Setelah selesai mandi, dan izin kepada istrinya. Malam ini Ryan tengah menyetir ke apartemen Mirza. Semoga saja pria itu sudah kembali ke apartemen setelah tadi melihat tuh orang tengah pergi dengan perempuan polos.
Selama perjalanan pun Ryan selalu berdoa agar Kiki segera terbuka hatinya untuk memaafkan segala kesalahan yang pernah diperbuatnya.
Mengingat waktu semakin malam membuat jalanan sedikit lenggang. Apalagi jarak apartemen ke apartemen Mirza sangat dekat jika melalui jalan pintas. Ya lewat situlah melipir-melipir SCBD.
Setelah sampai, Ryan langsung memarkirkan mobilnya dan langsung berjalan menuju unit Mirza. Sampai di depan unit Mirza, ia berdiri dengan tangan ke dalam saku celana dan satunya ia gunakan untuk memencet bel.
Ting nong. Ting nong. Ting nong.
Ceklek.
“Eh Pak Boss,” sapa Ryan tersenyum lebar.
Mirza sendiri hanya memutarkan bola matanya jengah dan menatap bingung ke arah Ryan. “Ngapain?”
Kiki pun langsung berpikir keras soal perkataan Ryan barusan. Apalagi mengatakan jika boss-nya itu tidak normal sama sekali dan suka sama Ryan.“Kalau Pak Mirza emang nggak normal bagus dong,” ceplos Kiki yang justru membuat Ryan bingung.“Kok bagus sih? Harusnya kamu tuh keluar dan jangan kerja di kantor itu kalau boss-nya aja nggak normal gitu.”“Justru bagus, Mas,” sahut Kiki ngegas.“Lha gimana ceritanya ada boss nggak normal tapi bagus.”“Iya baguslah jadinya kamu nggak cemburuan sama dia. Kan kamu bilang sendiri kalau Pak Mirza sukanya kamu bukan perempuan kan? Jadi bagus buat aku sih. Bakalan aman misal aku deket-deket apa temple-tempel dia kan?”“Eh apaan? Enggak enggak enggak. Kenapa jadi begini deh.”“Kan kamu sendiri yang bilang tadi.”“Eh bukan gitu maksudku sayang.”“Terus apa maksudnya?”Ryan p
Beberapa bulan kemudian.Hari ini tepat tiga bulan Ryan tidur di sofa dan tentu saja belum hiya-hiya selama ini. Ryan mencoba bertahan tidak jajan di luar karena takut kehilangan Kiki benar-benar. Meski saat ini keduanya sudah tinggal bersama dengan kedua orang tua Ryan dikarenakan apartemen milik Ryan sudah terjual dan akan ditempati sang pembeli, Laudia Arabella.Kiki yang merasa tidak tega pun akhirnya mulai menyadari jika suaminya saat ini benar-benar berubah. Bahkan waktu yang dimiliki suaminya pun hanya untuk kantor dan di rumah aja selama menjalani hukuman.Dan yang lebih membuat Kiki terharu saat mama Nina bertanya soal anak. Disitu Ryan membela dirinya secara tak sadar dengan bilang jika Ryan masih banyak job kerja. Padahal kalau dipikir mereka berdua udah lama nggak berhubungan.“Mas.”“Hmm, kok kamu belum tidur?”Ryan buru-buru memposisikan untuk duduk saat melihat istrinya tampak sedih. Apalagi saat
Selesai meeting di Semarang, kini mereka berdua kembali ke Jakarta. Kiki yang melihat boss-nya tampak kesal pun hanya bisa menatapnya saja tanpa berbicara apapun.“Pak.”“Apa?”“Boleh tanya sesuatu nggak?”“Tanya apa?”“Bapak sebetulnya udah pacaran belum sih sama Ghaitsaa?”Kiki menanti jawaban dari bossnya. Pasalnya ia sering dapat kabar jika Ghaitsaa sering diantar jemput gitu ke kantor. Dan Mbak Silla yang sering ngelihat. Namun, saat ditanya soal hubungan si Ghaitsaa cuma jawab ‘sekadar manusia harus selalu berbuat baik’. Ngeselin banget kan jawaban itu anak lugu.“Sebetulnya sih … ah sudah kenapa kamu jadi tanya-tanya soal pribadi saya sih.”“Kan cuma pengin tahu aja. Soalnya saben Ghaitsaa deket sama laki-laki lain pasti Bapak uring-uringan deh. Kalau emang Bapak suka kenapa nggak dipacarin aja sih, Pak.”“
