Menghabiskan waktu seharian di hotel untuk bermain hingga berujung salam perdamaian membuat kedua pasangan ini merasa bahagia tiada tara. Terlebih Ryan yang sedari tadi cengar cengir sepanjang jalan sambil menyetir. Rasa pening sekaligus pusing di kepalanya langsung plong dan digantikan rasa bahagia yang begitu meledak-ledak.
Kepalanya menoleh ke samping yang terdapat istrinya tengah terlelap karena begitu kelelahan melayani dirinya yang tak cukup sekali. Pokoknya nggak cukup kalau main 19 detik doang harus 19 jam. Hahaha.
“Makasih sayang,” gumamnya sambil membelai rambut milik Kiki yang menutupi sebagian wajahnya.
Melihat jalanan yang tak macet membuat Ryan mendumel karena ingin sekali macet supaya bisa berduaan dengan istrinya lebih lama lagi. “Sial, kenapa nggak macet aja sih.”
Perjalanan yang lancar membuat Ryan telah sampai apartemen di mana ia tinggal. Tak ingin mengganggu tidur istrinya membuat Ryan menggendong Kiki ala brid
Surya merasa dunia tengah berpihak kepadanya. Apalagi ia masih penasaran dengan adik iparnya itu. Bisa dibilang ia iri karena Ryan bisa dapatin istri yang bodinya aduhai sekali. Adik iparnya itu memiliki tubuh yang sempurna menurutnya. Bisa besar di bagian-bagian tertentu dan semestinya.“Sial! Membayangkan saja bikin on.” Kata umpatan dan sumpah serapah selalu keluar dari mulutnya. Tak sia-sia ia menyimpan kartu akses yang bisa menuju ke unit adiknya ini.Saat tiba di parkiran pun Surya langsung menahan sakit di antara kedua pahanya. Ia pun segera berjalan menuju lift khusus dan menempelkan kartu akses agar langsung menuju ke unit Ryan.Ting.“Duh sabar dong dedek kecil, jangan keras dulu begini. Sakit.”Tak kuasa menahan sakit membuat Surya segera berjalan ke arah kamar dan melihat sesosok perempuan yang selalu menjadi fantasinya di saat bercinta dengan Cantika.“Mantaps.”Surya berjalan dan langs
Awalnya Ryan merasa bingung mendapat telepon dari seorang Rezvan Narendra. Padahal jika ia telepon saja respon seorang Rezvan Narendra selalu memaki dan menyuruhnya tak usah menghubungi. Tapi, malam ini ia sangat dibuat syok apalagi saat mendengar suara tangisan dari istrinya.Ryan yang tengah menemani mamanya makan nasi goreng pun langsung berdiri yang membuat mamanya kebingungan.“Mau ke mana?”“Balik ke apartemen.”“Lho ini belum habis.”“Nanti kapan-kapan pesan lagi aja.”“Kamu kenapa sih kelimpungan begitu?”“Kiki lagi nangis, Ma. Dia kayak ketakutan dari suaranya.”“Ketakutan? Emang apartemen kamu ada setannya?”“Entahlah, perasaan Ryan nggak enak, Ma.”“Ya sudah kalau gitu Mama ikut kamu aja. Mama jadi ikut khawatir apa yang terjadi sama menantu Mama itu.”Pada akhirnya Ryan yang berniat mengan
Kiki pun tak terima jika keadaan diputar balikan seperti ini. Dengan cepat pulang Kiki melangkah maju dan berdiri sejejar dengan Ryan juga mama mertuanya itu.“Bohong! Yang dikatakan laki-laki itu bohong!” ceplos Rezvan yang mampu membuat semuanya menoleh kembali. “Tidak mungkin seorang perempuan penggoda akan menangis ketakutan seperti itu?” tunjuk ke arah Kiki.“Brengsek!” Ryan pun langsung melayangkan pukulannya kembali ke arah Surya. Kali ini lebih seperti orang kesurupan. Ryan tak memedulikan teriakan mamanya yang menyuruh untuk berhenti. Bisa dikatakan saat ini Ryan sudah gelap mata dengan memukuli Surya begitu membabi buta.BUGH.BUGH.BUGH.“Ryan hentikan!” teriak Nina.Dengan deru napas yang masih begitu tersengal pun Ryan menghentikan pukulannya yang sudah tak karuan itu. Bahkan Surya tak membalas sama sekali karena merasa lemas. Sudah area bawahnya ditendang istrinya. Diperut
