Share

TAK AKAN MISKIN part 3

last update Last Updated: 2022-10-30 09:33:40

Aku mencium punggung tangan Bapak dan Ibu dengan takzim. Setelah itu berpamitan untuk pergi bekerja.

Aku bekerja di toko roti, selama tak punya kendaraan sendiri aku pergi menggunakan ojek. Pulangnya suka diantarkan temanku yang bernama Ratna.

Jika Ratna tak bisa mengantarkan aku pulang, ya ... terpaksa harus menggunakan ojek lagi. Biaya ongkos pulang pergi dengan menggunakan ojek lumayan mahal. Tapi mau bagaimana lagi.

Sedikit-sedikit aku menabung dari sisa uang gajiku untuk membeli motor bekas saja. Yang penting masih layak untuk dipakai.

Hari ini gajian, aku akan membelikan Bapak dan Ibu rendang di warung Padang sebrang jalan sana.

****

"Kenapa melamun, Rum?" tanya Ratna.

"Nggak papa, cuma kurang enak badan aja."

"Istirahat dulu sana. Biar aku yang lanjutin ngadonin," titahnya.

Aku menurut, duduk di pojokan sambil memijit kening yang terasa berdenyut.

Kuteguk air mineral di dalam botol hingga habis setengahnya. Dadaku kembali nyeri ketika mengingat perlakuan kakakku pada Bapak dan Ibu.

"Rum. Refaldy kemarin nanyain kamu. Kayanya dia suka deh sama kamu," ucap Ratna di sela-sela aktifitasnya mengadoni roti.

Aku hanya tersenyum merespon ucapannya.

"Umurmu sudah dua puluh enam tahun, apa nggak kepikiran buat nyari cowok lalu menikah?" tanya Ratna.

"Memangnya kenapa kalau sudah dua puluh enam tahun? Apakah pernikahan adalah sebuah perlombaan, Ratna? Aku ingin menikah, tapi aku harus menemui lelaki yang tepat. Yang bisa menerima aku juga orang tuaku," tekanku.

Jujur, aku sedikit risih dengan pertanyaan seperti ini. Aku tidak mau salah pilih calon suami.

Tak mau seperti Mbak-mbakku dan Mas Aron. Mereka berubah setelah menikah dan hidup di rantauan. Harta membuat mereka buta dengan semuanya.

Tak ingat saat hidupnya dulu susah. Tak ingat bagaimana pengorbanan orang tua saat harus berdarah-darah mencari nafkah demi bisa menyekolahkan anak-anaknya, memberi makanan yang halal untuk mengisi perut mereka.

"Kalau sudah besar nanti, carilah pasangan yang bisa menerima segala kekurangan dan kelebihanmu. Yang bisa juga terima orang tuamu, bisa mendidikmu dengan baik."

Dulu, setiap hari Bapak selalu berpesan seperti itu pada anak perempuannya. Selalu memberikan nasihat yang baik.

Tak lupa Bapak juga menasihati Mas Aron. Jika nanti punya istri, perlakukan istrinya dengan baik. Ajarkan istrinya untuk bisa menerima dan menghargai Bapak dan Ibu sebagai mertuanya. Anggap seperti orang tua sendiri. Jangan ada yang ditutupi, apalagi mengaku orang berpunya padahal kami hanya orang desa yang sederhana.

"Rum, kamu nangis."

Ah, tanpa sadar air mataku sudah mengalir begitu saja. Cepat aku menghapusnya.

****

"Maaf, Rum, aku nggak bisa antarkan kamu. Soalnya aku ada keperluan lain," ujar Ratna.

"Nggak papa, Rat, aku naik ojek aja pulangnya."

"Aku duluan ya," pamitnya dan pergi.

Aku melihat jam pada layar ponselku. Jam menunjukkan pukul setengah empat sore.

"Arum, belum pulang?"

Aku terjingkrat kaget dengan kehadiran Refaldy yang tiba-tiba saja sudah ada di samping.

"Maaf, aku ngangetin ya."

Refaldy meminta maaf dengan senyum sungkan.

"Hem, iya, aku lagi nunggu tukang ojek," sahutku.

"Kalau kamu mau pulangnya bareng aku aja. Kita searah kok, aku mau pergi ke tempat teman," ajaknya sopan.

