Mendengarkan permintaan sang istri membuat Ryan langsung semangat memberikan pemanasan. Ia terus menjelajah bibir istrinya yang selalu membuat dirinya selalu ketagihan. Ryan menelasakkan lidahnya untuk mengeksplor rentetan gigi milik Kiki.
Suara lenguhan istrinya membuat Ryan semakin semangat dan menggebu-gebu untuk segera menelesakkan miliknya yang sudah siap tempur ini ke dalam milik Kiki yang sudah lama tak dikunjungi.
“Ryan.”
“Ya.”
“Lebih kencang lagi.”
Mendengarkan keinginan istrinya membuat Ryan semakin menambah remasan tangannya lebih kencang kedua gundukan yang menjadi favoritenya. Mereka berdua sama-sama mengeluarkan suara yang terdengar begitu merdu di telinga masing-masing.
Suara geraman Ryan mampu membuat Kiki semakin membusungkan tubuhnya agar bisa diakses oleh suaminya lebih dalam lagi.
Kemampuan tangan Ryan memang tak usah diragukan lagi. Semua pakaian yang menempel di tubuh istrinya
Menghabiskan waktu seharian di hotel untuk bermain hingga berujung salam perdamaian membuat kedua pasangan ini merasa bahagia tiada tara. Terlebih Ryan yang sedari tadi cengar cengir sepanjang jalan sambil menyetir. Rasa pening sekaligus pusing di kepalanya langsung plong dan digantikan rasa bahagia yang begitu meledak-ledak.Kepalanya menoleh ke samping yang terdapat istrinya tengah terlelap karena begitu kelelahan melayani dirinya yang tak cukup sekali. Pokoknya nggak cukup kalau main 19 detik doang harus 19 jam. Hahaha.“Makasih sayang,” gumamnya sambil membelai rambut milik Kiki yang menutupi sebagian wajahnya.Melihat jalanan yang tak macet membuat Ryan mendumel karena ingin sekali macet supaya bisa berduaan dengan istrinya lebih lama lagi. “Sial, kenapa nggak macet aja sih.”Perjalanan yang lancar membuat Ryan telah sampai apartemen di mana ia tinggal. Tak ingin mengganggu tidur istrinya membuat Ryan menggendong Kiki ala brid
Surya merasa dunia tengah berpihak kepadanya. Apalagi ia masih penasaran dengan adik iparnya itu. Bisa dibilang ia iri karena Ryan bisa dapatin istri yang bodinya aduhai sekali. Adik iparnya itu memiliki tubuh yang sempurna menurutnya. Bisa besar di bagian-bagian tertentu dan semestinya.“Sial! Membayangkan saja bikin on.” Kata umpatan dan sumpah serapah selalu keluar dari mulutnya. Tak sia-sia ia menyimpan kartu akses yang bisa menuju ke unit adiknya ini.Saat tiba di parkiran pun Surya langsung menahan sakit di antara kedua pahanya. Ia pun segera berjalan menuju lift khusus dan menempelkan kartu akses agar langsung menuju ke unit Ryan.Ting.“Duh sabar dong dedek kecil, jangan keras dulu begini. Sakit.”Tak kuasa menahan sakit membuat Surya segera berjalan ke arah kamar dan melihat sesosok perempuan yang selalu menjadi fantasinya di saat bercinta dengan Cantika.“Mantaps.”Surya berjalan dan langs
Awalnya Ryan merasa bingung mendapat telepon dari seorang Rezvan Narendra. Padahal jika ia telepon saja respon seorang Rezvan Narendra selalu memaki dan menyuruhnya tak usah menghubungi. Tapi, malam ini ia sangat dibuat syok apalagi saat mendengar suara tangisan dari istrinya.Ryan yang tengah menemani mamanya makan nasi goreng pun langsung berdiri yang membuat mamanya kebingungan.“Mau ke mana?”“Balik ke apartemen.”“Lho ini belum habis.”“Nanti kapan-kapan pesan lagi aja.”“Kamu kenapa sih kelimpungan begitu?”“Kiki lagi nangis, Ma. Dia kayak ketakutan dari suaranya.”“Ketakutan? Emang apartemen kamu ada setannya?”“Entahlah, perasaan Ryan nggak enak, Ma.”“Ya sudah kalau gitu Mama ikut kamu aja. Mama jadi ikut khawatir apa yang terjadi sama menantu Mama itu.”Pada akhirnya Ryan yang berniat mengan
