duluan ya." Ratna menepuk bahu Arumi untuk berpamitan. Karena jemputan
Setelah berhasil mentransfer uang ke dalam rekeningnya--Delia pun pergi meninggalkan Aron sendirian di taman.Sudah habis beberapa batang rokok ia hisap. Namun rasa stress yang dilandanya tak mau pergi juga."Punya masalah apapun adukan sama Allah. Allah akan beri jalan keluar dan juga solusinya. Tapi jangan cuma karena kita punya masalah aja baru bersujud dan berdoa sama Allah. Baru mengingat Allah, nggak boleh kaya gitu."Aron teringat akan pesan bapaknya itu. Ia pun beranjak dari duduknya lalu pergi ke kamar mandi dan mengambil wudu untuk salat Ashar."Astaghfirullah, ya Allah ... maafkan aku yang telah lalai ini," gumamnya.Aron sering lalai mengerjakan salat fardhu selama ia merantau. Dulu sewaktu di kampung ia begitu rajin ibadah. Salat fardhu selalu tepat waktu. Tetapi sekarang karena alasan lelah bekerja ia sering telat mengerjakan salat fardhu, bahkan sering meninggalkannya."Perbaiki salatmu, maka Allah akan perbaiki hidupmu."Kembali ia mengingat nasihat dari orang tuanya.
Netra mereka saling bersitatap beberapa detik. Hingga akhirnya masing-masing dari mereka membuang pandangannya ke arah lain."Kenapa masih mengharapkan ku, sedangkan di luar sana begitu banyak wanita yang lebih baik dan lebih segalanya dari aku," tanya Arumi."Yang lebih darimu memang begitu banyak. Tapi, apakah hati bisa dipaksakan untuk mencintai orang lain? Nggak bisa, Rum," jawab Daffa seraya menghela napas panjang."Coba belajar untuk melepaskan, merelakan dan mengikhlaskan, Mas," sahut Arumi lagi."Nggak bisa, Rum.""Sudah malam, sebaiknya Mas Daffa pulang. Nggak enak jika dilihat dengan tetangga," imbuhnya.Daffa mengangguk--mengiyakan ucapan Arumi. Dengan berat hati ia pun gegas pergi meninggalkan halaman rumah Arumi."Kenapa harus seperti ini," desah Arumi."Siapa, Nduk?"Tiba-tiba saja Bapak sudah ada di belakang Arumi. Arumi terkejut sampai bungkus buah pemberian Daffa itu terlepas dari genggaman tangannya."Mas Daffa, Pak," sahut Arumi.Bapak menilik wajah putri bungsunya
Customer yang datang hari ini begitu sangat banyak. Hingga para waiters pun harus bekerja dengan extra cepat dalam melayani customer, begitupun dengan Arumi dan Ratna.Pak Adiwijaya memantau langsung para karyawannya dalam melayani customer. Ia sangat suka dengan cara kerja Arumi yang cekatan."Nggak salah bawa orang kamu," puji Pak Adiwijaya."Iya, Paman. Arumi memang orang yang pekerja keras," sahut Refaldy."Sepertinya kamu memang sangat menyukai gadis itu.""Bukan hanya sekedar suka. Tapi aku juga mencintainya." Refaldy memandang Arumi dari kejauhan dengan wajah semringah."Bagaimana dengan kedua orang tuamu?" tanya Pak Adiwijaya."Mereka akan menerima Arumi dengan baik, Paman."Pak Adiwijaya menghela napas panjang seraya menantap lekat netra sang ponakan tercinta."Wanita seperti Arumi memang pantas untuk di perjuangkan," imbuh sang Paman.Refaldy mengangguk dan tersenyum menantap balik pamannya. Ia juga sudah menceritakan soal Arumi pada kedua orang tuanya dan juga sudah meliha
"Meisha, wanita yang terlihat anggun serta pemalu itu nyatanya hanyalah wanita murahan. Mau-maunya bercumbu dengan lelaki yang sudah beristri!" pekik Ayu sambil mematut diri di depan cermin."Dasar pramugari murahan!"Ayu berteriak, mengacak-ngacak semua alat make up di meja riasnya. "Hei, apa yang kamu lakukan di dalam, Ayu!" teriak Ibu mertuanya mendengar kegaduhan yang dibuat oleh menantunya itu.Ayu keluar dari dalam kamarnya dengan jengkel. Memutar bola mata saat mertuanya menantap sengit."Mi, sebenarnya Mami tau 'kan kalau Mas Pandu selingkuh sama Meisha?" tanya Ayu."Maksudmu apa?" tanya mertuanya dengan memasang wajah seperti orang yang tengah kebingungan.Ayu mengambil ponselnya yang tergeletak di atas kasur. Lalu ia membuka galeri foto dan memperlihatkan sebuah foto Meisha dan Pandu tengah bercumbu.Namun ekspresi wajah ibu mertuanya nampak biasa saja dengan foto yang ditunjukkan oleh Ayu."Jadi benar Mami sudah tau jika Mas Pandu selingkuh dengan pramugari murahan itu?" p
