SERANTANG RENDANG BASI part 71"Assalamualaikum."Kedatangan Refaldy bersama dengan keluarga Clara dan juga ustaz serta kiyai, membuat orang-orang di rumah Arumi terlihat bingung.Arumi membuang napas lega dan tersenyum senang melihat suaminya kembali dalam keadaan baik-baik saja."Waalaikumsalam."Semuanya dipersilakan untuk duduk di ruang tamu. Berkumpul bersama seperti sedang menghadiri sebuah rapat penting.Refaldy memeluk Arumi dan mengusap pelan perut Arumi yang membuncit, ia terlihat lega karena mengetahui Arumi baik-baik saja.Ibu dan Bapak serta yang lainnya saling bersalaman dan berkenalan. Lalu Ayu, Ratna dan Devi segera pergi ke dapur untuk membuatkan minuman dan mengeluarkan cemilan untuk dihidangkan."Sedang ada urusan bisnis ya, Nak?" tanya Bapak membuka obrolan lebih dulu."Bukan, Pak. Nanti Refaldy akan jelaskan, tapi untuk itu Refaldy akan menghubungi orang tuaku dulu dan juga Paman Adiwijaya."Dengan lihai jemarinya langsung menelepon orang tua dan juga pamannya unt
SERANTANG RENDANG BASI part 72"Gila, ya, kamu. Tega menjual istri sendiri ke klien hanya demi uang!" teriak Meisha pada Pandu."Kamu pikir aku benar-benar masih mau menerimamu, setelah kamu membohongiku, hah? Aku tau semuanya bahwa anak yang sempat kamu kandung itu adalah bukan anakku!" tukas Pandu yang membuat Meisha seketika bungkam."Tidak usah sok suci dan menangis tersedu begitu. Bukankah kamu sendiri suka berganti-ganti pasangan dengan mencari laki-laki kaya? Sekarang aku berbaik hati dengan mencarikanmu laki-laki kaya!" Pandu tertawa puas.Meisha meruntuk kebodohannya sendiri karena begitu percaya dengan semua ucapan manis Pandu.Kini ia menyesali semuanya karena lebih memilih menjadi Pandu dibanding dengan David dulu."Gara-gara kamu aku dapat ancaman dari istri laki-laki itu Pandu!" teriak Meisha."Sebelumnya kamu juga merebutku dari Ayu bukan? Jadi sekarang kenapa kamu mengeluh? Bukankah sebutan pelakor itu memang pantas untuk dirimu, Meisha?" tegas Pandu dengan tangannya m
"Bu, Pak! Ini aku bawakan kalian makanan enak. Kan sudah lama kalian tidak makan enak."Mbak Ayu datang memberikan serantang makanan pada Ibu dan Bapak. Ibu dan Bapak menerimanya dengan senang."Apakah makanan ini masih layak dimakan oleh orang tua kita, Mbak?" sindirku."Maksudmu apa bertanya seperti itu?" Matanya melotot menatapku."Apa Ibu dan Bapak selama ini pernah memberikan makanan basi untukmu, Mbak? Sampai hati kamu ngasih makanan basi ke orang tua!"Aku mengeluarkan semua uneg-uneg ku yang selama ini selalu kupendam. Orang tuaku tak pernah berani memprotes apalagi menolak pemberian kakak-kakakku yang tak layak untuk diambil.Bapak memegang pundakku mencoba untuk menenangkanku. Sementara Ibu terdiam namun air matanya tergenang dan siap tumpah."Jaga bicaramu Arumi! Aku nggak pernah ngasih makanan basi ke Bapak dan Ibu. Makanan ini masih enak dan layak!" tukasnya dengan penuh amarah.Aku lantas merebut rantang makanan itu yang masih berada di genggaman Ibu. Lalu membukanya di h