Kiki pun tak terima jika keadaan diputar balikan seperti ini. Dengan cepat pulang Kiki melangkah maju dan berdiri sejejar dengan Ryan juga mama mertuanya itu.“Bohong! Yang dikatakan laki-laki itu bohong!” ceplos Rezvan yang mampu membuat semuanya menoleh kembali. “Tidak mungkin seorang perempuan penggoda akan menangis ketakutan seperti itu?” tunjuk ke arah Kiki.“Brengsek!” Ryan pun langsung melayangkan pukulannya kembali ke arah Surya. Kali ini lebih seperti orang kesurupan. Ryan tak memedulikan teriakan mamanya yang menyuruh untuk berhenti. Bisa dikatakan saat ini Ryan sudah gelap mata dengan memukuli Surya begitu membabi buta.BUGH.BUGH.BUGH.“Ryan hentikan!” teriak Nina.Dengan deru napas yang masih begitu tersengal pun Ryan menghentikan pukulannya yang sudah tak karuan itu. Bahkan Surya tak membalas sama sekali karena merasa lemas. Sudah area bawahnya ditendang istrinya. Diperut
Nina tetap dengan pendiriannya untuk melaporkan kelakuan kedua anaknya ini. Pikirannya saat ini benar-benar nggak karuan. Bahkan saat ini Nina sudah berdiri untuk segera pulang ke rumah.“Ayo Ryan,” titahnya yang membuat Surya mendongak menatap ke arah wajah mamanya untuk meminta belas kasihan. Surya sendiri langsung berdiri dan mengejar mamanya yang sudah berjalan menuju ke arah lift.Merasa permasalahan ini harus segera selesai pun membuat Ryan menatap ke Kiki untuk meminta izin pergi ke rumah orang tuanya.“Sayang, aku antar Mama dulu, ya. Sekalian nanti mau selesaikan masalah ini depan Papa.”“Ryan … aku ikut,” pinta Kiki yang sudah berdiri dan memegang telapak tangan Ryan dengan erat. Matanya bahkan sudah berkaca-kaca saat kepala Ryan menggeleng mempertandakan tidak mengizinkan dirinya ikut.“Kamu di sini aja sayang, nanti kamu kaget lihat sikap Papa yang keras.”“Tapi—&
Setelah melakukan perjalanan dari apartemen. Kini mereka bertiga telah sampai di kediaman orang tua mereka. Baik Surya maupun Ryan sama-sama tengah merasa ketar ketir sendiri jika papanya akan mengetahui ini semua.Baru melangkah ke dalam rumah saja aura menakutkan sudah menyelimuti keduanya. Namun, Ryan tetap berusaha tenang meski hatinya dan pikirannya menuju ke istrinya yang ia tinggal sendirian.“Pa … Papa,” teriak Nina.Tak lama Heri Anggara muncul dari balik kamarnya. Ia menatap istri juga kedua anaknya dengan bingung. Terlebih melihat wajah Surya yang babak belur juga Ryan yang tampak acak-acakan.“Lho Mama bukannya mau nginep apartemen-nya Ryan?”Bukannya menjawab Nina justru langsung berjalan ke arah sofa dengan kaki sedikit dihentakkan karena kesal. Anak selama ini dibanggakan ternyata seperti itu di luar rumah.“Papa tanya saja sama mereka berdua.”Heri yang bingung pun langsung me