Pasangan suami istri ini kini sudah berada di kamar dengan Kiki yang terus menerocos soal Abang Surya. Pasalnya, Kiki masih nggak yakin jika kakak kandung dari suaminya itu udah berubah. Siapa tahu saja hanya alibi dia biar keluar pesantren.“Tapi aku nggak yakin Abang Surya tobat.”“Jangan suuzon.”“Tapi kalau pura-pura gimana? Jangan tinggalin aku sendirian di rumah ini.”Ryan langsung mengelus lembut pipi istrinya. Wajah merajuknya membuat Ryan ingin melahap bibir merah merona itu dengan rakus.“Ih ….” Kiki langsung membuang muka kala Ryan ingin mengecup bibirnya. “Lagi capek.”“Bibir doang.”“Nggak mau.”Ryan mendengkus, ia pun langsung berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri dengan waktu singkat. Selesai, Ryan langsung kembali keluar kamar untuk membahas soal kepulangan abangnya itu.“Kamu mau ke mana?&rdquo
Hari ini sengaja Kiki meminta menginap di rumah Mama Desi. Pasalnya ia masih kepikiran soal ucapan mama mertuanya tentang aset-aset Ryan yang terjual dan masalah keturunan. Kiki ingin menenangkan diri sejenak, dan untung saja suaminya mau menuruti keinginan dirinya ini.“Tapi nanti kalau Mama Desi jutek sama kamu jangan diambil hati, ya, Mas.” Kiki mencoba memberikan kekuatan kepada suaminya jika mamanya akan bersikap jutek. Pasalnya karakter mama Desi memang seperti itu jika sudah sebal dengan orang.“Gapapa kok, kan udah biasa kalau Mama Desi jutekin aku. Justru kalau baik manis malahan aku curiga ada sesuatu.”Saat mendengar balasan sang suami, Kiki langsung mencubit perut milik Ryan yang sudah memulai berisi.“Perut kamu kok makin lama makin gendut sih.” Kiki mulai meraba-raba perut sang suami hingga tanpa sadar membuat Ryan terasa geli.“Awas lho salah pegang bahaya. Ini lagi di jalan.”&l
Pasangan suami istri itu keluar kamar dengan hati yang begitu berbunga-bunga. Mereka berdua selalu menebarkan senyum semenjak membuka mata mereka. Kiki bahkan tampak sangat senang dan bahagia tidak seperti hari-hari lalu yang dia lalui begitu sangat berat.Entah kenapa Kiki juga semakin tidak ingin jauh-jauh dari suaminya. Apalagi sikap Ryan saat ini sangat manis untuknya. Ryan yang selalu lembut dan membela dirinya di saat Kiki disindir oleh mama mertuanya.“Performa kamu makin hebat sayang,” puji Ryan.“Aku banyak belajar dari film, jadi aku praktikan saja semalam.”Ryan langsung menoel pipi mulus istrinya yang tampak sedang berseri-seri itu. Bahkan mereka berdua sudah tidak memedulikan tatapan heran Mama Desi dan Papa Wirawan itu. Mereka saat ini merasa dunia hanya milik berdua saja.Saat Kiki akan duduk bergabung di meja makan, ekspresi Mama Desi membuat Kiki mengerutkan kening bingung dan menoleh ke arah Ryan yang tampa
