Keringat segede biji jagung pun udah membajiri dahi perempuan yang habis melakukan bulan madu itu. Siapa lagi kalau bukan Kiki. Ia merasa deg-degan karena boss yang sudah dihindari selama ini ternyata ketemu di waktu yang tak terduga seperti ini. Kiki merasa detakan jantungnya terpacu lebih cepat dari biasanya.
“Mel, ini ada sekertaris kamu ke sini jengukin Mamat,” adu Kaila sambil tersenyum manis di depan Melviano.
“Oh.”
“Dia kasih kado buat Mamat. Nggak tahu deh isinya apaan, aku buka ya, Shakira.”
Kaila langsung membuka kado yang diberikan Kiki untuk Matheo. Ia masih merasa deg-degan banget karena melihat bossnya tengah menggendong bayi tapi matanya melotot ke arah bungkus kado.
“Whoa, robot sama mobil-mobilan ternyata,” kata Kaila.
“Ah paling murah itu,” sahut Melviano yang membuat Kiki merasa sakit hati. Nggak di rumah nggak di kantor kenapa mulutnya pedes banget, ya.
&l
Kiki langsung menggunakan matanya sebagai alat komunikasi dengan Mbak Sila. Tapi, anehnya Mbak Sila justru semakin terkikik geli.“Nggak usah tegang, Ki, yang datang bukan si boss kok,” ceplosnya yang membuat mata Kiki tambah melotot tajam.Dengan gerakan perlahan pun Kiki menoleh dan langsung mendengkus kesal. “Bang Rinto!”“Hehehe, ngapa sih?”“Bikin jantungan tahu nggak sih,” ujar Kiki.“Makanya jangan suka gibah.”“Pret! Dia aja kalau habis kena semprot suka ngedumel, Ki, ngehe lo.”Rinto terkekeh sambil menggaruk rambut belakangnya. Ia menatap ke arah tangan yang terdapat arloji. “Udah jam istirahat nih, masih aja ngegibah mulu. Makan kuy,” ajaknya sambil mengusap perut yang lumayan terlihat buncit itu.“Gue udah beli nasi padang, Bang. Jadi istirahat dalam ruangan aja. Kapan lagi bisa acak-acak ruangan Mbak Sila.”
Kiki merasa kesal dan tentu kasihan dengan Joko yang tiba-tiba pingsan gara-gara dibentak oleh boss dakjal. Dengan tekad berani yang sudah terkumpul dalam dirinya membuat Kiki langsung berdiri dan menghadapi sosok boss menyebalkan itu.“Mr ini benar-benar nggak punya hati, ya. Seenaknya masuk ruangan Ibu Sila tanpa ketuk pintu dulu dan permisi kek, apa kek, main nyelonong aja kayak nggak punya etika banget sih. Mr inikan boss harusnya memberikan contoh yang baik untuk karyawannya dong,” oceh Kiki berapi-api bahkan rasa takutnya mendadak hilang dalam sekejap mata. Tapi, setelah selesai mengucapkan kalimat panjang lebar barusan mendadak jiwa warasnya datang.‘Wadaw mampus! Bakalan dipecat nih gara-gara membela si Joko kampret,’ batin Kiki.Berbeda dengan anak gibah squad lain yang benar-benar tak berani menatap ke arah Melviano. Semuanya diam saja tak menolong Joko sama sekali. Mereka saat ini tengah berjuang menyelamatkan diri masing-masin
Setelah jam istirahat selesai pun membuat Kiki langsung segera pamit pergi dari kantor. Sebelum meninggalkan kantor tentu dirinya sudah membagikan oleh-oleh yang dibelinya dari Swiss untuk anak-anak gibah squad.Kini Kiki tengah dalam perjalanan menuju ke salah satu supermarket yang terdapat di Jakarta selatan. Ia hari ini akan belanja beberapa kebutuhan dapur dan apartemennya. Mengingat suaminya yang sibuk lembur bekerja membuat dirinya terpaksa belanja sendirian seperti ini.Padahal Kiki sudah merasa senang membayangkan akan belanja bulanan bersama suami tercinta. Apalagi adegan seperti ini sering sekali ia tonton di drakor-drakor kesayangannya.Sesampainya di supermarket membuat Kiki langsung segera turun dan tak melupakan membayar ongkos taksi itu. Ia pun berjalan ke arah tempat troli dan mengambilnya satu.Di saat lagi asik-asik memilih kebutuhan untuk cucian pakaian, dari arah depan troli milik Kiki ditabrak seseorang dengan sangat sengaja.B