Heri Anggara mengembuskan napas kasar mendengarkan semua keluhan anaknya itu. Apa yang dilakukan itu untuk anak-anaknya supaya memiliki kehidupan yang enak ke depannya.“Ryan, Surya, dan kamu Cantika sini,” kata Heri Anggara sambil berjalan ke arah sofa dan duduk di sebelah istrinya. Ia ingin menanyakan kepada anaknya satu persatu dan menyelesaikan segala permasalahan malam ini juga meski harus sampai subuh.Mereka bertiga pun langsung berjalan dan duduk di sofa. Ryan sendiri memilih untuk duduk di sofa single. Surya dan Cantika duduk di depan Heri juga Nina. Surya menatap wajah Nina yang tampak kusut akibat menangis terus malam ini.Cantika memegang telapak tangan Surya erat dan mereka berdua saling tersenyum satu sama lain, dan kembali menatap ke arah Heri juga Nina.“Silakan jelaskan semuanya, Ryan,” titah Heri yang memandang sekilas ke wajah Ryan dan kembali memandang ke depan.Sebelum menjelaskan semua
Pada hakikatnya Ryan melakukan itu semua dari sakit hati awalnya. Ia merasa sakit hati karena rasa suka dan cintanya kepada Rena tak dibalas justru ia seperti tempat sampah karena dicari Rena saat sedang galau saja.“Ryan melakukan itu karena sakit hati, Pa. Dulu waktu SMA Ryan suka sama cewek namanya Rena. Ryan pikir dia juga suka sama Ryan, nyatanya dia suka sama temen Ryan yang namanya Rezvan Narendra. Di situ semua kebaikan Ryan terasa nggak dianggap dan seperti angin di mata Rena.”Heri berdecak, tak menyangka sakit hati sampai bisa buat orang gelap mata seperti ini.“Ryan, tindakan kamu salah besar, Nak. Kamu melampiaskan sama perempuan yang nggak salah. Termasuk Kiki istri kamu.”“Pa … kalau Kiki aku benar-benar cinta. Aku sama Kiki tulus, Pa, karena dia perempuan yang berbeda.”“Berbeda tapi kamu masih suka main perempuan di luar? Masih suka jajan di luar?”“Pa, itukan dulu
Kiki tampak berpikir yang membuat Ryan semakin penasaran dibuatnya. Jangan bilang istrinya bakalan ketularan sama Sila yang begitu rempong. Meski tak terlalu akrab atau dekat pun Ryan sudah paham karakter perempuan model Sila itu. Perempuan cerewet yang kalau ada diskonan akan heboh satu komplek.“Aku nggak jawab iya atau tidak, sih, soalnya kan besok hari pertama kerja juga jadi nggak tahu deh.”“Emang dia ngajakin kamu berburu diskon apa?”“Kebutuhan pokok gitu.”Ryan mengerutkan keningnya bingung. Lagipula selama hidup di dunia juga Ryan tak pernah mendetail apa saja yang tengah diskonan apalagi kalau ada tanggal cantik seperti 10.10, 11.11, 12.12, pokoknya yang kembar-kembar gitu deh. Dan, pantes aja kalau emaknya suka heboh sendiri jika habis belanja. Katanya murah lah, katanya beli satu gratis satu. Entahlah.“Yaudah kamu tolak aja, lagian besok hari pertama kerja juga kan?”“Tapi a
Setelah dari Ansell, Kiki kini tengah tiduran di sofa sambil memegang ponselnya. Bahkan bibirnya terus tersenyum lebar bahkan tertawa karena merasa chat dengan Mbak Sila membuat dirinya semakin tambah nggak waras.Sila : Pokoknya besok kudu temenin berburu diskonan 12.12.Kiki : Besok gue kerja untuk yang pertama kali.Kiki : Gue nggak mau dipecat di hari pertama kerja.Sila : Shit! Si Manda ngapa nyuruh lo cepet masuk, sih. Senin depan kek harusnya.Kiki : Protes aja sono sama tetangga lo.Sila : Dia masih muda banget lho. Usianya baru 23an.Kiki : Pantes aja mukanya terlihat unyu bahkan sangat glowing.Sila : Skincare-nya nggak pernah lepas. Kerjaan ABG kan ngoles-ngoles muka terus biar kinclong.Kiki : Apalah kita yang udah emak-emak.Sila : Apaan lo, belum juga beranak masih bisa perawatan. Nah kalau gue banyak mikirin kebutuhan.Kiki : Divisi keuangan kayak orang susah lo, Mbak.Sila : Anjir, gue kerja kan duitnya di