Langit sore tampak mendung, dari tadi aku pun tak menemui tukang ojek yang lewat.

"Apa nggak ngerepotin?" tanyaku canggung.

"Nggak kok, kan searah. Rumah temanku satu kampung denganmu."

"Baiklah kalau memang nggak ngerepotin kamu. Tapi nanti mampir dulu ke warung Padang. Aku mau beli makanan buat orang tuaku."

Refaldy mengangguk seraya tersenyum. Ia lantas memberikan helm padaku. Aku segera mengambil dan memakainya, lalu mulai menaiki motor.

"Bismillah," ucap kami berbarengan.

Sadar akan hal itu--Refaldy tertawa kecil dan menggaruk kepalanya yang kurasa tak gatal. Lalu motor pun berjalan meninggalkan lokasi tempat kerjaku.

***

"Ini uangmu yang tadi."

Aku menyodorkan uang selembar berwarna merah pada Refaldy karena tadi ia membayarkan makananku.

"Nggak usah. Anggap aja aku lagi teraktir kamu makan," katanya semringah.

"Ah, jangan seperti itu. Aku jadi nggak enak sama kamu."

Tadi sewaktu aku membelikan makanan di warung Padang, ternyata Refaldy pun ikut membeli nasi bungkus. Katanya buat teman-temannya, dan ia pun membayarkan makanan punyaku.

"Kalau kamu nolak, malah aku akan tersinggung. Kamu juga 'kan temanku, Rum."

"Terima kasih banyak. Semoga Allah balas kebaikanmu."

Setelah itu Refaldy berpamitan untuk pergi ke rumah temannya. Aku pun masuk ke dalam dan mencari di mana Bapak dan Ibu.

"Assalamualikum. Pak, Bu, aku bawa nasi Padang nih."

"Waalaikumsalam, Nduk. Alhamdulillah kamu sudah pulang, kami khawatir karena cuaca mendung sekali ingin hujan."

Aku memberikan nasi Padang itu pada mereka. Wajah Bapak dan Ibu berbinar saat dibukanya bungkusan itu--ada rendang juga ayam bakar di dalamnya.

"Ndukk, ya Allah ... kenapa lauknya banyak sekali. Katanya kamu mau nabung beli motor."

Bapak dan Ibu berbicara dengan suara bergetar menahan tangis.

"Pak, Bu. Menyenangkan hati orang tua nggak akan bikin aku miskin. Uangku masih sisa banyak kok, ini buat pegangan Bapak sama Ibu. Aku ambil untuk menabung sama ongkos aja," kilahku.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Aini Eny
baru baca sdh mengandung bawang
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   JADI BAHAN OMONGAN part 4

    "Jangan menangis, lebih baik sekarang kita makan bersama."Bapak mengangguk setuju, kami duduk lesehan di bawah dengan beralaskan tikar. Rumah Bapak belum dikeramik, lantainya hanya dipelur saja."Dihabiskan ya, Pak, Bu, makanannya. Arumi juga beli lauknya lagi yang dipisah, takut nanti kalau malam Bapak sama Ibu lapar. Nanti habis ini Arumi akan masak nasi dan air panas."Aku juga tadi sempat mampir ke tukang buah membeli apel juga mangga untuk orang tuaku, dan membeli obat batuk untuk Bapak di Apotek."Arum, Bapak dan Ibu sudah tua. Tinggal kamu, si bungsu yang belum menikah. Semoga umur Bapak panjang agar bisa melihatmu menikah dengan laki-laki pilihanmu. Laki-laki yang baik, bertanggungjawab, saleh. Dan bisa menjadikanmu istri yang saleha.""Iya, Rum. Jangan terlalu memikirkan Bapak dan Ibu, jika kamu memang sudah ada calon dan ingin menikah. Bawa ke rumah calonmu, kenalkan pada kami," sambung Ibu.kuhela napas panjang dan menatap Ibu juga Bapak secara bergantian, setelahnya aku te

    Last Updated : 2022-10-30
  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   RENCANA TUHAN part 5