Baik Kiki dan Ryan sama-sama tengah kebingungan dengan banyaknya wartawan. Bahkan kalau Kiki lihat tidak ada karyawan Ansell yang lewat melalui lobby. Bisa jadi mereka semua melalui pintu darurat yang terletak di samping.Drrt … drrt … drrt.Kiki merasakan jika ponselnya bergetar hebat. Ia langsung merogoh tasnya dan melihat id caller yang memanggil ke ponselnya.“Siapa?” tanya Ryan penasaran.“Pak Mirza.”“Angkat coba.”Kiki pun mengangguk dan menggeser tombol icon hijau ke samping. Kiki dan Ryan masih terdiam saat sambungan telepon justru terdengar suara kresek-kresek dari seberang sana.“Ha-ha-halo,” lirih Kiki.“Em, sorry Ki, kamu sekarang di mana?”“Di depan kantor Pak, tapi nggak bisa masuk karena banyak banget wartawan di depan.”“Nah, kamu bisa ke apartemen saya nggak?”“Hah?”“
Sore ini Kiki tampak lesu saat keluar apartemen Mirza. Bahkan ia ikut kepikiran dengan apa yang diceritakan oleh Ghaitsaa kepadanya hingga membuat banyak terdiam seperti ini.“Sayang,” tegur Ryan melihat istrinya yang sangat berbeda dengan tadi pagi.“Hmm.”“Kok lesu gitu?”“Gapapa, ayo pulang.”Kiki justru seakan enggan menceritakan curhatan Ghaitsaa kepadanya. Ia pun tersenyum tipis dan bergelayut manja di lengan suaminya menuju ke area parkir.Selama perjalanan menuju ke rumah Mama Nina pun Kiki lebih banyak diam dan memilih bersandar jendela mobil dengan begitu lesu. Ryan yang fokus menyetir sesekali menoleh untuk memastikan keadaan istrinya itu.“Kamu gapapa kan?”“Gapapa kok.”“Kok kayak lesu begitu.”“Lagi pengin tidur aja habis ini. Rasanya capek banget.”“Emang selama di apartemen ngapain aja? Ngga
Entah kenapa Adeeva berani menanyakan hal yang sangat pribadi ini. Pasalnya di sini kebanyakan orang akan segan menanyakan hal-hal yang sangat pribadi seperti kepercayaan, usia dan relationship. Namun Adeeva kenapa bisa seberani ini.“Sorry,” tukas Adeeva meminta maaf. Bagaimanapun Adeeva memiliki rasa tidak enak menanyakan hal ini. Bahkan Adeeva mulai menggigiti bibir bawahnya. Lain hal dengan Leonel yang tersenyum tipis dan kepalanya menoleh ke arah Adeeva sekejap namun pandangan matanya justru fokus ke arah bibir yang digigit wanita itu.“Dua bulan.”“What dua bulan? Dan kau mengaku kepada Mommy-mu jika kita menjalin kasih selama satu tahun?” Adeeva langsung menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan ucapan Leonel yang isinya kebanyakan dusta itu.“Ya, soalnya dia sangat cerewet juga selalu sedih melihat aku tidak pernah membawa wanita ke rumah.”“Why? Apa kau ….”&ldquo
Baru saja Adeeva membuka mulutnya namun langsung mengatup kembali saat Leonel menjawabnya cepat.“Satu tahun Mom.”Adeeva langsung menganga dan ingin memprotes namun Leonel lagi-lagi membuatnya terkejut. Leonel berani mengecup bibirnya singkat di depan Marinka. Dan aksi itu membuat Marinka tersenyum bahagia sambil bertepuk tangan singkat.“Aduuuh … kalian ini so sweet sekali, sih. Mommy sampai iri melihatnya,” ujar Marinka yang justru tampak bersemu di kedua pipinya. “Putraku akhirnya normal juga,” tambahnya yang membuat Adeeva terbatuk-batuk.Uhuk. Uhuk. Uhuk.Dengan cepat Leonel memberikan minum untuk Adeeva sambil menatap lembut. “Are you oke baby?”Uhuk. Uhuk. Uhuk.Leonel pun mengusap punggung Adeeva lembut yang membuat Marinka semakin-makin bertambah melebarkan senyumnya.“Mungkin kekasihmu sudah kenyang Leonel,” ceplos Marinka. “Kau ajak dia istirah