Nina tetap dengan pendiriannya untuk melaporkan kelakuan kedua anaknya ini. Pikirannya saat ini benar-benar nggak karuan. Bahkan saat ini Nina sudah berdiri untuk segera pulang ke rumah.“Ayo Ryan,” titahnya yang membuat Surya mendongak menatap ke arah wajah mamanya untuk meminta belas kasihan. Surya sendiri langsung berdiri dan mengejar mamanya yang sudah berjalan menuju ke arah lift.Merasa permasalahan ini harus segera selesai pun membuat Ryan menatap ke Kiki untuk meminta izin pergi ke rumah orang tuanya.“Sayang, aku antar Mama dulu, ya. Sekalian nanti mau selesaikan masalah ini depan Papa.”“Ryan … aku ikut,” pinta Kiki yang sudah berdiri dan memegang telapak tangan Ryan dengan erat. Matanya bahkan sudah berkaca-kaca saat kepala Ryan menggeleng mempertandakan tidak mengizinkan dirinya ikut.“Kamu di sini aja sayang, nanti kamu kaget lihat sikap Papa yang keras.”“Tapi—&
Setelah melakukan perjalanan dari apartemen. Kini mereka bertiga telah sampai di kediaman orang tua mereka. Baik Surya maupun Ryan sama-sama tengah merasa ketar ketir sendiri jika papanya akan mengetahui ini semua.Baru melangkah ke dalam rumah saja aura menakutkan sudah menyelimuti keduanya. Namun, Ryan tetap berusaha tenang meski hatinya dan pikirannya menuju ke istrinya yang ia tinggal sendirian.“Pa … Papa,” teriak Nina.Tak lama Heri Anggara muncul dari balik kamarnya. Ia menatap istri juga kedua anaknya dengan bingung. Terlebih melihat wajah Surya yang babak belur juga Ryan yang tampak acak-acakan.“Lho Mama bukannya mau nginep apartemen-nya Ryan?”Bukannya menjawab Nina justru langsung berjalan ke arah sofa dengan kaki sedikit dihentakkan karena kesal. Anak selama ini dibanggakan ternyata seperti itu di luar rumah.“Papa tanya saja sama mereka berdua.”Heri yang bingung pun langsung me
Heri Anggara mengembuskan napas kasar mendengarkan semua keluhan anaknya itu. Apa yang dilakukan itu untuk anak-anaknya supaya memiliki kehidupan yang enak ke depannya.“Ryan, Surya, dan kamu Cantika sini,” kata Heri Anggara sambil berjalan ke arah sofa dan duduk di sebelah istrinya. Ia ingin menanyakan kepada anaknya satu persatu dan menyelesaikan segala permasalahan malam ini juga meski harus sampai subuh.Mereka bertiga pun langsung berjalan dan duduk di sofa. Ryan sendiri memilih untuk duduk di sofa single. Surya dan Cantika duduk di depan Heri juga Nina. Surya menatap wajah Nina yang tampak kusut akibat menangis terus malam ini.Cantika memegang telapak tangan Surya erat dan mereka berdua saling tersenyum satu sama lain, dan kembali menatap ke arah Heri juga Nina.“Silakan jelaskan semuanya, Ryan,” titah Heri yang memandang sekilas ke wajah Ryan dan kembali memandang ke depan.Sebelum menjelaskan semua