    Hari minggu pun tiba, katanya mereka akan sampai di rumah siang kalau tidak sore. Masih tetap sama, meminta Ibu untuk masak makanan enak permintaan mereka."Bu, inget pesan Arumi. Masak sederhana aja, uang yang Arumi kasih jangan dipakai untuk beli seafood atau apapun itu untuk mereka. Kalau mereka nggak mau makan yasudah jangan dipedulikan," ucapku berpesan sebelum berangkat kerja pagi."Iya, Nduk. Tapi boleh nggak Ibu beli ayam satu ekor untuk anak-anak mereka?" tanya Ibu ragu."Boleh, Bu.""Makasih, Nduk."Aku lalu berpamitan pergi bekerja pada Ibu dan Bapak. Bapak badannya masih kurang sehat, ia hanya berbaring saja di atas ranjang dengan kasur kapuk."Nanti Arumi akan izin pulang lebih cepat, Bu," kataku sebelum benar-benar pergi.****"Rum, dengar-dengar toko kita akan gulung tikar," bisik Ratna."Hah, gulung tikar bagaimana? Kenapa begitu?" tanyaku terkejut.Toko roti ini lumayan ramai pembeli. Apalagi jika weekend seperti ini, pendapatan pun cukup banyak. Kenapa bisa sampai gul

    Last Updated : 2022-10-30
  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   MEREKA DATANG part 6

    "Kamu kenal sama pemiliknya? Atau orang yang bekerja di sana?" tanyaku."Aku kenal dengan atasannya. Kalau mau, hari senin langsung datang nanti aku antarkan kalian," ujar Refaldy."Alhamdulillah, makasih, ya. Rejeki emang nggak ke mana ya, Rum." Ratna tersenyum senang mendengar kabar baik itu, begitupun denganku. Allah memang baik, belum sejam aku berdoa tetapi sudah langsung diberi solusi."Boleh aku minta nomor barumu, Rum, buat nanti kabari soal kerjaan?" tanya Refaldy."Oh, iya. Aku lupa ngasih tau kamu kalau sudah ganti nomor."Refaldy tersenyum seraya memberikan ponselnya padaku untuk kucatat nomor baru."Terima kasih."Ia tersenyum memperlihatkan barisan giginya yang rapih.b1daaaap1"Habis ini kalian mau ke mana?""Mau langsung pulang," jawab Ratna.Refaldy menoleh ke arahku dan bibirnya seperti ini berkata sesuatu. Namun ia tak jadi bicara, malah terlihat salah tingkah."Em, Arumi. Apa mau sekalian lagi aku antarkan pulang?" tanyanya terlihat gugup."Apa kamu mau main ke ruma

    Last Updated : 2022-10-30
  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   PERDEBATAN part 7

    "Walaupun orang sederhana tapi Refaldy punya etika dan sopan santun terhadap orang yang lebih tua. Nggak kaya kamu dan istrimu, Mas."Mungkin ucapanku ini sedikit lancang dan terlihat kasar untuknya. Tapi biarlah, biar mereka semua sadar."Rum, aku balik ya. Mas, Mbak, saya balik dulu. Assalamualaikum.""Iya, Waalaikumsalam. Maafkan keluargaku, ya."Refaldy berpamitan pulang, mungkin ia merasa tidak enak hati melihat pertengkaran antara adik dan kakak seperti ini."Kalau mau sama Arum harus kaya!" teriak Mbak Ayu dengan ketus yang sedaritadi hanya memantau perdebatan kami.Refaldy menoleh dan menatap Mbak Ayu dengan wajah datar, lalu menoleh ke arahku juga dengan tatapan kasihan. Mungkin ia kasihan dengan hidupku."Nggak hanya kaya, tapi juga berattitude, Mbak," sahut Refaldy.Setelahnya ia tancap gas dan pergi dari halaman rumahku. Aku pun masuk ke dalam rumah dan menemui Ibu juga Bapak.Kucium punggung tangannya dengan takzim lalu duduk di tengah-tengah Ibu dan Bapak.Sepertinya jang

    Last Updated : 2022-10-30
  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   MARAHNYA SI BUNGSU part 8