"Bu, Pak. Tolong ajarkan Arumi untuk sopan sama mbaknya. Jangan menghina makanan!" ucap Mas Pandu penuh penekanan.Mas Pandu menantap tajam ke arahku, ia seperti sedang mengintimidasi Bapak dan Ibu."Jangan ajarkan aku untuk sopan santun sama manusia nggak ada akhlak kaya kalian! Mbak, apa kamu lupa dengan pengorbanan orang tua kita selama ini? Setelah kamu dewasa dan sukses kamu seperti ini membalas jasa orang tua?"Kutarik napas dalam-dalam sebelum mengembuskannya kasar."Sudahlah, Mas, kita pulang aja sekarang. Arumi membuat moodku hancur!"Mbak Ayu lantas menggandeng tangan suaminya dan mengajaknya untuk segera masuk ke dalam mobil."Tunggu! Ada yang ketinggalan!" teriakku seraya berjalan dengan cepat ke arah mobilnya."Mau apa lagi kamu?" bentak Mbak Ayu."Tuh, rendang basimu ketinggalan!"Aku melempar rantang yang berisikan rendang basi itu ke dalam mobil mereka. Wajah Mas Edi terlihat merah padam seakan ingin melahapku."Kamu tahu harga mobil ini berapa, hah?" bentaknya sambil m
Aku mencium punggung tangan Bapak dan Ibu dengan takzim. Setelah itu berpamitan untuk pergi bekerja.Aku bekerja di toko roti, selama tak punya kendaraan sendiri aku pergi menggunakan ojek. Pulangnya suka diantarkan temanku yang bernama Ratna.Jika Ratna tak bisa mengantarkan aku pulang, ya ... terpaksa harus menggunakan ojek lagi. Biaya ongkos pulang pergi dengan menggunakan ojek lumayan mahal. Tapi mau bagaimana lagi.Sedikit-sedikit aku menabung dari sisa uang gajiku untuk membeli motor bekas saja. Yang penting masih layak untuk dipakai.Hari ini gajian, aku akan membelikan Bapak dan Ibu rendang di warung Padang sebrang jalan sana.****"Kenapa melamun, Rum?" tanya Ratna."Nggak papa, cuma kurang enak badan aja.""Istirahat dulu sana. Biar aku yang lanjutin ngadonin," titahnya.Aku menurut, duduk di pojokan sambil memijit kening yang terasa berdenyut.Kuteguk air mineral di dalam botol hingga habis setengahnya. Dadaku kembali nyeri ketika mengingat perlakuan kakakku pada Bapak dan I
"Jangan menangis, lebih baik sekarang kita makan bersama."Bapak mengangguk setuju, kami duduk lesehan di bawah dengan beralaskan tikar. Rumah Bapak belum dikeramik, lantainya hanya dipelur saja."Dihabiskan ya, Pak, Bu, makanannya. Arumi juga beli lauknya lagi yang dipisah, takut nanti kalau malam Bapak sama Ibu lapar. Nanti habis ini Arumi akan masak nasi dan air panas."Aku juga tadi sempat mampir ke tukang buah membeli apel juga mangga untuk orang tuaku, dan membeli obat batuk untuk Bapak di Apotek."Arum, Bapak dan Ibu sudah tua. Tinggal kamu, si bungsu yang belum menikah. Semoga umur Bapak panjang agar bisa melihatmu menikah dengan laki-laki pilihanmu. Laki-laki yang baik, bertanggungjawab, saleh. Dan bisa menjadikanmu istri yang saleha.""Iya, Rum. Jangan terlalu memikirkan Bapak dan Ibu, jika kamu memang sudah ada calon dan ingin menikah. Bawa ke rumah calonmu, kenalkan pada kami," sambung Ibu.kuhela napas panjang dan menatap Ibu juga Bapak secara bergantian, setelahnya aku te
Hari minggu pun tiba, katanya mereka akan sampai di rumah siang kalau tidak sore. Masih tetap sama, meminta Ibu untuk masak makanan enak permintaan mereka."Bu, inget pesan Arumi. Masak sederhana aja, uang yang Arumi kasih jangan dipakai untuk beli seafood atau apapun itu untuk mereka. Kalau mereka nggak mau makan yasudah jangan dipedulikan," ucapku berpesan sebelum berangkat kerja pagi."Iya, Nduk. Tapi boleh nggak Ibu beli ayam satu ekor untuk anak-anak mereka?" tanya Ibu ragu."Boleh, Bu.""Makasih, Nduk."Aku lalu berpamitan pergi bekerja pada Ibu dan Bapak. Bapak badannya masih kurang sehat, ia hanya berbaring saja di atas ranjang dengan kasur kapuk."Nanti Arumi akan izin pulang lebih cepat, Bu," kataku sebelum benar-benar pergi.****"Rum, dengar-dengar toko kita akan gulung tikar," bisik Ratna."Hah, gulung tikar bagaimana? Kenapa begitu?" tanyaku terkejut.Toko roti ini lumayan ramai pembeli. Apalagi jika weekend seperti ini, pendapatan pun cukup banyak. Kenapa bisa sampai gul