Setelah berhasil membuat malu Kiki, Ryan pun ikut mengantar kedua orang tuanya sampai parkiran apartemen. Kiki yang masih malu memilih di dalam apartemen dan langsung mencari ponselnya. Di sana Kiki tercengang melihat tiga panggilan tak terjawab dan sisanya hanya notifikasi chat whatsApp dari anak-anak gibah squad.“Telepon dari siapa nih?” gumamnya sambil melihat nomor panggilan itu sendiri. Kiki menerka-nerka melihat kode nomor rumah itu. Masih memikirkan siapa yang menelpon sambil menggenggam ponsel, Kiki dibuat terkejut dengan getaran ponselnya. Matanya melotot melihat nomor yang sedang dipikirkan tiba-tiba menghubunginya kembali, dan dengan cepat Kiki langsung menggeser tombol hijau ke samping.“Halo,” jawabnya lembut.“Halo selamat siang, kami dari Ansell Grup ingin memberitahukan kalau saudari Shakira Intan Ayu diminta untuk melakukan tes interview besok pagi pukul 10.00 wib. Apakah saudari bisa hadir?”
Mendengarkan ucapan suaminya yang begitu ngaco membuat Kiki langsung menautkan kedua alisnya. “Maksud kamu apa ngomong begitu?”“Sepertinya ….”“Ssssst … aku nggak mau dengar.”“Sayang.”“Ryan.” Kiki menarik napasnya dalam-dalam dan membuangnya dengan kasar. “Apa dengan kesalahan yang nggak pernah aku lakukan secara sadar membuat kamu ingin pisah?”Ryan menggelengkan kepalanya dengan kencang. Dia tak mau pisah dengan istrinya. Tapi, entah kenapa kalau ingat hal itu selalu membuat hatinya panas terbakar.“Kalau kamu nggak mau pisah, tolong kamu ingat masalah kita dulu. Sebetulnya aku malas ungkit-ungkit masa lampau yang sudah terjadi. Tapi, di saat kamu melakukan salah dengan berbohong saja aku bisa percaya dan tetap bertahan sama kamu meski saat itu ingin sekali berpisah. Aku coba terus berpikir dan mungkin memang itu ujian untuk rumah tangga kita kar
Merasa tak mendapatkan jawaban dari suaminya, Kiki pun langsung berjalan mendekat dan memeluk Ryan dari belakang.“Tumben jam segini udah bangun.” Kiki pun menciyum baju Ryan yang terasa begitu wangi. Kiki memeluk Ryan sambil memejamkan matanya.Kiki terkejut saat Ryan justru melepaskan tangannya agar terlepas. Kiki membuka matanya sambil mengerutkan kening bingung.“Mas, aku buatin sarapan, ya.”“Nggak usah.”“Buatin kopi kalau gitu.”“Nggak usah.”“Kenapa? Kamu puasa?” tanya Kiki sambil tersenyum meledek suaminya yang mendadak tak banyak omong ini. Kiki merasa heran dengan sikap suaminya yang aneh seperti ini. “Kamu lagi banyak kerjaan, ya?” tanyanya lagi.“Hmm.”“Lembur?”“Enggak.”“Sukur deh jadi aku nggak bosan di apartemen sendirian.”Kiki pun terus mengikuti keman
