“Sakiiiitttt, Bun.”
“Sabar sayang.”
“Tapi hati Adeeva sakit banget ngelihat Kak Danis nikah.”
Adeeva terus menangis dipelukan sang bunda karena melihat kakak angkatnya menikah dengan seorang perempuan yang dicintainya.
Rasanya tak kuat dan tak sanggup melihat kakaknya duduk di pelaminan hingga membuat Adeeva memilih berdiam di kamar hotel ditemani sang bunda dibanding ke ballroom di mana acara resepsi diadakan.
Tangis Adeeva benar-benar pecah malam ini karena cintanya kepada Danis hanya bayangan semu dan ilusi saja. Lebih parahnya cinta bertepuk sebelah tangan.
Ya, Adeeva mencintai Danis layaknya seorang pria dewasa bukan sebagai kakak pada umumnya. Hal ini membuat Kiki dan Ryan terkejut di saat Adeeva mengakui perasaan yang disimpannya sejak masih kecil itu.
Tak ingin terlalu larut dalam kesedihan dan sakit hati berkepanjangan, Adeeva memilih mengambil tawaran magang di salah satu kantor agancy ber
“Jadi dia yang menuliskan artikel sampah itu?”Mendengar sebuah suara membuat sosok Adeeva langsung memutar kursinya menghadap belakang. Ada sosok pria tinggi besar sedang menatapnya dengan tatapan remeh.“Maaf siapa, ya?”Pria itu melangkah lebih masuk ke ruangan kerja Adeeva dengan gerakan tegas. Tatapan tajamnya juga terus menghunus bola mata berwarna cokelat terang itu.Merasa pertanyaannya tidak dijawab membuat Adeeva langsung berdiri dari kursinya guna mengusir pria jadi-jadian ini.“Adeeva, editor Joeyi agency,” kata pria itu sambil tersenyum remeh. Dan dari arah pintu mata Adeeva menangkap sosok Emilia sedang menautkan kedua tangan di bawah dagu sambil mulutnya mengucapkan kata permintaan maaf meski Adeeva tidak mendengarnya tetapi Adeeva paham dari pergerakan mulut Emilia.Adeeva sendiri hanya mengerutkan alisnya bingung melihat sikap Emilia yang ketakutan itu. Dan melihat Emilia yang langsung per
Apartemen.Kini Adeeva tengah tiduran sambil menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya langsung traveling menuju kejadian dirinya yang dicium Leonel itu. Bahkan adegan sialan itu berani sekali berputar-putar seperti kaset kusut saat ini di otaknya.“Isshh, kenapa wajah pria menyebalkan itu yang datang, sih,” dumel Adeeva.Merasa jika dibiarkan akan membuat gila. Adeeva memutuskan untuk keluar kamar dan duduk di sofa sambil menyetel televisi. Dan acara yang muncul justru berita dirinya dengan pria sinting itu.Buru-buru Adeeva mematikan tv itu dan melempar remot ke sembarang arah. Hatinya saat ini sedang bingung. Apalagi sang bunda terus menelepon dirinya terus menerus dan mengirim gambar dirinya yang dicium pria sinting itu.Adeeva yang tinggal sendirian di sebuah apartemen yang memiliki fasilitas satu kamar tidur, kamar mandi, serta dapur yang terhubung dengan sofa sebagai ruang tamu sekaligus tempatnya menonton tv ini.Bunda i
Di tempat lain kini Leonel bersama Darrel tengah menuju kelab malam setelah tadi habis dari kafe. Mereka memutuskan untuk bersenang-senang bersama sebelum nanti Darrel kembali ke Los Angeles.“Kau tadi sangat jahat, Leonel.”Leonel hanya tersenyum tipis menyeringai dibilang seperti itu oleh teman sekaligus partner bisnisnya. Lagipula dia bersikap seperti itu hanya untuk memberikan pelajaran kepada wanita gila itu saja.“Aku hanya ingin memberikan balasan untuknya karena sudah berani menerbitkan berita bohong tentang kita. Cih, aku kesal jika membacanya.”Darrel justru terkekeh mendengarkan Leonel yang merasa tidak terima itu. “Kalau begitu publikasikan saja hubunganmu dengan Elizabet.”Leonel menatap Darrel sinis dan berdecih kesal. “Kau tahu sendiri kalau Elizabet masih dalam ikatan kontrak dengan agency-nya,” sahut Leonel memberitahukan kepada Darrel namun aslinya memang Darrel sudah mengetahuinya a