Pada hakikatnya Ryan melakukan itu semua dari sakit hati awalnya. Ia merasa sakit hati karena rasa suka dan cintanya kepada Rena tak dibalas justru ia seperti tempat sampah karena dicari Rena saat sedang galau saja.“Ryan melakukan itu karena sakit hati, Pa. Dulu waktu SMA Ryan suka sama cewek namanya Rena. Ryan pikir dia juga suka sama Ryan, nyatanya dia suka sama temen Ryan yang namanya Rezvan Narendra. Di situ semua kebaikan Ryan terasa nggak dianggap dan seperti angin di mata Rena.”Heri berdecak, tak menyangka sakit hati sampai bisa buat orang gelap mata seperti ini.“Ryan, tindakan kamu salah besar, Nak. Kamu melampiaskan sama perempuan yang nggak salah. Termasuk Kiki istri kamu.”“Pa … kalau Kiki aku benar-benar cinta. Aku sama Kiki tulus, Pa, karena dia perempuan yang berbeda.”“Berbeda tapi kamu masih suka main perempuan di luar? Masih suka jajan di luar?”“Pa, itukan dulu
Cantika tengah memohon dan menangis kepada Surya agar tak diceraikan. Gimanapun mereka berdua sudah sepakat untuk melakukan perjanjian ini. Kenapa sekarang hanya dirinya yang merasa dirugikan.“Sayang aku mohon, jangan ceraikan aku.”“Sudahlah Cantika. Lagipula percuma juga kita tetap bersatu tapi hati dari kita berdua sama-sama nggak menyatu. Buat apa?”“Tapi Surya aku lagi hamil dan menceraikan istri dengan kondisi hamil itu dilarang sama agama, iyakan, Pa?”“Iya.”“Tuh, Papa aja dukung kita tetap bersatu sayang.”“Sudahlah jangan akting lagi. Toh kita juga udah ketahuan semua jadi buat apa sih dilanjutkan terus akan percuma Cantika. Lagipula kamu juga bisa bebas ke depannya tanpa mengkhawtirkan merasa bersalah sama aku meski kita berdua nggak akan pernah merasa seperti itu sih. Setidaknya kamu bebas mau apa aja.”“Surya … aku mohon, kita bisa perba
Tiba di Barcelona, baik Adeeva dan Ryan sama-sama diam saja meski dalam hati tak karuan melihat Leonel yang datang bersama Elizabeth. Bahkan dalam hati Ryan ingin menonjok pria bule itu yang sudah tega dan jahat mempermainkan perasaan anaknya sampai separah ini. Dulu meski ia playboy tapi tidak sejahat Leonel. Gonta-ganti pasangan sebelum memiliki status itu hal yang sangat wajar, tapi setelah memiliki komitmen dengan Kiki, ia berusaha setia dan menjaga komitmen itu sendiri.Lain hal dengan Adeeva yang tampak masa bodoh dengan kehadiran mantan suaminya. Tujuan Adeeva ke sini hanya untuk menjalankan wasiat mendiang Marinka. Terlebih pemakaman akan dilakukan setelah Adeeva dan Leonel bisa hadir.Mengingat kedua orang itu sudah hadir membuat prosesi pemakaman segera dilakukan. Saat tiba di sana, Adeeva meletakkan foto Marinka, dan disusul dengan Leonel yang menaruh bunga di atas batu nisan.“Mom, kuyakin kau perempuan baik. Pasti Tuhan akan menempatkanmu di s
Mendengar cerita sang anak membuat Ryan sedikit khawatir jika ada teroris yang masuk ke kafenya. Ia pun berniat akan ikut memantau kafe secara langsung, tapi kalau pagi ia harus bekerja.“Ayah dengar begitu jadi khawatir.”“Khawatir kenapa?”“Takut dia teroris.”“Makanya jangan keseringan nonton berita gitu ah, jadi parno sendirikan?” omel Kiki.Pasalnya akhir-akhir ini Ryan lagi suka nonton berita tentang terorisme hingga otaknya merasa ke distrak.Kiki yang melihat sang suami suka parno langsung mengomeli agar tidak memperkeruh suasana. Terlebih Adeeva baru saja sembuh dan mulai melupakan bayang-bayang mantan suaminya. Jika dibebankan berita berat seperti ini ngerinya akan menambah beban pikiran.“Kayaknya bukan, deh. Soalnya itu cowok kayak manusia galau gitu. Ngelamun aja seperti orang habis putus cinta gitu.”“Nah, kalau ini Bunda setuju. Siapa tahu itu cowo