    "Sudah jangan berdebat, semuanya duduk dan makan bersama!" bentak Bapak.Mbak Delia menghentakkan kakinya seperti anak kecil, lalu menatapku dengan tatapan tak suka. Cih, peduli amat.Kami semua duduk lesehan di lantai, makanan sudah terhidang di sini. Ibu mulai mengambilkan nasi beserta lauknya untuk Bapak."Sini biar Ibu ambilkan nasi untukmu, Nak." Ibu mengulurkan tangannya namun Mas Aron malah memutar bola mata. Ingin rasanya aku colok kedua matanya itu. Tidak sopan banget seperti itu pada Ibu."Nggak selera, Bu. Biasanya aku di Jakarta makan makanan yang enak," dalihnya."Iya, benar. Kami semua biasanya makan enak. Lah, ini, apaan, Bu. Cuma ayam, sayur bening dan tahu tempe beserta sambal dan lalapannya," sambung Mbak Wisna yang dianggukin oleh suaminya."Makan aja apa yang sudah tersedia di sini. Masih bisa makan aja sudah bersyukur. Memangnya dulu kalian makan apa waktu kecil?!" ketus Bapak.Mas Aron, Mbak Ayu dan Mbak Wisna terdiam dengan ucapan Bapak yang menohok.Bapak menar

    Last Updated : 2022-10-30
  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   PESAN BAPAK part 9

    Mas Aron mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Rahangnya mengeras dengan gigi gemeretak."Kamu sudah sangat keterlaluan, Arum. Aku ini Masmu, bukan teman, sahabat atau pacarmu yang bisa seenak kau bentak-bentak! Sopan santun sedikit padaku!"Plak!Satu tamparan ia layangankan di pipi kananku, membuat pipi ini kemerahan dan menimbulkan rasa panas hingga perih.Aku tersenyum miris menatapnya. Mas Aron menatapku balik dengan sengit, napasnya memburu seperti hewan yang siap menerkam buruannya."Mana lagi yang ingin kau tampar, Mas. Ini, atau ini!"Aku menyodorkan wajahku pada Mas Aron seraya mendorong dorong tubuhnya."Selain kau gagal jadi anak Bapak dan Ibu! Kau pun gagal mendidik anakmu juga gagal jadi seorang Kakak!" bentakku."Apa kalian pikir nggak dosa buat orang tua sampai menangis begitu. Ingat, susahmu dulu sama siapa? Setelah sukses seperti kacang lupa kulitnya! Wong pada dableg kabeeeh!"Tutatap satu-satu wajahnya dengan penuh kesal dan juga amarah. Ingin rasanya kupuk*l kep

    Last Updated : 2022-10-30
  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   TANGISAN BAPAK, IBU part 10

    "Apa-apaan sih kamu, Rum. Kamu sudah benar-benar kurang ajar sama kita!" bentak Mas Aron."Si Arum kayanya sudah gila nih!" sahut Mbak Delia."Orang kampung, kelakuannya juga kampungan!" maki Mas Dion."Kutampar kamu, Rum, menyebalkan sekali!" Mbak Wisna menimpali.Masih banyak lagi umpatan serta caci maki dari mereka kepadaku. Kutatap mereka tanpa rasa takut apalagi merasa bersalah, karena memang aku tak bersalah."Nantangin kamu, Rum?" bentak Mbak Ayu.Aku masih diam tak merespon caci maki dari mereka. Dan itu membuat mereka semua semakin kesal padaku."Pantes, nggak ada cowok kaya yang mau sama kamu. Kelakuan kamu menyeramkan seperti ini, yang naksir paling mentok standar. Cuma punya motor!" sindir Mbak Delia."Mau pulang sendiri, atau aku usir?" tekanku pada mereka."Kamu ngusir kami?" tanya Mbak Ayu sengit."JAWAB! Mau pulang sendiri atau mau aku usir!"Aku berteriak sangat kencang membuat mereka semua kaget dan saling tatap satu sama lainnya."Demi Allah. Biar Allah miskinkan kal

    Last Updated : 2022-12-02
  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   PERTANYAAN BAPAK part 11

