Selama perjalanan tak ada obrolan apapun pada mereka bertiga. Semuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing.Refaldy fokus menyetir mobil, Arumi sibuk memandangi keindahan pemandangan jalanan pada malam hari. Sementara Devi sibuk berkutat dengan ponselnya.Sampai akhirnya mobil pun mulai memasuki kawasan komplek elit dan berhenti di salah satu hunian mewah.Refaldy lebih dulu turun dan membukakan pintu untuk Arumi juga Devi. Devi sungkan diperlakukan seperti itu oleh bosnya sendiri."Makasih, Pak," ujar Devi keceplosan."Saya bukan Bapak-bapak!" kata Refaldy sambil memicingkan matanya.Seketika Devi membekap mulut dengan kedua telapak tangannya itu dan terkekeh pelan lalu meminta maaf.Sedangkan Arumi tersenyum tipis melihat tingkah keduanya. Arumi dan Devi berjalan mengekori Refaldy di belakang.Arumi bersalawat dalam hatinya agar kelak nanti, dirinya bisa mempunyai hunian yang jauh lebih layak untuk ditinggali bersama dengan kedua orang tuanya.Matanya tak berhenti menatap hunian mew
Arumi mengernyit mendengarkan percakapan Refaldy dengan orang tua yang dianggapnya adalah klien Pak Adiwijaya.Refaldy menarik napas panjang sebelum menjelaskan semuanya pada Arumi."Rum, aku harap kamu mau mendengarkan ceritaku tanpa kamu potong ucapanku. Agar semuanya jadi jelas dan kamu tau yang sebenarnya," ujar Refaldy dengan wajah serius dan sedikit menegang.Arumi menatap satu per satu wajah dari mereka seakan bertanya lewat isyarat mata. Lalu, Arumi pun menganggukan kepala pada Refaldy."Sebenarnya, aku bukan seorang supir pribadi, Rum. Aku keponakan dari Pak Adiwijaya Batara.""Pak Adiwijaya Batara adalah adik dari ayahku. Dan restoran steak itu usaha kami berdua. Dan ... Devi sahabatmu itu adalah karyawanku. Bukan maksudku untuk membohongimu seperti ini."Refaldy menatap iris mata cokelat Arumi dengan perasaan cemas. Matanya menyiratkan rasa kecewa."Boleh saya bicara?" imbuh Pak Adiwijaya.Arumi mengangguk pasrah dan juga ingin mendengar penjelasan dari Pak Adiwijaya."Apa
Makan malam dan pertemuan antara Arumi dengan keluarga Refaldy berjalan dengan lancar. Respon dari kedua orang tua Refaldy pun sangat bagus.Tinggal menunggu momen mempertemukan dua keluarga juga menunggu keyakinan Arumi pada Refaldy.Mereka sangat mengerti dan paham dengan keadaan Arumi yang masih bimbang.****Arumi termenung sendirian duduk di teras rumahnya sambil melihat sinar rembulan yang begitu cerah.Embusan angin membuat anak rambutnya berantakan ke sana kemari. Sesat matanya terpejam menikmati semilir angin malam."Rum."Panggilan Devi membuat Arumi terkejut dan membuka matanya. Ia menoleh dan menatap sahabatnya tersebut."Mas Daffa besok tunangan, kamu nggak diundang kah?" tanyanya.Arumi menggelengkan kepalanya pertanda tak diundang."Apakah ini jawaban atas salat istikharah ku, Dev?""Mungkin. Dan Refaldy jodoh yang dikirim Allah untukmu. Sudah saatnya kamu bahagia, Rum," kata Devi."Bagaimana dengan perasaanmu terhadap Refaldy? Setahuku--Refaldy dan keluarga besarnya it