Dikelab dua bule sedang mengerutkan kening saat membaca komentar dari sosok perempuan yang mereka kenal karena skandal dengan Leonel.Terlebih Alex masih mengamati kata demi kata yang tertulis oleh perempuan itu di sana.Adeeva.PA@ Jancok! Dasar lanang-lanang bedebah. Mati bae koe!Alex menggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali. Keningnya terus mengerut membaca komentar Adeeva. Dari sekian ribu komentar hanya bahasa ini yang Alex dan Darrel tidak mengerti artinya apa.“Dia menggunakan bahasa apa, sih?” tanya Alex kepada Darrel.Darrel hanya mengangkat bahunya saja karena ia juga tidak mengerti. “Mungkin dia pakai bahasa alien. Atau memang benar seperti ucapan Leonel jika wanita itu dari hutan antah berantah.” Kini Darrel mengeluarkan statmen yang mendukung Leonel.“Wow, aku penasaran apa yang ditulis wanita ini. Tadi sudah aku follow media sosialnya. Dan tak banyak foto yang ter-uplod.”“
Baru saja Adeeva membuka mulutnya namun langsung mengatup kembali saat Leonel menjawabnya cepat.“Satu tahun Mom.”Adeeva langsung menganga dan ingin memprotes namun Leonel lagi-lagi membuatnya terkejut. Leonel berani mengecup bibirnya singkat di depan Marinka. Dan aksi itu membuat Marinka tersenyum bahagia sambil bertepuk tangan singkat.“Aduuuh … kalian ini so sweet sekali, sih. Mommy sampai iri melihatnya,” ujar Marinka yang justru tampak bersemu di kedua pipinya. “Putraku akhirnya normal juga,” tambahnya yang membuat Adeeva terbatuk-batuk.Uhuk. Uhuk. Uhuk.Dengan cepat Leonel memberikan minum untuk Adeeva sambil menatap lembut. “Are you oke baby?”Uhuk. Uhuk. Uhuk.Leonel pun mengusap punggung Adeeva lembut yang membuat Marinka semakin-makin bertambah melebarkan senyumnya.“Mungkin kekasihmu sudah kenyang Leonel,” ceplos Marinka. “Kau ajak dia istirah
Entah kenapa Adeeva berani menanyakan hal yang sangat pribadi ini. Pasalnya di sini kebanyakan orang akan segan menanyakan hal-hal yang sangat pribadi seperti kepercayaan, usia dan relationship. Namun Adeeva kenapa bisa seberani ini.“Sorry,” tukas Adeeva meminta maaf. Bagaimanapun Adeeva memiliki rasa tidak enak menanyakan hal ini. Bahkan Adeeva mulai menggigiti bibir bawahnya. Lain hal dengan Leonel yang tersenyum tipis dan kepalanya menoleh ke arah Adeeva sekejap namun pandangan matanya justru fokus ke arah bibir yang digigit wanita itu.“Dua bulan.”“What dua bulan? Dan kau mengaku kepada Mommy-mu jika kita menjalin kasih selama satu tahun?” Adeeva langsung menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan ucapan Leonel yang isinya kebanyakan dusta itu.“Ya, soalnya dia sangat cerewet juga selalu sedih melihat aku tidak pernah membawa wanita ke rumah.”“Why? Apa kau ….”&ldquo