    "Mas ngomong kaya gitu seolah-olah tidak pernah buat kesalahan pada kami, terutama sama Bapak dan Ibu?""Ya Allah ... Mas benar-benar berubah setelah merantau. Mbak Ayu dan Mbak Wisna pun berubah setelah menikah. Apa kalian salah pergaulan dan lingkungan, Mas? Arumi kangen dengan kalian yang dulu."Kakiku lemas seperti tak bisa menopang tubuh ini. Tangisku pun pecah seketika teringat kebersamaan kami dahulu."Nggak ada yang berubah dari diriku. Kalian aja yang terlalu sensitif dan baperan, Rum," katanya dengan enteng."Jadi maksudnya Bapak, Ibu dan Arumi yang salah gitu, Mas, bukan kalian? Oh, ya, kalau begitu Arumi coba untuk nggak baperan dan sensitif seperti apa yang Mas bilang." Wajahnya berubah binar, Mas Aron tersenyum seraya menganggukkan kepalanya pelan."Nah, gitu dong, Rum. Zaman sudah semakin modern. Jangan jadi orang yang kampungan lagi. Kalau bisa nanti kamu cari pasangan yang bisa naikkan derajatmu," katanya semringah.Tanpa peduli dengan omongannya aku segera kembali m

    Last Updated : 2022-12-02

Latest chapter

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   TAMAT part 72

    SERANTANG RENDANG BASI part 72"Gila, ya, kamu. Tega menjual istri sendiri ke klien hanya demi uang!" teriak Meisha pada Pandu."Kamu pikir aku benar-benar masih mau menerimamu, setelah kamu membohongiku, hah? Aku tau semuanya bahwa anak yang sempat kamu kandung itu adalah bukan anakku!" tukas Pandu yang membuat Meisha seketika bungkam."Tidak usah sok suci dan menangis tersedu begitu. Bukankah kamu sendiri suka berganti-ganti pasangan dengan mencari laki-laki kaya? Sekarang aku berbaik hati dengan mencarikanmu laki-laki kaya!" Pandu tertawa puas.Meisha meruntuk kebodohannya sendiri karena begitu percaya dengan semua ucapan manis Pandu.Kini ia menyesali semuanya karena lebih memilih menjadi Pandu dibanding dengan David dulu."Gara-gara kamu aku dapat ancaman dari istri laki-laki itu Pandu!" teriak Meisha."Sebelumnya kamu juga merebutku dari Ayu bukan? Jadi sekarang kenapa kamu mengeluh? Bukankah sebutan pelakor itu memang pantas untuk dirimu, Meisha?" tegas Pandu dengan tangannya m

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   ARUMI MELAHIRKAN part 71

    SERANTANG RENDANG BASI part 71"Assalamualaikum."Kedatangan Refaldy bersama dengan keluarga Clara dan juga ustaz serta kiyai, membuat orang-orang di rumah Arumi terlihat bingung.Arumi membuang napas lega dan tersenyum senang melihat suaminya kembali dalam keadaan baik-baik saja."Waalaikumsalam."Semuanya dipersilakan untuk duduk di ruang tamu. Berkumpul bersama seperti sedang menghadiri sebuah rapat penting.Refaldy memeluk Arumi dan mengusap pelan perut Arumi yang membuncit, ia terlihat lega karena mengetahui Arumi baik-baik saja.Ibu dan Bapak serta yang lainnya saling bersalaman dan berkenalan. Lalu Ayu, Ratna dan Devi segera pergi ke dapur untuk membuatkan minuman dan mengeluarkan cemilan untuk dihidangkan."Sedang ada urusan bisnis ya, Nak?" tanya Bapak membuka obrolan lebih dulu."Bukan, Pak. Nanti Refaldy akan jelaskan, tapi untuk itu Refaldy akan menghubungi orang tuaku dulu dan juga Paman Adiwijaya."Dengan lihai jemarinya langsung menelepon orang tua dan juga pamannya unt

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   AKIBAT PERBUATAN MUSYRIK part 70