Sepanjang bekerja Refaldy turut membantu Arumi membawakan pesanan pada customer.Sebagian pegawai melihat mereka dengan senyum-senyum dan sesekali membercandai Arumi. Sebagian lagi memandang Arumi dengan tatapan yang sulit diartikan.Refaldy tak ubahnya seperti anak ayam yang tak mau kehilangan induknya. Selalu saja mengekori Arumi dari belakang."Kamu kenapa ngikutin aku terus si?" perotes Arumi."Emangnya kenapa?" tanya Refaldy."Aku nggak enak sama pegawai yang lain.""Enakin aja," jawab Refaldy dengan santai."Kamu bos di sini!" protesnya lagi."Ya karena aku bosnya, jadi terserah aku, Rum."Tidak mau lagi membahas soal bantu membantu--Arumi melanjutkan pekerjaannya lagi yang masih diikuti oleh Refaldy.****Malam itu, antara Daffa dan Refaldy tak sengaja bertemu di alun-alun desa. Daffa lebih dulu menyapa Refaldy yang tengah membeli bebek goreng."Apa kabar, Bro?" tanya Daffa mengulurkan tangannya."Alhamdulillah baik."Refaldy menerima uluran tangan Daffa dan mereka berjabat tan
[Arumi, kamu bodoh sekali malah menerima cinta dari lelaki miskin!] ujar Ayu di grup WA.[Iya, punya wajah yang lumayan cantik tapi nggak kamu pergunakan dengan baik!] sahut Wisna.[Cinta membuatnya bodoh hingga menerima lamaran dari lelaki tak beruang!] balas Delia.Grup WA kini dipenuhi dengan caci maki dari saudara serta ipar Arumi. Arumi tak membalasnya, ia hanya bisa mengurut dada membaca pesan-pesan bernada sinis dan ketus untuknya.Tak peduli dengan umpatan serta caci maki dari mereka. Yang lebih penting adalah restu dari kedua orang tuanya serta Arumi sendiri yang menjalani biduk rumah tangga nanti.Ia letakan ponselnya di atas kasur mengabaikan dering nada pesan dari grup WA keluarga.Devi dan Ratna pun sebagai sahabat turut senang dengan keputusan Arumi saat ini. Mereka bahagia melihat Arumi bahagia.[Rum, apa kamu nggak mau pikir-pikir dulu?] Aron mengirim pesan WA secara pribadi pada Arumi.[Kenapa?] balas Arumi.[Apa nggak terlalu terburu-buru kamu mengambil keputusan, ap
Kini Arumi dan Refaldy disibukan dengan persiapan untuk menikah. Mulai mengurus surat-surat untuk daftar ke Kantor Urusan Agama pun dengan Refaldy yang harus menyuruh orang rumah untuk membeli perlengkapan seserahan sekaligus untuk akad nanti.Sejauh ini komunikasi antara Arumi dan Refaldy semakin intens sebagai pasangan.Ayu hampir setiap hari selalu ke rumah orang tuanya untuk melihat kesibukan Arumi dalam mempersiapkan pernikahannya nanti.Dibantu dengan Devi yang selalu menemani Arumi kapan pun Arumi membutuhkannya.****Hari berganti hari, lalu berganti minggu dan minggu berganti bulan. Waktu menuju pernikahan Arumi dan Refaldy semakin dekat.Hampir seratus persen segala persiapan akad dan resepsi telah selesai.Refaldy mengundang Daffa karena Daffa sendiri yang memintanya untuk diundang. Ia ingin melihat Arumi bahagia di atas pelaminan bersama dengan lelaki yang berhasil mengetuk hatinya.Lelaki yang berhasil menggantikan posisinya. Mulut berkata untuk ikhlas, namun hati sedikit
Arumi tertunduk malu tidak berani menatap manik hitam milik Refaldy."Oh, ayo kalau begitu. Aku juga lapar lagi," kilahnya untuk mengusir rasa malu.Arumi lebih dulu berjalan di depan Refaldy. Namun Refaldy dengan cepat mensejajarkan diri dengan Arumi. Mereka pun berbelok ke restoran.Refaldy menarik bangku dan menyuruh Arumi untuk duduk. "Makasih," kata Arumi."Sama-sama, Sayang. Eh, nggak papa 'kan aku manggil sayang?" tanyanya.Kepala Arumi mengangguk pelan.Waiters datang dengan membawa buku menu untuk Arumi dan Refaldy. Arumi membuka buku itu dan melihat daftar makanan yang tertera di sana.'Banyak jenis makanan yang nggak aku tau. Ini makanan bule semua, singkong goreng nggak ada kah di sini?' batinnya.Refaldy yang paham melihat gestur tubuh dan mimik wajah Arumi pun mengerti dengan kecemasan istrinya tersebut."Nasi goreng seafood dua, jus alpukat dua. Dimsum dua, donat cokelat dua. Air mineral botol dua, burger dua," imbuh Refaldy."Banyak banget pesannya. Itu 'kan nggak ada