Adeeva sudah memasang telinganya untuk segera mengetahui apa yang akan dikatakan Marinka. Mereka pun memutuskan untuk duduk di teras samping sambil memandangi kolam renang yang tampak menyegarkan itu.Adeeva dan Marinka kini duduk saling berhadapan. Marinka langsung melanjutkan ceritanya yang terputus itu.“Iya, Leonel memiliki hobi main alat musik. Aku bersukur sekali akhirnya putraku memiliki hobi yang waras juga.”Adeeva mengangguk-angguk paham. “Jadi Leonel bisa nyanyi dong Mom?”Marinka menggeleng pelan. “Hanya bermain alat musiknya saja, kalau menyanyi suara dia sangat fals.”Adeeva pun terkekeh mendengar Marinka menghina suara Leonel. Adeeva berdeham pelan untuk menanyakan sesuatu kembali.“Mom, apa Leonel tidak pernah membawa wanita ke sini?”“Tidak pernah sama sekali. Hanya kau yang dibawa ke sini.”Entah kenapa mendengar itu membuat Adeeva tersenyum senang. A
Setelah mendapat penawaran fantastis, Adeeva kini meminta kembali ke apartemennya. Tentu saja diantar oleh Leonel langsung tanpa sopir.Di dalam apartemen kini Adeeva sedang memikirkan plus minus nikah muda apalagi dengan pria yang tidak dicintainya. Adeeva terus memikirkan ini semua sampai terasa kepalanya sakit.“Terima aja kali, ya? Nantikan kalau udah cerai bisa cari pria yang dicintai-nya, dan lumayan dapat kantor dari tuh pria sinting. Aduh galau galau galau.”Adeeva terus mondar mandir di depan televisi 32 inci-nya. Lagian perempuan mana yang tidak tergiur dengan duit sih. Daripada dirinya jadi pelakor mendingan nikah boongan.Lagian soal Elizabet, oh … tidak. Ini sama saja pelakor tidak sih? Tapikan si singa belum nikah sama Elizabet. Jadi kayaknya bukan pelakor deh. Sah sah saja kayaknya nih. Si singa aja butuh pernikahan ini, dan Adeeva butuh uang. Sip! Cocok udah.Merasa sudah yakin dengan keputusannya membuat Adeeva m
Alex terkekeh sendiri melihat wajah Adeeva yang tampak menggemaskan itu. Alex pun berdeham sebelum menjawab ucapan Adeeva barusan.“Ya, semoga saja nanti kau mau menerimaku agar bisa menjadi tambatan hatimu,” ujar Alex yang membuat Adeeva langsung bungkam seribu bahasa. Bahkan wajahnya terasa sudah panas karena jawaban dari Alex barusan. Adeeva tersipu malu mendengarnya.“Maksudmu apa mengatakan begitu?” tanya Adeeva malu-malu.“Maksudku jika kau menerima cintaku kembali otomatis kau lah yang menjadi tambatan hatiku.”Adeeva tersenyum malu, pipinya benar-benar sudah merah akibat ucapan Alex yang membuatnya benar-benar salah tingkah kali ini.Bahkan mereka berdua sudah keluar dari toko tas dan berjalan bersama menyusuri trotoar untuk mencari restoran. Adeeva merasa gerogi sendiri saat tangannya digenggam erat oleh Alex. Bahkan Adeeva benar-benar tidak kuasa untuk tersenyum. Ia dari tadi mengulum senyumnya sekuat m
Hari ini Ryan harus kembali ke Indonesia meninggalkan Adeeva sendirian. Ada rasa khawatir di relung hatinya. Ryan takut jika Adeeva disakiti lagi oleh begundal Leonel.“Kamu yakin sendirian? Biar nanti Ayah telepon asisten Ayah buat ubah jadwal lagi.”“Adeeva yakin kok, Yah. Jadi tenang saja, ya.” Adeeva terus menyakinkan Ryan jika dirinya baik-baik saja sendirian di sini. Terlebih Adeeva tidak takut jika harus menghadapi Leonel lagi. Lagian kalau Adeeva amati jika Leonel hanya pria rapuh yang terkejut mengetahui berbagai berita mendadak terus menerus. Adeeva bisa memaklumi.Ryan mengembuskan napas dengan kasar. Ia pun akhirnya pamit pergi dari hotel. Adeeva niatnya ingin mengantar sampai bandara, tapi Ryan menyuruhnya untuk istirahat saja agar tidak terlalu capek.Saat sudah pamitan dan pelukan cukup lama dengan Ayahnya. Kini, Adeeva pun keluar hotel menuju ke salah satu toko tas untuk membeli koper kecil. Apalagi saat menuj