    SERANTANG RENDANG BASI part 70"Di sini sudah kembali aman. Namun ayahmu saat ini sedang kesakitan dan berada di rumah orang jahat itu, kita harus membawa ayahmu kembali pulang untuk diruqyah juga," ucap kiyai."Apakah rumah orang tuaku benar-benar sudah aman, Pak?" tanya Clara memastikan."Insya Allah sudah aman kembali, apa kamu tau di mana rumah wanita itu?" tanya Pak kiyai."Tau, Pak. Ayo saya antarkan. Mama sementara waktu tinggal di rumah Bude dulu ya?" pintanya pada Bude Ning."Iya, Nduk, mamamu lebih baik tinggal bersama Bude dulu agar aman. Sekarang lebih baik cepat-cepat kamu ke rumah gundik itu untuk menyelamatkan papamu!" titah sang Bude.Gegas mereka semua kita pergi dari rumah Pak Darsa. Seruni kini sudah masuk ke dalam mobil Bude dan anaknya.Sementara Clara dan yang lainnya ikut masuk ke dalam mobil Refaldy dan Clara yang akan mengarahkan di mana lokasi Lina saat ini.Dengan berdoa dan mengucapkan bismillah Refaldy mulai melajukan pelan mobilnya, meninggalkan halaman r

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   RUQYAH part 69

    SERANTANG RENDANG BASI part 69Devi memungut benda tersebut dan langsung melemparkannya lagi setelah mengetahui itu boneka dengan banyak darah."Siapa yang melemparkan ini ke dalam rumah?" gumam Arumi."Apa ada maling yang masuk, Rum?" tanya Ratna."Nggak mungkin sih ada maling yang masuk, soalnya perkomplekan ini dijaga dengan sangat ketat sekali," ujarnya."Lalu ini?" tanya Devi bingung."Kita mengaji bersama saja untuk mengusir bala!" ajak Arumi.Arumi memanggil Bapak dan Ibu untuk ikut mengaji bersama di ruang tamu. Setelah berkumpul dan mengambil wudu kini mereka mengaji bersama.Arumi tak bilang jika ada seseorang yang melemparkan batu dan boneka penuh darah ke dalam rumahnya pada kedua orang tuanya.Pecahan kaca jendela yang berserakan langsung dibereskan oleh ART dan Arumi beralibi kalau ia tak sengaja melemparkan sesuatu ke kaca, karena ada kecoa yang terbang.Arumi juga sudah mengirim pesan pada Refaldy dan Clara, bahwa rumahnya dapat teror. Mungkin saja itu teror dari ilmu

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   TEROR part 68

    SERANTANG RENDANG BASI part 68Seruni memeluk Clara erat sekali, bahkan tangannya mencengkram Clara dengan sangat kuat karena ketakutan yang berlebihan."Ma, jangan seperti ini, Ma."Clara meringis kesakitan karena Seruni semakin lama semakin mencengkram kuat lengan Clara.Clara menepis kasar tangan Seruni karena lengannya perih, kuku Seruni menusuk ke kulit lengan Clara.Kini bola mata Seruni semuanya tampak memutih, kepalanya mendongak ke atas dengan gigi yang gemeretak.Di keadaan seperti ini Clara tidak tahu harus berbuat apa. Ia berusaha mendekati Seruni lagi namun dengan sangat cepat tangan Seruni mencekik lehernya hingga ia kesulitan bernapas."Mati!" pekik Seruni sambil terus mencekik Clara.Sebisa mungkin Clara berusaha melepaskan cekikan Seruni dan membaca doa semampu yang ia bisa dan ia hafal."Aaarrgghh!" teriak Seruni sambil menutup kedua telinganya.Setelah berteriak sangat kencang perlahan tubuh Seruni melemah, pandangannya mengabur lalu jatuh pingsan.Terlepas dari ce

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   RUMAH TERJUAL/ADA POCONG part 67

    SERANTANG RENDANG BASI part 67Mami Delia meminta Sesil untuk menurunkan uang denda yang ia minta. Namun Sesil tak pedulikan itu, ia tetap pada pendiriannya meminta denda dengan jumlah lima milyar.Gugatan cerai pun sudah ia layangkan ke pengadilan agama dengan membawa bukti dan saksi. Delia terlihat frustasi dengan keadaan yang sekarang ia jalani.Anak dibawa oleh mantan suaminya serta papinya tidak mau lagi ikut campur permasalahan yang sudah ia buat.Tanpa rasa malu ia menghubungi Aron dan meminta uang untuk membantunya membayarkan denda, namun ditolak mentah-mentah oleh Aron.Lalu ia menghubungi Erik untuk membantunya membayarkan denda tersebut."Semua ini juga karena kecerobohanmu!" tukas Delia."Bantu aku untuk membayarkan denda dari istri sintingmu itu. Lagi pula istrimu itu kemaruk harta, dia memakai cara seperti ini untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Dasar miskin!" ketusnya."Aku akan bayarkan dendamu. Tapi kamu harus mau menjadi istriku!" ujar Erik."Tak masalah." Deli