Adeeva pun akhirnya maju, dan menyapa seramah mungkin kepada customernya. Adeeva tersenyum simpul yang membuat orang itu tetap menatap kosong dan mengabaikan keberadaannya.“Pagi, Kak. Kakak mau pesan apa?” tanya Adeeva, ramah.Merasa tidak dijawab membuat Adeeva merasa kesal sendiri karena keberadaannya dianggap hantu? Adeeva pun memejamkan mata dan menahan napasnya meski dalam hati kesal diabaikan seperti ini.“Kita ada menu spesial jika Kakak membeli dua por—““Buatkan semuanya.”“Hah! Apa, Kak?”“Kamu budeg, ya? Buatkan semua menu di sini. Tidak usah banyak tanya lagi. Kamu pasti pelayan baru di sini makanya tanya menu pesananku,” cerocosnya yang membuat Adeeva kesal sampai ke ubun-ubun.“Baik, Kak.”Adeeva langsung berlalu pergi dengan wajah masamnya. Ia melempar buku note kecil ke arah Zia. Adeeva langsung mendengkus sebal karena ini masih jam s
Jujur saja saat ini Adeeva masih tidak menyangka jika Emilia tega melakukan ini semua kepadanya. Entah apa motifnya ia masih belum tahu.Kini Adeeva menghubungi nomor ponsel Emilia untuk memastikan semuanya. Namun, panggilannya belum juga diangkat-angkat.Disaat akan menyerah, mendadak telinga Adeeva mendengar suara gemeresak dari seberang telepon sana.“Hallo.”“Em.”“Oh, kau. Ada apa?”“Kenapa kau tega sekali melakukan ini kepadaku? Apa salahku, Em!” Suara Adeeva tampak menggebu-gebu saat ini. Ia masih kesal dan tidak menyangka jika orang yang selama ini dipercaya dan sudah dianggap saudara justru tega melakukan ini semua kepadanya.“Kau bicara apa, sih?”Adeeva langsung tertawa hambar mendengar Emilia yang masih saja pura-pura tidak mengetahui rasa kekesalannya saat ini. Apa perlu Adeeva harus meledak-ledak secara gamblang agar perempuan di seberan
Kini Adeeva dan keluarganya makan malam di salah satu restoran Korea di kawasan Jakarta Selatan. Meski habis menghadapi polemik rumah tangga yang begitu menguras energi, tapi tidak menyurutkan rasa kebahagiaan saat berkumpul bersama seperti ini bersama keluarga.Bahkan saat melihat sang ayah yang selalu menggoda bunda-nya membuat Adeeva tersenyum lebar. Melihat sang ayah yang meminta izin nikah lagi yang langsung direspon galak sang bunda membuat Adeeva menilainya sangat lucu. Meski hanya bercanda saja, tapi terkadang sang bunda tersulut rasa kesalnya.“Adeeva setuju enggak kalau punya Bunda lagi?” tanya Ryan, disela-sela makan.“Jangan mulai deh. Enggak lihat kalau sekarang Bunda lagi pegang gunting?” Justru Kiki yang menyahuti ucapan Ryan itu. lagian mentang-mentang Abangnya mau nikah lagi terus dia suka sekali menggoda meminta ikut-ikutan. Benar-benar menyebalkan.“Kalau Adeeva, sih, terserah Ayah saja. Selama membuat Ayah
Empat Bulan Kemudian.Akhirnya hasil sidang perceraian Adeeva dengan Leonel berjalan lancar hingga memakan waktu hanya empat bulan saja. Biasanya jika banyak tuntutan dan perkara akan memakan waktu enam bulan lebih.Kini Adeeva resmi menyandang status janda. Adeeva tersenyum getir, namun hatinya lega. Ia merasa tidak ada beban dalam hidupnya.Bahkan sang ayah benar-benar mensupport dan terus menemani sampai sidang selesai. Tidak seharipun Ryan melewatkan anaknya pergi ke sidang sendirian. Ryan pasti akan selalu mengutamakan anaknya terlebih dulu dibanding pekerjaan yang digelutinya.“Tidak apa-apa menjadi janda tidaklah buruk. Hanya saja terkadang pandangan orang soal status ini masih suka salah kaprah. Menganggap janda ini buruk. Padahal tidak. Ayah dan Bunda selalu dukung apapun keputusan kamu ke depannya.”Adeeva tersenyum tipis dan mengangguk mengiyakan ucapan sang ayah. Adeeva tahu jika kedua orangtuanya pasti lebih terluka namun m