Tiba di Barcelona, baik Adeeva dan Ryan sama-sama diam saja meski dalam hati tak karuan melihat Leonel yang datang bersama Elizabeth. Bahkan dalam hati Ryan ingin menonjok pria bule itu yang sudah tega dan jahat mempermainkan perasaan anaknya sampai separah ini. Dulu meski ia playboy tapi tidak sejahat Leonel. Gonta-ganti pasangan sebelum memiliki status itu hal yang sangat wajar, tapi setelah memiliki komitmen dengan Kiki, ia berusaha setia dan menjaga komitmen itu sendiri.Lain hal dengan Adeeva yang tampak masa bodoh dengan kehadiran mantan suaminya. Tujuan Adeeva ke sini hanya untuk menjalankan wasiat mendiang Marinka. Terlebih pemakaman akan dilakukan setelah Adeeva dan Leonel bisa hadir.Mengingat kedua orang itu sudah hadir membuat prosesi pemakaman segera dilakukan. Saat tiba di sana, Adeeva meletakkan foto Marinka, dan disusul dengan Leonel yang menaruh bunga di atas batu nisan.“Mom, kuyakin kau perempuan baik. Pasti Tuhan akan menempatkanmu di s
Mendengar cerita sang anak membuat Ryan sedikit khawatir jika ada teroris yang masuk ke kafenya. Ia pun berniat akan ikut memantau kafe secara langsung, tapi kalau pagi ia harus bekerja.“Ayah dengar begitu jadi khawatir.”“Khawatir kenapa?”“Takut dia teroris.”“Makanya jangan keseringan nonton berita gitu ah, jadi parno sendirikan?” omel Kiki.Pasalnya akhir-akhir ini Ryan lagi suka nonton berita tentang terorisme hingga otaknya merasa ke distrak.Kiki yang melihat sang suami suka parno langsung mengomeli agar tidak memperkeruh suasana. Terlebih Adeeva baru saja sembuh dan mulai melupakan bayang-bayang mantan suaminya. Jika dibebankan berita berat seperti ini ngerinya akan menambah beban pikiran.“Kayaknya bukan, deh. Soalnya itu cowok kayak manusia galau gitu. Ngelamun aja seperti orang habis putus cinta gitu.”“Nah, kalau ini Bunda setuju. Siapa tahu itu cowo
Adeeva pun akhirnya maju, dan menyapa seramah mungkin kepada customernya. Adeeva tersenyum simpul yang membuat orang itu tetap menatap kosong dan mengabaikan keberadaannya.“Pagi, Kak. Kakak mau pesan apa?” tanya Adeeva, ramah.Merasa tidak dijawab membuat Adeeva merasa kesal sendiri karena keberadaannya dianggap hantu? Adeeva pun memejamkan mata dan menahan napasnya meski dalam hati kesal diabaikan seperti ini.“Kita ada menu spesial jika Kakak membeli dua por—““Buatkan semuanya.”“Hah! Apa, Kak?”“Kamu budeg, ya? Buatkan semua menu di sini. Tidak usah banyak tanya lagi. Kamu pasti pelayan baru di sini makanya tanya menu pesananku,” cerocosnya yang membuat Adeeva kesal sampai ke ubun-ubun.“Baik, Kak.”Adeeva langsung berlalu pergi dengan wajah masamnya. Ia melempar buku note kecil ke arah Zia. Adeeva langsung mendengkus sebal karena ini masih jam s