Selesai mandi dan mengambil air wudu gegas Refaldy ke luar hanya dengan lilitan handuk di pinggangnya, lalu segera mengambil baju ganti di lemari.Refleks Arumi menutup mata dengan kedua telapak tangannya melihat roti sobek punya Refaldy."Kenapa tutup mata, 'kan semalam kamu sudah melihatnya," ceplosnya sambil mengerlingkan sebelah mata."Diih," ujar Arumi gugup.****Selesai menikmati sarapan--Refaldy mengajak Arumi pergi ke kolam renang.Sehari saja tidak bersama dengan orang tuanya rasa kangen itu menggebu di hati Arumi.Ia lantas meminta Refaldy untuk menelepon keluarganya, menanyakan bagaimana kabar kedua orang tuanya di sana.sambungan telepon pun terhubung kepada Bundanya.Refaldy memberikan benda layar pipih itu pada Arumi. Agar Arumi sendiri yang berbicara langsung pada mertuanya."Assalamualaikum, Tante. Emm, maksudku, Bunda.""Waalaikumsalam, Sayang. Ada apa, Rum? Apa ada masalah di sana? Apa Refaldy berbuat hal konyol padamu?"Sang mertua memberondong pertanyaan. Telepon
SERANTANG RENDANG BASI part 72"Gila, ya, kamu. Tega menjual istri sendiri ke klien hanya demi uang!" teriak Meisha pada Pandu."Kamu pikir aku benar-benar masih mau menerimamu, setelah kamu membohongiku, hah? Aku tau semuanya bahwa anak yang sempat kamu kandung itu adalah bukan anakku!" tukas Pandu yang membuat Meisha seketika bungkam."Tidak usah sok suci dan menangis tersedu begitu. Bukankah kamu sendiri suka berganti-ganti pasangan dengan mencari laki-laki kaya? Sekarang aku berbaik hati dengan mencarikanmu laki-laki kaya!" Pandu tertawa puas.Meisha meruntuk kebodohannya sendiri karena begitu percaya dengan semua ucapan manis Pandu.Kini ia menyesali semuanya karena lebih memilih menjadi Pandu dibanding dengan David dulu."Gara-gara kamu aku dapat ancaman dari istri laki-laki itu Pandu!" teriak Meisha."Sebelumnya kamu juga merebutku dari Ayu bukan? Jadi sekarang kenapa kamu mengeluh? Bukankah sebutan pelakor itu memang pantas untuk dirimu, Meisha?" tegas Pandu dengan tangannya m
SERANTANG RENDANG BASI part 71"Assalamualaikum."Kedatangan Refaldy bersama dengan keluarga Clara dan juga ustaz serta kiyai, membuat orang-orang di rumah Arumi terlihat bingung.Arumi membuang napas lega dan tersenyum senang melihat suaminya kembali dalam keadaan baik-baik saja."Waalaikumsalam."Semuanya dipersilakan untuk duduk di ruang tamu. Berkumpul bersama seperti sedang menghadiri sebuah rapat penting.Refaldy memeluk Arumi dan mengusap pelan perut Arumi yang membuncit, ia terlihat lega karena mengetahui Arumi baik-baik saja.Ibu dan Bapak serta yang lainnya saling bersalaman dan berkenalan. Lalu Ayu, Ratna dan Devi segera pergi ke dapur untuk membuatkan minuman dan mengeluarkan cemilan untuk dihidangkan."Sedang ada urusan bisnis ya, Nak?" tanya Bapak membuka obrolan lebih dulu."Bukan, Pak. Nanti Refaldy akan jelaskan, tapi untuk itu Refaldy akan menghubungi orang tuaku dulu dan juga Paman Adiwijaya."Dengan lihai jemarinya langsung menelepon orang tua dan juga pamannya unt