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   DIUSIR part 66

    SERANTANG RENDANG BASI part 66Meisha terbungkam dan memicingkan mata menatap Ayu. Ia sangat yakin kalau di balik kehancuran dirinya saat ini pasti karena ulah Ayu."Sekarang lanjutkan drama kalian di luar rumah ini. Aku sudah muak dengan semuanya, dan sekarang aku melepaskan kamu untuk j4l4ng ini, Mas. Aku sudah ikhlas dan ridho kalau kamu menikah dengan dia. Tinggal nanti kamu menerima surat cerai dariku! Sekarang silakan pergi dari sini!" tegas Ayu."Kamu nggak bisa begitu, Yu!" protes Pandu."Bisa, karena kamu telah melanggar surat perjanjian pernikahan kita. Kamu dengan sadar setuju dan menandatangi perjanjian itu!""Aku nggak mau cerai, lebih baik aku menceraikan Meisha daripada harus bercerai darimu!""Apa-apaan kamu, Mas, berkata seperti itu. Kamu tau sendiri kalau dia itu mandul dan nggak bisa memberikanmu anak. Sedangkan rahimku subur dan bagus! Aku punya segalanya yang nggak bisa dimiliki wanita sialan ini!" tukas Meisha."Kalau kamu merasa punya segalanya nggak mungkin sam

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   MEISHA TERANCAM part 65

    SERANTANG RENDANG BASI part 65"Apa aku boleh minta nomor Bu Arumi?" tanya Clara."Jangan panggil Ibu, panggil nama saja. Sepertinya umur kita tidak jauh berbeda," sahut Arumi ramah."Kalau untuk panggil nama saja rasanya tidak sopan, bagaimana kalau aku panggil kakak atau mbak?" protesnya."Terserah kamu saja.""Baiklah, Kak Arumi dan Kak Refaldy," ujarnya.Usai makan kini mereka memutuskan untuk langsung pulang dan menjalankan rencana yang sudah disusun dengan rapih.Seperti ada semangat baru di dalam hidupnya untuk membuang pelakor itu dalam kehidupan rumah tangga orang tuanya.Berbincang dengan Arumi begitu menyenangkan untuk Clara. Kini ia begitu optimis.*****"Mama, Mama sekarang makan ya. Clara suapin. Jika Mama tidak betah tinggal di sini, lebih baik kita pindah rumah saja. Atau sementara waktu tinggal di rumah Bude?" ujar Clara yang ikut duduk di samping mamanya.Pandangan mata mamanya kosong seakan tak ada kehidupan di sana. Setiap hari hanya melamun, terkadang juga menangi

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   RENCANA part 64

    SERANTANG RENDANG BASI part 64Arumi menaruh kepercayaan penuh pada suaminya. Ia yakin jika Refaldy tak seperti yang dituduhkan, apalagi Arumi pun sudah tahu bahwa dunia bisnis itu pasti ada banyak yang ingin bersaing secara tak sehat. Saling menjatuhkan untuk keuntungan sendiri, contohnya seperti Pak Darsa.Ia mengingatkan suaminya untuk selalu berhati-hati kepada rekan bisnisnya. Karena rambut boleh sama hitam, tapi tidak dengan pikiran manusia Ponsel Refaldy berdering--ada panggilan masuk tanpa nama. Nomor tidak diketahui itu terus menelepon Refaldy.Refaldy menatap wajah Arumi seakan meminta jawaban untuk mengangkat panggilan telepon itu atau tidak. Arumi mengangguk pelan, lalu telepon pun diangkat dan pengeras suara diaktifkan. Sehingga Arumi bisa ikut mendengar panggilan telepon dari siapa.'Halo, Pak Refaldy. Ini saya Clara, saya mohon Pak Refaldy jangan menutup teleponnya dulu. Saya bisa jelaskan semuanya apa yang barusan terjadi di antara kita berdua.'Refaldy membuang napas

DMCA.com Protection Status