Jujur saja saat ini Adeeva masih tidak menyangka jika Emilia tega melakukan ini semua kepadanya. Entah apa motifnya ia masih belum tahu.Kini Adeeva menghubungi nomor ponsel Emilia untuk memastikan semuanya. Namun, panggilannya belum juga diangkat-angkat.Disaat akan menyerah, mendadak telinga Adeeva mendengar suara gemeresak dari seberang telepon sana.“Hallo.”“Em.”“Oh, kau. Ada apa?”“Kenapa kau tega sekali melakukan ini kepadaku? Apa salahku, Em!” Suara Adeeva tampak menggebu-gebu saat ini. Ia masih kesal dan tidak menyangka jika orang yang selama ini dipercaya dan sudah dianggap saudara justru tega melakukan ini semua kepadanya.“Kau bicara apa, sih?”Adeeva langsung tertawa hambar mendengar Emilia yang masih saja pura-pura tidak mengetahui rasa kekesalannya saat ini. Apa perlu Adeeva harus meledak-ledak secara gamblang agar perempuan di seberan
Kini Adeeva dan keluarganya makan malam di salah satu restoran Korea di kawasan Jakarta Selatan. Meski habis menghadapi polemik rumah tangga yang begitu menguras energi, tapi tidak menyurutkan rasa kebahagiaan saat berkumpul bersama seperti ini bersama keluarga.Bahkan saat melihat sang ayah yang selalu menggoda bunda-nya membuat Adeeva tersenyum lebar. Melihat sang ayah yang meminta izin nikah lagi yang langsung direspon galak sang bunda membuat Adeeva menilainya sangat lucu. Meski hanya bercanda saja, tapi terkadang sang bunda tersulut rasa kesalnya.“Adeeva setuju enggak kalau punya Bunda lagi?” tanya Ryan, disela-sela makan.“Jangan mulai deh. Enggak lihat kalau sekarang Bunda lagi pegang gunting?” Justru Kiki yang menyahuti ucapan Ryan itu. lagian mentang-mentang Abangnya mau nikah lagi terus dia suka sekali menggoda meminta ikut-ikutan. Benar-benar menyebalkan.“Kalau Adeeva, sih, terserah Ayah saja. Selama membuat Ayah
Empat Bulan Kemudian.Akhirnya hasil sidang perceraian Adeeva dengan Leonel berjalan lancar hingga memakan waktu hanya empat bulan saja. Biasanya jika banyak tuntutan dan perkara akan memakan waktu enam bulan lebih.Kini Adeeva resmi menyandang status janda. Adeeva tersenyum getir, namun hatinya lega. Ia merasa tidak ada beban dalam hidupnya.Bahkan sang ayah benar-benar mensupport dan terus menemani sampai sidang selesai. Tidak seharipun Ryan melewatkan anaknya pergi ke sidang sendirian. Ryan pasti akan selalu mengutamakan anaknya terlebih dulu dibanding pekerjaan yang digelutinya.“Tidak apa-apa menjadi janda tidaklah buruk. Hanya saja terkadang pandangan orang soal status ini masih suka salah kaprah. Menganggap janda ini buruk. Padahal tidak. Ayah dan Bunda selalu dukung apapun keputusan kamu ke depannya.”Adeeva tersenyum tipis dan mengangguk mengiyakan ucapan sang ayah. Adeeva tahu jika kedua orangtuanya pasti lebih terluka namun m
Setelah sadar dari pingsan, Adeeva langsung memilih duduk bersandar di penyangga ranjang. Menatap kedua orangtuanya secara bergantian. Bahkan menatap ke arah sang grandma yang memang berada di dekat Kiki.Adeeva tersenyum senang, karena masih bisa merasakan kasih dan cinta dari keluarganya. Adeeva langsung menggenggam telapak tangan Kiki erat. Menatapnya sendu.“Bun, maafkan segala kesalahan Adeeva yang tidak pernah menurut selama ini. Maaf belum bisa menjadi anak yang baik untuk Bunda. Belum bisa menyenangkan hati Bunda, juga Ayah serta Grandma. Maaf beribu-ribu maaf jika Adeeva masih suka membantah ucapan Bunda. Maaf sudah sering buat nangis atas kelakuan Adeeva yang bandel. Maaf Bun ….”Adeeva langsung memeluk dan mencium pipi sang bunda. Adeeva menangis karena teringat suka membantah ucapan bundanya.Lain hal dengan Kiki yang membalas erat pelukan sang anak. Mengusap dan menepuk-nepuk pelan punggung sang anak. Matanya pun ikut