Dikelab dua bule sedang mengerutkan kening saat membaca komentar dari sosok perempuan yang mereka kenal karena skandal dengan Leonel.Terlebih Alex masih mengamati kata demi kata yang tertulis oleh perempuan itu di sana.Adeeva.PA@ Jancok! Dasar lanang-lanang bedebah. Mati bae koe!Alex menggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali. Keningnya terus mengerut membaca komentar Adeeva. Dari sekian ribu komentar hanya bahasa ini yang Alex dan Darrel tidak mengerti artinya apa.“Dia menggunakan bahasa apa, sih?” tanya Alex kepada Darrel.Darrel hanya mengangkat bahunya saja karena ia juga tidak mengerti. “Mungkin dia pakai bahasa alien. Atau memang benar seperti ucapan Leonel jika wanita itu dari hutan antah berantah.” Kini Darrel mengeluarkan statmen yang mendukung Leonel.“Wow, aku penasaran apa yang ditulis wanita ini. Tadi sudah aku follow media sosialnya. Dan tak banyak foto yang ter-uplod.”“
Di tempat lain kini Leonel bersama Darrel tengah menuju kelab malam setelah tadi habis dari kafe. Mereka memutuskan untuk bersenang-senang bersama sebelum nanti Darrel kembali ke Los Angeles.“Kau tadi sangat jahat, Leonel.”Leonel hanya tersenyum tipis menyeringai dibilang seperti itu oleh teman sekaligus partner bisnisnya. Lagipula dia bersikap seperti itu hanya untuk memberikan pelajaran kepada wanita gila itu saja.“Aku hanya ingin memberikan balasan untuknya karena sudah berani menerbitkan berita bohong tentang kita. Cih, aku kesal jika membacanya.”Darrel justru terkekeh mendengarkan Leonel yang merasa tidak terima itu. “Kalau begitu publikasikan saja hubunganmu dengan Elizabet.”Leonel menatap Darrel sinis dan berdecih kesal. “Kau tahu sendiri kalau Elizabet masih dalam ikatan kontrak dengan agency-nya,” sahut Leonel memberitahukan kepada Darrel namun aslinya memang Darrel sudah mengetahuinya a
Apartemen.Kini Adeeva tengah tiduran sambil menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya langsung traveling menuju kejadian dirinya yang dicium Leonel itu. Bahkan adegan sialan itu berani sekali berputar-putar seperti kaset kusut saat ini di otaknya.“Isshh, kenapa wajah pria menyebalkan itu yang datang, sih,” dumel Adeeva.Merasa jika dibiarkan akan membuat gila. Adeeva memutuskan untuk keluar kamar dan duduk di sofa sambil menyetel televisi. Dan acara yang muncul justru berita dirinya dengan pria sinting itu.Buru-buru Adeeva mematikan tv itu dan melempar remot ke sembarang arah. Hatinya saat ini sedang bingung. Apalagi sang bunda terus menelepon dirinya terus menerus dan mengirim gambar dirinya yang dicium pria sinting itu.Adeeva yang tinggal sendirian di sebuah apartemen yang memiliki fasilitas satu kamar tidur, kamar mandi, serta dapur yang terhubung dengan sofa sebagai ruang tamu sekaligus tempatnya menonton tv ini.Bunda i