Selama perjalanan tak ada obrolan apapun pada mereka bertiga. Semuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing.Refaldy fokus menyetir mobil, Arumi sibuk memandangi keindahan pemandangan jalanan pada malam hari. Sementara Devi sibuk berkutat dengan ponselnya.Sampai akhirnya mobil pun mulai memasuki kawasan komplek elit dan berhenti di salah satu hunian mewah.Refaldy lebih dulu turun dan membukakan pintu untuk Arumi juga Devi. Devi sungkan diperlakukan seperti itu oleh bosnya sendiri."Makasih, Pak," ujar Devi keceplosan."Saya bukan Bapak-bapak!" kata Refaldy sambil memicingkan matanya.Seketika Devi membekap mulut dengan kedua telapak tangannya itu dan terkekeh pelan lalu meminta maaf.Sedangkan Arumi tersenyum tipis melihat tingkah keduanya. Arumi dan Devi berjalan mengekori Refaldy di belakang.Arumi bersalawat dalam hatinya agar kelak nanti, dirinya bisa mempunyai hunian yang jauh lebih layak untuk ditinggali bersama dengan kedua orang tuanya.Matanya tak berhenti menatap hunian mew
Arumi mengernyit mendengarkan percakapan Refaldy dengan orang tua yang dianggapnya adalah klien Pak Adiwijaya.Refaldy menarik napas panjang sebelum menjelaskan semuanya pada Arumi."Rum, aku harap kamu mau mendengarkan ceritaku tanpa kamu potong ucapanku. Agar semuanya jadi jelas dan kamu tau yang sebenarnya," ujar Refaldy dengan wajah serius dan sedikit menegang.Arumi menatap satu per satu wajah dari mereka seakan bertanya lewat isyarat mata. Lalu, Arumi pun menganggukan kepala pada Refaldy."Sebenarnya, aku bukan seorang supir pribadi, Rum. Aku keponakan dari Pak Adiwijaya Batara.""Pak Adiwijaya Batara adalah adik dari ayahku. Dan restoran steak itu usaha kami berdua. Dan ... Devi sahabatmu itu adalah karyawanku. Bukan maksudku untuk membohongimu seperti ini."Refaldy menatap iris mata cokelat Arumi dengan perasaan cemas. Matanya menyiratkan rasa kecewa."Boleh saya bicara?" imbuh Pak Adiwijaya.Arumi mengangguk pasrah dan juga ingin mendengar penjelasan dari Pak Adiwijaya."Apa
SERANTANG RENDANG BASI part 72"Gila, ya, kamu. Tega menjual istri sendiri ke klien hanya demi uang!" teriak Meisha pada Pandu."Kamu pikir aku benar-benar masih mau menerimamu, setelah kamu membohongiku, hah? Aku tau semuanya bahwa anak yang sempat kamu kandung itu adalah bukan anakku!" tukas Pandu yang membuat Meisha seketika bungkam."Tidak usah sok suci dan menangis tersedu begitu. Bukankah kamu sendiri suka berganti-ganti pasangan dengan mencari laki-laki kaya? Sekarang aku berbaik hati dengan mencarikanmu laki-laki kaya!" Pandu tertawa puas.Meisha meruntuk kebodohannya sendiri karena begitu percaya dengan semua ucapan manis Pandu.Kini ia menyesali semuanya karena lebih memilih menjadi Pandu dibanding dengan David dulu."Gara-gara kamu aku dapat ancaman dari istri laki-laki itu Pandu!" teriak Meisha."Sebelumnya kamu juga merebutku dari Ayu bukan? Jadi sekarang kenapa kamu mengeluh? Bukankah sebutan pelakor itu memang pantas untuk dirimu, Meisha?" tegas Pandu dengan tangannya m