SERANTANG RENDANG BASI part 70"Di sini sudah kembali aman. Namun ayahmu saat ini sedang kesakitan dan berada di rumah orang jahat itu, kita harus membawa ayahmu kembali pulang untuk diruqyah juga," ucap kiyai."Apakah rumah orang tuaku benar-benar sudah aman, Pak?" tanya Clara memastikan."Insya Allah sudah aman kembali, apa kamu tau di mana rumah wanita itu?" tanya Pak kiyai."Tau, Pak. Ayo saya antarkan. Mama sementara waktu tinggal di rumah Bude dulu ya?" pintanya pada Bude Ning."Iya, Nduk, mamamu lebih baik tinggal bersama Bude dulu agar aman. Sekarang lebih baik cepat-cepat kamu ke rumah gundik itu untuk menyelamatkan papamu!" titah sang Bude.Gegas mereka semua kita pergi dari rumah Pak Darsa. Seruni kini sudah masuk ke dalam mobil Bude dan anaknya.Sementara Clara dan yang lainnya ikut masuk ke dalam mobil Refaldy dan Clara yang akan mengarahkan di mana lokasi Lina saat ini.Dengan berdoa dan mengucapkan bismillah Refaldy mulai melajukan pelan mobilnya, meninggalkan halaman r
SERANTANG RENDANG BASI part 69Devi memungut benda tersebut dan langsung melemparkannya lagi setelah mengetahui itu boneka dengan banyak darah."Siapa yang melemparkan ini ke dalam rumah?" gumam Arumi."Apa ada maling yang masuk, Rum?" tanya Ratna."Nggak mungkin sih ada maling yang masuk, soalnya perkomplekan ini dijaga dengan sangat ketat sekali," ujarnya."Lalu ini?" tanya Devi bingung."Kita mengaji bersama saja untuk mengusir bala!" ajak Arumi.Arumi memanggil Bapak dan Ibu untuk ikut mengaji bersama di ruang tamu. Setelah berkumpul dan mengambil wudu kini mereka mengaji bersama.Arumi tak bilang jika ada seseorang yang melemparkan batu dan boneka penuh darah ke dalam rumahnya pada kedua orang tuanya.Pecahan kaca jendela yang berserakan langsung dibereskan oleh ART dan Arumi beralibi kalau ia tak sengaja melemparkan sesuatu ke kaca, karena ada kecoa yang terbang.Arumi juga sudah mengirim pesan pada Refaldy dan Clara, bahwa rumahnya dapat teror. Mungkin saja itu teror dari ilmu
SERANTANG RENDANG BASI part 68Seruni memeluk Clara erat sekali, bahkan tangannya mencengkram Clara dengan sangat kuat karena ketakutan yang berlebihan."Ma, jangan seperti ini, Ma."Clara meringis kesakitan karena Seruni semakin lama semakin mencengkram kuat lengan Clara.Clara menepis kasar tangan Seruni karena lengannya perih, kuku Seruni menusuk ke kulit lengan Clara.Kini bola mata Seruni semuanya tampak memutih, kepalanya mendongak ke atas dengan gigi yang gemeretak.Di keadaan seperti ini Clara tidak tahu harus berbuat apa. Ia berusaha mendekati Seruni lagi namun dengan sangat cepat tangan Seruni mencekik lehernya hingga ia kesulitan bernapas."Mati!" pekik Seruni sambil terus mencekik Clara.Sebisa mungkin Clara berusaha melepaskan cekikan Seruni dan membaca doa semampu yang ia bisa dan ia hafal."Aaarrgghh!" teriak Seruni sambil menutup kedua telinganya.Setelah berteriak sangat kencang perlahan tubuh Seruni melemah, pandangannya mengabur lalu jatuh pingsan.Terlepas dari ce
SERANTANG RENDANG BASI part 67Mami Delia meminta Sesil untuk menurunkan uang denda yang ia minta. Namun Sesil tak pedulikan itu, ia tetap pada pendiriannya meminta denda dengan jumlah lima milyar.Gugatan cerai pun sudah ia layangkan ke pengadilan agama dengan membawa bukti dan saksi. Delia terlihat frustasi dengan keadaan yang sekarang ia jalani.Anak dibawa oleh mantan suaminya serta papinya tidak mau lagi ikut campur permasalahan yang sudah ia buat.Tanpa rasa malu ia menghubungi Aron dan meminta uang untuk membantunya membayarkan denda, namun ditolak mentah-mentah oleh Aron.Lalu ia menghubungi Erik untuk membantunya membayarkan denda tersebut."Semua ini juga karena kecerobohanmu!" tukas Delia."Bantu aku untuk membayarkan denda dari istri sintingmu itu. Lagi pula istrimu itu kemaruk harta, dia memakai cara seperti ini untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Dasar miskin!" ketusnya."Aku akan bayarkan dendamu. Tapi kamu harus mau menjadi istriku!" ujar Erik."Tak masalah." Deli