"Kamu kenal sama pemiliknya? Atau orang yang bekerja di sana?" tanyaku."Aku kenal dengan atasannya. Kalau mau, hari senin langsung datang nanti aku antarkan kalian," ujar Refaldy."Alhamdulillah, makasih, ya. Rejeki emang nggak ke mana ya, Rum." Ratna tersenyum senang mendengar kabar baik itu, begitupun denganku. Allah memang baik, belum sejam aku berdoa tetapi sudah langsung diberi solusi."Boleh aku minta nomor barumu, Rum, buat nanti kabari soal kerjaan?" tanya Refaldy."Oh, iya. Aku lupa ngasih tau kamu kalau sudah ganti nomor."Refaldy tersenyum seraya memberikan ponselnya padaku untuk kucatat nomor baru."Terima kasih."Ia tersenyum memperlihatkan barisan giginya yang rapih.b1daaaap1"Habis ini kalian mau ke mana?""Mau langsung pulang," jawab Ratna.Refaldy menoleh ke arahku dan bibirnya seperti ini berkata sesuatu. Namun ia tak jadi bicara, malah terlihat salah tingkah."Em, Arumi. Apa mau sekalian lagi aku antarkan pulang?" tanyanya terlihat gugup."Apa kamu mau main ke ruma
SERANTANG RENDANG BASI part 72"Gila, ya, kamu. Tega menjual istri sendiri ke klien hanya demi uang!" teriak Meisha pada Pandu."Kamu pikir aku benar-benar masih mau menerimamu, setelah kamu membohongiku, hah? Aku tau semuanya bahwa anak yang sempat kamu kandung itu adalah bukan anakku!" tukas Pandu yang membuat Meisha seketika bungkam."Tidak usah sok suci dan menangis tersedu begitu. Bukankah kamu sendiri suka berganti-ganti pasangan dengan mencari laki-laki kaya? Sekarang aku berbaik hati dengan mencarikanmu laki-laki kaya!" Pandu tertawa puas.Meisha meruntuk kebodohannya sendiri karena begitu percaya dengan semua ucapan manis Pandu.Kini ia menyesali semuanya karena lebih memilih menjadi Pandu dibanding dengan David dulu."Gara-gara kamu aku dapat ancaman dari istri laki-laki itu Pandu!" teriak Meisha."Sebelumnya kamu juga merebutku dari Ayu bukan? Jadi sekarang kenapa kamu mengeluh? Bukankah sebutan pelakor itu memang pantas untuk dirimu, Meisha?" tegas Pandu dengan tangannya m
SERANTANG RENDANG BASI part 71"Assalamualaikum."Kedatangan Refaldy bersama dengan keluarga Clara dan juga ustaz serta kiyai, membuat orang-orang di rumah Arumi terlihat bingung.Arumi membuang napas lega dan tersenyum senang melihat suaminya kembali dalam keadaan baik-baik saja."Waalaikumsalam."Semuanya dipersilakan untuk duduk di ruang tamu. Berkumpul bersama seperti sedang menghadiri sebuah rapat penting.Refaldy memeluk Arumi dan mengusap pelan perut Arumi yang membuncit, ia terlihat lega karena mengetahui Arumi baik-baik saja.Ibu dan Bapak serta yang lainnya saling bersalaman dan berkenalan. Lalu Ayu, Ratna dan Devi segera pergi ke dapur untuk membuatkan minuman dan mengeluarkan cemilan untuk dihidangkan."Sedang ada urusan bisnis ya, Nak?" tanya Bapak membuka obrolan lebih dulu."Bukan, Pak. Nanti Refaldy akan jelaskan, tapi untuk itu Refaldy akan menghubungi orang tuaku dulu dan juga Paman Adiwijaya."Dengan lihai jemarinya langsung menelepon orang tua dan juga pamannya unt