Setelah sadar dari pingsan, Adeeva langsung memilih duduk bersandar di penyangga ranjang. Menatap kedua orangtuanya secara bergantian. Bahkan menatap ke arah sang grandma yang memang berada di dekat Kiki.Adeeva tersenyum senang, karena masih bisa merasakan kasih dan cinta dari keluarganya. Adeeva langsung menggenggam telapak tangan Kiki erat. Menatapnya sendu.“Bun, maafkan segala kesalahan Adeeva yang tidak pernah menurut selama ini. Maaf belum bisa menjadi anak yang baik untuk Bunda. Belum bisa menyenangkan hati Bunda, juga Ayah serta Grandma. Maaf beribu-ribu maaf jika Adeeva masih suka membantah ucapan Bunda. Maaf sudah sering buat nangis atas kelakuan Adeeva yang bandel. Maaf Bun ….”Adeeva langsung memeluk dan mencium pipi sang bunda. Adeeva menangis karena teringat suka membantah ucapan bundanya.Lain hal dengan Kiki yang membalas erat pelukan sang anak. Mengusap dan menepuk-nepuk pelan punggung sang anak. Matanya pun ikut
Setelah sudah tidak ada lagi yang bisa dipertahankan, kini Adeeva memilih untuk kembali ke Indonesia sesuai perintah Kiki. Adeeva sudah memberikan kabar jika hari ini ia akan kembali ke Indonesia. Mungkin rasa-rasanya ia sudah tidak akan merantau lagi. Adeeva akan memilih stay di Jakarta bersama keluarga kecilnya. Adeeva akan menghabiskan sisa usia bersama Ayah, Bunda, juga Grandma.“Adeeva,” panggil Ryan.“Ayah.”Ryan pun langsung berjalan cepat untuk menyambut kedatangan putrinya. Ryan segera memeluk putrinya erat. Mencium pipinya dan segera mengusap buliran air mata yang mulai menetes di pipi mulus milik Adeeva.“Jangan sedih, Ayah akan selalu ada untukmu, Nak.”Adeeva masih tidak menyangka jika pernikahannya akan berakhir seperti ini. Padahal dulu juga pas awal nikah memang niat bercerai. Namun, seiring berjalannya waktu perasaan mulai timbul dan keduanya benar-benar sepakat melupakan perjanjian itu. Tapi, te
Hari ini Adeeva mendapat kabar jika Leonel tinggal di sebuah apartemen milik Darrel. Ternyata kehidupan Leonel selama seminggu ini ditanggung oleh Darrel. Dengan cepat pula Alex langsung menjemput Adeeva dan segera menuju ke kawasan El Born.Alex bilang jika Darrel memiliki apartemen di kawasan yang sangat sepi. Katanya dia lebih suka ketenangan dibanding hirup pikuk keramaian kota.Bahkan kawasan ini dihiasi jalan-jalan sempit hingga tampak sangat misterius. Tak pelak juga tempat ini banyak terdapat kafe kecil di sekitarnya untuk menikmati berbagai jenis minuman juga hidangan catalan.Mereka berdua pun memillih memarkirkan mobil di bahu jalan depan gedung apartemen. Alex dan Adeeva langsung berjalan menuju ke unit Darrel.Alex yang sudah pernah ke sini dan mengetahui password sahabatnya langsung memencetkan sederet password hingga suara ‘klik’ terdengar di telinganya juga Adeeva.“Alex … apa tidak apa-apa kita masuk?