Setelah selesai mengelap serta mengganti pakaian milik istrinya, Kini Ryan langsung menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuh Kiki. Setelah itu Ryan memilih pergi keluar kamar.Di saat sudah berada di luar kamar, ia langsung mencari duduk di sofa sambil menduga-duga hal apa yang sudah istrinya dan Priyo lakukan di mobil apalagi dirinya melihat dengan posisi yang begitu sangat menjengkelkan seperti tadi.“Aaaarggghh, fak!”Tangannya pun mengepal kuat sambil ia tonjok-tonjokkan di sofa karena hatinya masih kesal juga panas.Merasa pusing juga galau, Ryan langsung menelepon Priyo meminta bertemu empat mata saja. Jikapun akan adu jotos nantinya yang pasti Kiki tak lihat juga tak berada di lokasi yang membuatnya kepikiran.“Oke, gue tunggu lo di sana.” Ryan mematikan sambungan teleponnya dengan sangat kesal.Dengan cepat pula ia langsung keluar apartemen untuk bertemu dengan Priyo di salah satu kafe Jakarta. Ryan sendi
Keduanya kini merasakan panas di sekujur tubuh. Terlebih Kiki yang memang sedang naik-naiknya rasa hasrat itu di tubuhnya.Disaat tangan Kiki sudah akan membuka ritsleting celana milik Priyo, dengan cepat pula Priyo menahannya. Kewarasan yang hampir saja hilang tiba-tiba kembali menyadarkan dirinya.“Astagfirullahaladzim,” katanya mencoba menyadarkan diri. Dengan cepat pula Priyo langsung menahan tubuh Kiki yang terus menyerang dirinya. “Ki, sadar,” tambahnya sambil menepuk pipi milik Kiki pelan.Priyo benar-benar tak menduga kalau sahabatnya akan seganas ini ternyata. Sekuat tenaga ia menahan Kiki dan terus menolak meski rasa ingin memasuki dan merasakan itu ada.Masih dengan posisi Kiki duduk di pangkuannya, Priyo langsung merogoh saku celananya yang terdapat ponsel dirinya.Dan, untungnya ia pernah menyimpan nomor Ryan sewaktu apartemennya digerebek di saat mereka berdua mendapat masalah. Dengan cepat pula Priyo lan
Tak terasa gibah squad kini sudah duduk hampir empat jam sendiri di La Moda Jakarta. Bahkan mereka semua sudah kenyang makan ditambah ngobrol ngalor ngidul dan lebih parahnya mereka memesan wine. Joko yang anak bawang pun hanya bisa melihat kelakuan orang-orang dewasa di sekitarnya.“Eh, gue kalau belum kawin bakalan pepet para bos dah,” ceplos Sila.“Kayak laku aja lo,” sahut Rinto.“Remehin lo. Gini-gini gue jago goyang di ranjang tahu.”“Hissst … urusan ranjang lo bawa-bawa, Mbak,” cela Kiki.“Iyahlah, para laki-laki itu paling suka perempuan jago ranjang. Iyakan Priyo?” todong Sila ke arah Priyo dengan pertanyaan yang membuatnya menelan ludah susah payah.“Apaan sih, Mbak, gue kan belum pernah rasain,” jawabnya gugup.“Masa?” Sila menatap Priyo sambil tersenyum. Ia pun tertawa dan mengambil gelas yang berisi wine.Kondisi Sila y
Suami mana yang tak takut kalau istrinya bekerja dengan laki-laki single dan berduit. Oke. Kalau saingan hanya si Priyo yang sama-sama pekerja, tapi ini kedudukannya boss besar sekaligus pemilik perusahaan. Perempuan mana yang akan menolak jika harta, tahta sudah bertindak? Bukan berarti Ryan tidak mempercayai istrinya, tapi rasa takut itu benar-benar muncul begitu saja. Tak memungkiri juga jika istrinya itu benar-benar cantik dan lebih sialnya memiliki body yang perfek. Menonjol dibagian yang semestinya. Dobel sial!“Aku percaya sayang, tapi aku takut.”“Kamu takut tandanya nggak percaya dong.”Melihat istrinya yang langsung badmood membuat Ryan pun mengalah. Ia menghela napas kasar sambil berpikir ke depan akan seperti apa.“Ya udah kamu gapapa bekerja di Ansell.”“Lagian kan belum tentu diterima juga. Orang baru ngirim CV. Pasti saingan banyak dan usia jauh lebih muda-muda.”“Ya mudah-