“Jadi dia yang menuliskan artikel sampah itu?”Mendengar sebuah suara membuat sosok Adeeva langsung memutar kursinya menghadap belakang. Ada sosok pria tinggi besar sedang menatapnya dengan tatapan remeh.“Maaf siapa, ya?”Pria itu melangkah lebih masuk ke ruangan kerja Adeeva dengan gerakan tegas. Tatapan tajamnya juga terus menghunus bola mata berwarna cokelat terang itu.Merasa pertanyaannya tidak dijawab membuat Adeeva langsung berdiri dari kursinya guna mengusir pria jadi-jadian ini.“Adeeva, editor Joeyi agency,” kata pria itu sambil tersenyum remeh. Dan dari arah pintu mata Adeeva menangkap sosok Emilia sedang menautkan kedua tangan di bawah dagu sambil mulutnya mengucapkan kata permintaan maaf meski Adeeva tidak mendengarnya tetapi Adeeva paham dari pergerakan mulut Emilia.Adeeva sendiri hanya mengerutkan alisnya bingung melihat sikap Emilia yang ketakutan itu. Dan melihat Emilia yang langsung per
“Sakiiiitttt, Bun.”“Sabar sayang.”“Tapi hati Adeeva sakit banget ngelihat Kak Danis nikah.”Adeeva terus menangis dipelukan sang bunda karena melihat kakak angkatnya menikah dengan seorang perempuan yang dicintainya.Rasanya tak kuat dan tak sanggup melihat kakaknya duduk di pelaminan hingga membuat Adeeva memilih berdiam di kamar hotel ditemani sang bunda dibanding ke ballroom di mana acara resepsi diadakan.Tangis Adeeva benar-benar pecah malam ini karena cintanya kepada Danis hanya bayangan semu dan ilusi saja. Lebih parahnya cinta bertepuk sebelah tangan.Ya, Adeeva mencintai Danis layaknya seorang pria dewasa bukan sebagai kakak pada umumnya. Hal ini membuat Kiki dan Ryan terkejut di saat Adeeva mengakui perasaan yang disimpannya sejak masih kecil itu.Tak ingin terlalu larut dalam kesedihan dan sakit hati berkepanjangan, Adeeva memilih mengambil tawaran magang di salah satu kantor agancy ber
“Adeevaaaaaaaaaa!”“Kak Danis.”Danis langsung membuka matanya dengan napas yang memburu. Kepalanya menoleh dan melihat Adeeva sedang tiduran sambil menonton drakor kesukaannya. Dimanapun pasti selalu menonton drakor.“Shit!” umpat Danis.Ternyata adegan Adeeva dan dirinya tadi hanya mimpi? Sialan banget kan? Mata Danis langsung menelusuri tubuh Adeeva yang tertutup kaus oblong dan celana jeans robek-robek bagian lututnya.Entah kenapa Danis bisa bermimpi seperti itu. Padahal sikap Adeeva juga biasa-biasa aja selama ini. Dan sialannya mimpi sampai berlibur ke Yunani segala. Sial.“Kak Danis kenapa?” tanya Adeeva kembali.“Gapapa.”“Mimpi buruk, ya? Kok manggil namaku?” Adeeva menebak sekaligus mendesak.“Enggak kok, tadi mimpi kita ikutan berlibur Ayah sama Bunda,” kilah Danis berbohong meski ada kejujuran di sana.“Oh &helli
Kiki di rumah tengah merasa ketar ketir sendirian. Pasalnya hari ini Adeeva sedang melakukan ujian nasional tingkat smp.Bukan tidak percaya tentang kepintaran otak anaknya. Tapi nilai Adeeva di rapor ada semuanya itu mepet kkm. Dan semua itu membuat Kiki resah.Hari ini bahkan Kiki tak nafsu makan karena merasa semua makanan terasa sangat hambar. Sedangkan Desi yang memang sedang berkunjung ke rumahnya justru sedang santai sambil menonton acara talk show yang bintang tamunya para artis milenial.“Duduk lah, Ki, mondar mandir macam setrikaan aja.”“Kiki nggak tenang, Ma. Ngeri Adeeva nggak bisa kerjain soal UN.”“Percaya aja sama cucu grandma kalau dia pasti bisa mengerjakan itu semua.”“Duh … Mama nggak ngerti kalau Adeeva itu susah banget untuk belajar. Kiki aja sampai nyerah ngomongin dia. Mama sama Ryan itu sama aja suruh tenang, santai. Mana bisa aku begitu, Ma.”“Duh kamu ini benar-benar deh apa-apa selalu dibuat pusing. Jalani