SERANTANG RENDANG BASI part 66Meisha terbungkam dan memicingkan mata menatap Ayu. Ia sangat yakin kalau di balik kehancuran dirinya saat ini pasti karena ulah Ayu."Sekarang lanjutkan drama kalian di luar rumah ini. Aku sudah muak dengan semuanya, dan sekarang aku melepaskan kamu untuk j4l4ng ini, Mas. Aku sudah ikhlas dan ridho kalau kamu menikah dengan dia. Tinggal nanti kamu menerima surat cerai dariku! Sekarang silakan pergi dari sini!" tegas Ayu."Kamu nggak bisa begitu, Yu!" protes Pandu."Bisa, karena kamu telah melanggar surat perjanjian pernikahan kita. Kamu dengan sadar setuju dan menandatangi perjanjian itu!""Aku nggak mau cerai, lebih baik aku menceraikan Meisha daripada harus bercerai darimu!""Apa-apaan kamu, Mas, berkata seperti itu. Kamu tau sendiri kalau dia itu mandul dan nggak bisa memberikanmu anak. Sedangkan rahimku subur dan bagus! Aku punya segalanya yang nggak bisa dimiliki wanita sialan ini!" tukas Meisha."Kalau kamu merasa punya segalanya nggak mungkin sam
SERANTANG RENDANG BASI part 65"Apa aku boleh minta nomor Bu Arumi?" tanya Clara."Jangan panggil Ibu, panggil nama saja. Sepertinya umur kita tidak jauh berbeda," sahut Arumi ramah."Kalau untuk panggil nama saja rasanya tidak sopan, bagaimana kalau aku panggil kakak atau mbak?" protesnya."Terserah kamu saja.""Baiklah, Kak Arumi dan Kak Refaldy," ujarnya.Usai makan kini mereka memutuskan untuk langsung pulang dan menjalankan rencana yang sudah disusun dengan rapih.Seperti ada semangat baru di dalam hidupnya untuk membuang pelakor itu dalam kehidupan rumah tangga orang tuanya.Berbincang dengan Arumi begitu menyenangkan untuk Clara. Kini ia begitu optimis.*****"Mama, Mama sekarang makan ya. Clara suapin. Jika Mama tidak betah tinggal di sini, lebih baik kita pindah rumah saja. Atau sementara waktu tinggal di rumah Bude?" ujar Clara yang ikut duduk di samping mamanya.Pandangan mata mamanya kosong seakan tak ada kehidupan di sana. Setiap hari hanya melamun, terkadang juga menangi
SERANTANG RENDANG BASI part 64Arumi menaruh kepercayaan penuh pada suaminya. Ia yakin jika Refaldy tak seperti yang dituduhkan, apalagi Arumi pun sudah tahu bahwa dunia bisnis itu pasti ada banyak yang ingin bersaing secara tak sehat. Saling menjatuhkan untuk keuntungan sendiri, contohnya seperti Pak Darsa.Ia mengingatkan suaminya untuk selalu berhati-hati kepada rekan bisnisnya. Karena rambut boleh sama hitam, tapi tidak dengan pikiran manusia Ponsel Refaldy berdering--ada panggilan masuk tanpa nama. Nomor tidak diketahui itu terus menelepon Refaldy.Refaldy menatap wajah Arumi seakan meminta jawaban untuk mengangkat panggilan telepon itu atau tidak. Arumi mengangguk pelan, lalu telepon pun diangkat dan pengeras suara diaktifkan. Sehingga Arumi bisa ikut mendengar panggilan telepon dari siapa.'Halo, Pak Refaldy. Ini saya Clara, saya mohon Pak Refaldy jangan menutup teleponnya dulu. Saya bisa jelaskan semuanya apa yang barusan terjadi di antara kita berdua.'Refaldy membuang napas