SERANTANG RENDANG BASI part 70"Di sini sudah kembali aman. Namun ayahmu saat ini sedang kesakitan dan berada di rumah orang jahat itu, kita harus membawa ayahmu kembali pulang untuk diruqyah juga," ucap kiyai."Apakah rumah orang tuaku benar-benar sudah aman, Pak?" tanya Clara memastikan."Insya Allah sudah aman kembali, apa kamu tau di mana rumah wanita itu?" tanya Pak kiyai."Tau, Pak. Ayo saya antarkan. Mama sementara waktu tinggal di rumah Bude dulu ya?" pintanya pada Bude Ning."Iya, Nduk, mamamu lebih baik tinggal bersama Bude dulu agar aman. Sekarang lebih baik cepat-cepat kamu ke rumah gundik itu untuk menyelamatkan papamu!" titah sang Bude.Gegas mereka semua kita pergi dari rumah Pak Darsa. Seruni kini sudah masuk ke dalam mobil Bude dan anaknya.Sementara Clara dan yang lainnya ikut masuk ke dalam mobil Refaldy dan Clara yang akan mengarahkan di mana lokasi Lina saat ini.Dengan berdoa dan mengucapkan bismillah Refaldy mulai melajukan pelan mobilnya, meninggalkan halaman r
SERANTANG RENDANG BASI part 69Devi memungut benda tersebut dan langsung melemparkannya lagi setelah mengetahui itu boneka dengan banyak darah."Siapa yang melemparkan ini ke dalam rumah?" gumam Arumi."Apa ada maling yang masuk, Rum?" tanya Ratna."Nggak mungkin sih ada maling yang masuk, soalnya perkomplekan ini dijaga dengan sangat ketat sekali," ujarnya."Lalu ini?" tanya Devi bingung."Kita mengaji bersama saja untuk mengusir bala!" ajak Arumi.Arumi memanggil Bapak dan Ibu untuk ikut mengaji bersama di ruang tamu. Setelah berkumpul dan mengambil wudu kini mereka mengaji bersama.Arumi tak bilang jika ada seseorang yang melemparkan batu dan boneka penuh darah ke dalam rumahnya pada kedua orang tuanya.Pecahan kaca jendela yang berserakan langsung dibereskan oleh ART dan Arumi beralibi kalau ia tak sengaja melemparkan sesuatu ke kaca, karena ada kecoa yang terbang.Arumi juga sudah mengirim pesan pada Refaldy dan Clara, bahwa rumahnya dapat teror. Mungkin saja itu teror dari ilmu
SERANTANG RENDANG BASI part 68Seruni memeluk Clara erat sekali, bahkan tangannya mencengkram Clara dengan sangat kuat karena ketakutan yang berlebihan."Ma, jangan seperti ini, Ma."Clara meringis kesakitan karena Seruni semakin lama semakin mencengkram kuat lengan Clara.Clara menepis kasar tangan Seruni karena lengannya perih, kuku Seruni menusuk ke kulit lengan Clara.Kini bola mata Seruni semuanya tampak memutih, kepalanya mendongak ke atas dengan gigi yang gemeretak.Di keadaan seperti ini Clara tidak tahu harus berbuat apa. Ia berusaha mendekati Seruni lagi namun dengan sangat cepat tangan Seruni mencekik lehernya hingga ia kesulitan bernapas."Mati!" pekik Seruni sambil terus mencekik Clara.Sebisa mungkin Clara berusaha melepaskan cekikan Seruni dan membaca doa semampu yang ia bisa dan ia hafal."Aaarrgghh!" teriak Seruni sambil menutup kedua telinganya.Setelah berteriak sangat kencang perlahan tubuh Seruni melemah, pandangannya mengabur lalu jatuh pingsan.Terlepas dari ce
SERANTANG RENDANG BASI part 67Mami Delia meminta Sesil untuk menurunkan uang denda yang ia minta. Namun Sesil tak pedulikan itu, ia tetap pada pendiriannya meminta denda dengan jumlah lima milyar.Gugatan cerai pun sudah ia layangkan ke pengadilan agama dengan membawa bukti dan saksi. Delia terlihat frustasi dengan keadaan yang sekarang ia jalani.Anak dibawa oleh mantan suaminya serta papinya tidak mau lagi ikut campur permasalahan yang sudah ia buat.Tanpa rasa malu ia menghubungi Aron dan meminta uang untuk membantunya membayarkan denda, namun ditolak mentah-mentah oleh Aron.Lalu ia menghubungi Erik untuk membantunya membayarkan denda tersebut."Semua ini juga karena kecerobohanmu!" tukas Delia."Bantu aku untuk membayarkan denda dari istri sintingmu itu. Lagi pula istrimu itu kemaruk harta, dia memakai cara seperti ini untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Dasar miskin!" ketusnya."Aku akan bayarkan dendamu. Tapi kamu harus mau menjadi istriku!" ujar Erik."Tak masalah." Deli