SERANTANG RENDANG BASI part 71"Assalamualaikum."Kedatangan Refaldy bersama dengan keluarga Clara dan juga ustaz serta kiyai, membuat orang-orang di rumah Arumi terlihat bingung.Arumi membuang napas lega dan tersenyum senang melihat suaminya kembali dalam keadaan baik-baik saja."Waalaikumsalam."Semuanya dipersilakan untuk duduk di ruang tamu. Berkumpul bersama seperti sedang menghadiri sebuah rapat penting.Refaldy memeluk Arumi dan mengusap pelan perut Arumi yang membuncit, ia terlihat lega karena mengetahui Arumi baik-baik saja.Ibu dan Bapak serta yang lainnya saling bersalaman dan berkenalan. Lalu Ayu, Ratna dan Devi segera pergi ke dapur untuk membuatkan minuman dan mengeluarkan cemilan untuk dihidangkan."Sedang ada urusan bisnis ya, Nak?" tanya Bapak membuka obrolan lebih dulu."Bukan, Pak. Nanti Refaldy akan jelaskan, tapi untuk itu Refaldy akan menghubungi orang tuaku dulu dan juga Paman Adiwijaya."Dengan lihai jemarinya langsung menelepon orang tua dan juga pamannya unt
SERANTANG RENDANG BASI part 70"Di sini sudah kembali aman. Namun ayahmu saat ini sedang kesakitan dan berada di rumah orang jahat itu, kita harus membawa ayahmu kembali pulang untuk diruqyah juga," ucap kiyai."Apakah rumah orang tuaku benar-benar sudah aman, Pak?" tanya Clara memastikan."Insya Allah sudah aman kembali, apa kamu tau di mana rumah wanita itu?" tanya Pak kiyai."Tau, Pak. Ayo saya antarkan. Mama sementara waktu tinggal di rumah Bude dulu ya?" pintanya pada Bude Ning."Iya, Nduk, mamamu lebih baik tinggal bersama Bude dulu agar aman. Sekarang lebih baik cepat-cepat kamu ke rumah gundik itu untuk menyelamatkan papamu!" titah sang Bude.Gegas mereka semua kita pergi dari rumah Pak Darsa. Seruni kini sudah masuk ke dalam mobil Bude dan anaknya.Sementara Clara dan yang lainnya ikut masuk ke dalam mobil Refaldy dan Clara yang akan mengarahkan di mana lokasi Lina saat ini.Dengan berdoa dan mengucapkan bismillah Refaldy mulai melajukan pelan mobilnya, meninggalkan halaman r
SERANTANG RENDANG BASI part 69Devi memungut benda tersebut dan langsung melemparkannya lagi setelah mengetahui itu boneka dengan banyak darah."Siapa yang melemparkan ini ke dalam rumah?" gumam Arumi."Apa ada maling yang masuk, Rum?" tanya Ratna."Nggak mungkin sih ada maling yang masuk, soalnya perkomplekan ini dijaga dengan sangat ketat sekali," ujarnya."Lalu ini?" tanya Devi bingung."Kita mengaji bersama saja untuk mengusir bala!" ajak Arumi.Arumi memanggil Bapak dan Ibu untuk ikut mengaji bersama di ruang tamu. Setelah berkumpul dan mengambil wudu kini mereka mengaji bersama.Arumi tak bilang jika ada seseorang yang melemparkan batu dan boneka penuh darah ke dalam rumahnya pada kedua orang tuanya.Pecahan kaca jendela yang berserakan langsung dibereskan oleh ART dan Arumi beralibi kalau ia tak sengaja melemparkan sesuatu ke kaca, karena ada kecoa yang terbang.Arumi juga sudah mengirim pesan pada Refaldy dan Clara, bahwa rumahnya dapat teror. Mungkin saja itu teror dari ilmu
SERANTANG RENDANG BASI part 68Seruni memeluk Clara erat sekali, bahkan tangannya mencengkram Clara dengan sangat kuat karena ketakutan yang berlebihan."Ma, jangan seperti ini, Ma."Clara meringis kesakitan karena Seruni semakin lama semakin mencengkram kuat lengan Clara.Clara menepis kasar tangan Seruni karena lengannya perih, kuku Seruni menusuk ke kulit lengan Clara.Kini bola mata Seruni semuanya tampak memutih, kepalanya mendongak ke atas dengan gigi yang gemeretak.Di keadaan seperti ini Clara tidak tahu harus berbuat apa. Ia berusaha mendekati Seruni lagi namun dengan sangat cepat tangan Seruni mencekik lehernya hingga ia kesulitan bernapas."Mati!" pekik Seruni sambil terus mencekik Clara.Sebisa mungkin Clara berusaha melepaskan cekikan Seruni dan membaca doa semampu yang ia bisa dan ia hafal."Aaarrgghh!" teriak Seruni sambil menutup kedua telinganya.Setelah berteriak sangat kencang perlahan tubuh Seruni melemah, pandangannya mengabur lalu jatuh pingsan.Terlepas dari ce