SERANTANG RENDANG BASI part 66Meisha terbungkam dan memicingkan mata menatap Ayu. Ia sangat yakin kalau di balik kehancuran dirinya saat ini pasti karena ulah Ayu."Sekarang lanjutkan drama kalian di luar rumah ini. Aku sudah muak dengan semuanya, dan sekarang aku melepaskan kamu untuk j4l4ng ini, Mas. Aku sudah ikhlas dan ridho kalau kamu menikah dengan dia. Tinggal nanti kamu menerima surat cerai dariku! Sekarang silakan pergi dari sini!" tegas Ayu."Kamu nggak bisa begitu, Yu!" protes Pandu."Bisa, karena kamu telah melanggar surat perjanjian pernikahan kita. Kamu dengan sadar setuju dan menandatangi perjanjian itu!""Aku nggak mau cerai, lebih baik aku menceraikan Meisha daripada harus bercerai darimu!""Apa-apaan kamu, Mas, berkata seperti itu. Kamu tau sendiri kalau dia itu mandul dan nggak bisa memberikanmu anak. Sedangkan rahimku subur dan bagus! Aku punya segalanya yang nggak bisa dimiliki wanita sialan ini!" tukas Meisha."Kalau kamu merasa punya segalanya nggak mungkin sam
SERANTANG RENDANG BASI part 65"Apa aku boleh minta nomor Bu Arumi?" tanya Clara."Jangan panggil Ibu, panggil nama saja. Sepertinya umur kita tidak jauh berbeda," sahut Arumi ramah."Kalau untuk panggil nama saja rasanya tidak sopan, bagaimana kalau aku panggil kakak atau mbak?" protesnya."Terserah kamu saja.""Baiklah, Kak Arumi dan Kak Refaldy," ujarnya.Usai makan kini mereka memutuskan untuk langsung pulang dan menjalankan rencana yang sudah disusun dengan rapih.Seperti ada semangat baru di dalam hidupnya untuk membuang pelakor itu dalam kehidupan rumah tangga orang tuanya.Berbincang dengan Arumi begitu menyenangkan untuk Clara. Kini ia begitu optimis.*****"Mama, Mama sekarang makan ya. Clara suapin. Jika Mama tidak betah tinggal di sini, lebih baik kita pindah rumah saja. Atau sementara waktu tinggal di rumah Bude?" ujar Clara yang ikut duduk di samping mamanya.Pandangan mata mamanya kosong seakan tak ada kehidupan di sana. Setiap hari hanya melamun, terkadang juga menangi
SERANTANG RENDANG BASI part 64Arumi menaruh kepercayaan penuh pada suaminya. Ia yakin jika Refaldy tak seperti yang dituduhkan, apalagi Arumi pun sudah tahu bahwa dunia bisnis itu pasti ada banyak yang ingin bersaing secara tak sehat. Saling menjatuhkan untuk keuntungan sendiri, contohnya seperti Pak Darsa.Ia mengingatkan suaminya untuk selalu berhati-hati kepada rekan bisnisnya. Karena rambut boleh sama hitam, tapi tidak dengan pikiran manusia Ponsel Refaldy berdering--ada panggilan masuk tanpa nama. Nomor tidak diketahui itu terus menelepon Refaldy.Refaldy menatap wajah Arumi seakan meminta jawaban untuk mengangkat panggilan telepon itu atau tidak. Arumi mengangguk pelan, lalu telepon pun diangkat dan pengeras suara diaktifkan. Sehingga Arumi bisa ikut mendengar panggilan telepon dari siapa.'Halo, Pak Refaldy. Ini saya Clara, saya mohon Pak Refaldy jangan menutup teleponnya dulu. Saya bisa jelaskan semuanya apa yang barusan terjadi di antara kita berdua.'Refaldy membuang napas