SERANTANG RENDANG BASI part 67Mami Delia meminta Sesil untuk menurunkan uang denda yang ia minta. Namun Sesil tak pedulikan itu, ia tetap pada pendiriannya meminta denda dengan jumlah lima milyar.Gugatan cerai pun sudah ia layangkan ke pengadilan agama dengan membawa bukti dan saksi. Delia terlihat frustasi dengan keadaan yang sekarang ia jalani.Anak dibawa oleh mantan suaminya serta papinya tidak mau lagi ikut campur permasalahan yang sudah ia buat.Tanpa rasa malu ia menghubungi Aron dan meminta uang untuk membantunya membayarkan denda, namun ditolak mentah-mentah oleh Aron.Lalu ia menghubungi Erik untuk membantunya membayarkan denda tersebut."Semua ini juga karena kecerobohanmu!" tukas Delia."Bantu aku untuk membayarkan denda dari istri sintingmu itu. Lagi pula istrimu itu kemaruk harta, dia memakai cara seperti ini untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Dasar miskin!" ketusnya."Aku akan bayarkan dendamu. Tapi kamu harus mau menjadi istriku!" ujar Erik."Tak masalah." Deli
SERANTANG RENDANG BASI part 66Meisha terbungkam dan memicingkan mata menatap Ayu. Ia sangat yakin kalau di balik kehancuran dirinya saat ini pasti karena ulah Ayu."Sekarang lanjutkan drama kalian di luar rumah ini. Aku sudah muak dengan semuanya, dan sekarang aku melepaskan kamu untuk j4l4ng ini, Mas. Aku sudah ikhlas dan ridho kalau kamu menikah dengan dia. Tinggal nanti kamu menerima surat cerai dariku! Sekarang silakan pergi dari sini!" tegas Ayu."Kamu nggak bisa begitu, Yu!" protes Pandu."Bisa, karena kamu telah melanggar surat perjanjian pernikahan kita. Kamu dengan sadar setuju dan menandatangi perjanjian itu!""Aku nggak mau cerai, lebih baik aku menceraikan Meisha daripada harus bercerai darimu!""Apa-apaan kamu, Mas, berkata seperti itu. Kamu tau sendiri kalau dia itu mandul dan nggak bisa memberikanmu anak. Sedangkan rahimku subur dan bagus! Aku punya segalanya yang nggak bisa dimiliki wanita sialan ini!" tukas Meisha."Kalau kamu merasa punya segalanya nggak mungkin sam
SERANTANG RENDANG BASI part 65"Apa aku boleh minta nomor Bu Arumi?" tanya Clara."Jangan panggil Ibu, panggil nama saja. Sepertinya umur kita tidak jauh berbeda," sahut Arumi ramah."Kalau untuk panggil nama saja rasanya tidak sopan, bagaimana kalau aku panggil kakak atau mbak?" protesnya."Terserah kamu saja.""Baiklah, Kak Arumi dan Kak Refaldy," ujarnya.Usai makan kini mereka memutuskan untuk langsung pulang dan menjalankan rencana yang sudah disusun dengan rapih.Seperti ada semangat baru di dalam hidupnya untuk membuang pelakor itu dalam kehidupan rumah tangga orang tuanya.Berbincang dengan Arumi begitu menyenangkan untuk Clara. Kini ia begitu optimis.*****"Mama, Mama sekarang makan ya. Clara suapin. Jika Mama tidak betah tinggal di sini, lebih baik kita pindah rumah saja. Atau sementara waktu tinggal di rumah Bude?" ujar Clara yang ikut duduk di samping mamanya.Pandangan mata mamanya kosong seakan tak ada kehidupan di sana. Setiap hari hanya melamun, terkadang juga menangi
SERANTANG RENDANG BASI part 64Arumi menaruh kepercayaan penuh pada suaminya. Ia yakin jika Refaldy tak seperti yang dituduhkan, apalagi Arumi pun sudah tahu bahwa dunia bisnis itu pasti ada banyak yang ingin bersaing secara tak sehat. Saling menjatuhkan untuk keuntungan sendiri, contohnya seperti Pak Darsa.Ia mengingatkan suaminya untuk selalu berhati-hati kepada rekan bisnisnya. Karena rambut boleh sama hitam, tapi tidak dengan pikiran manusia Ponsel Refaldy berdering--ada panggilan masuk tanpa nama. Nomor tidak diketahui itu terus menelepon Refaldy.Refaldy menatap wajah Arumi seakan meminta jawaban untuk mengangkat panggilan telepon itu atau tidak. Arumi mengangguk pelan, lalu telepon pun diangkat dan pengeras suara diaktifkan. Sehingga Arumi bisa ikut mendengar panggilan telepon dari siapa.'Halo, Pak Refaldy. Ini saya Clara, saya mohon Pak Refaldy jangan menutup teleponnya dulu. Saya bisa jelaskan semuanya apa yang barusan terjadi di antara kita berdua.'Refaldy membuang napas