Merasa sudah cukup rebahan, kini Kiki langsung berjalan menuju ke arah dapur untuk menata belanjaan yang baru saja dibelinya.Kurang lebih sejaman untuk menata segala kebutuhan dapur dan kebutuhan lain, Kiki akhirnya bernapas lega karena sudah selesai dengan rapi. Ia menoleh ke arah jam dinding yang terpampang di sana yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Ternyata beres-beres apartemen membuat ia tak sadar akan waktu yang terus bergulir.Sebelum nanti memasak untuk makan malam dirinya juga suami, Kiki bergegas untuk mandi terlebih dulu karena merasa tubuhnya sudah tak terasa lengket meski di dalam apartemen terdapat Ac tetap saja aktifitas berlebih membuat dirinya berkeringat.Kring ... kring ... kring.Bunyi suara telepon apartemen membuat Kiki menghentikan aktifitas mandinya. Ia mengulir keran shower agar berhenti. Kiki mencoba memasang telinga untuk memastikan kalau pendengarannya tak salah.Kring ... kring ... kring.Mendengar
“Gimana enak nggak?”“Hmm, enak banget.”“Mau nambah?”“Boleh sayang.”Kiki pun langsung mengambil lauk kembali untuk ditaruh di atas piring Ryan. Ia benar-benar bahagia sekali karena hasil masakannya dimakan lahap oleh Ryan.Apalagi saat ini yang dilakukan Kiki hanya memperhatikan suaminya yang tengah menyuapkan makanan ke dalam mulut. Sampai Kiki tak terasa kalau mulutnya ikut melongo.“Kamu nggak makan?”“Hah?” Kiki terkejut mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Ryan. “Aku udah kenyang,” jawabnya sambil meringis.“Kenyang?” kening Ryan mengerut heran sambil menatap ke arah Kiki. “Emang kamu udah makan duluan apa gimana?”Kiki menggeleng. “Belum, cuma aku ngelihatin kamu makan udah ikutan kenyang duluan.”Ryan berdeham, ia pun langsung mengambil nasi kembali ke atas piringnya. Ia menoleh ke a
Kiki memandangi pintu kayu itu dengan tatapan takut juga gerogi. Meski sudah sah menjadi menantu tetap saja ada perasaan risih.“Mas.”“Hmm, kamu usahain pulang ya habis meeting di Bandung. Masa aku nginep sendirian sih.”“Iya sayang aku usahakan pulang.”“Aku masih kaku sama Mama Nina soalnya. Masih canggung gitu soalnya.”“Iya aku paham kok, makanya kamu harus bisa ajak ngobrol Mama. Yuk turun,” ajak Ryan yang sudah membuka pintu mobilnya.Hal yang dilakukan Kiki sebelum turun dari mobil itu mengambil napas panjang dan mengembuskan perlahan-lahan. Kiki melakukan ini berkali-kali sampai dirinya merasa rileks.Saat membuka pintu mobil pun Kiki tak lupa merapalkan segala doa supaya hatinya bisa tenang. Melihat suaminya mengulurkan tangan membuat Kiki segera meraihnya dan mereka berdua akhirnya jalan bersama menuju ke arah pintu utama.Tok. Tok. Tok.Mereka
Kiki langsung menghentikan ucapannya kala mendengar suara mertuanya yang memanggil Surya untuk segera mengantar ke acara arisan itu. Kiki benar-benar tak habis pikir dengan pola pikir mereka berdua.“Surya, ayo anter Mama,” teriak Nina yang sudah siap. Dengan cepat pula Surya melepas pergelangan tangan Kiki.Saat ini Kiki masih sangat syok. Kiki merasa harus telepon Ryan untuk kasih tahu hal penting ini, atau kasih tahu Mama Nina saja?“Ma—““Jangan bilang, lo bilang taruhannya pernikahan lo sama Ryan,” ancam Surya dengan suara yang menyerupai bisikan namun penuh tekanan.Kiki pun hanya bisa menelan ludahnya susah payah saat ini. Terlebih jika dirinya masih di rumah ini dengan Cantika dan Surya yang akan kembali nanti akan sangat berbahaya. Kiki harus segera pergi secepatnya. Bila perlu datang ke kantor Ryan untuk cerita semuanya. Sepertinya Ryan belum berangkat ke Bandung mengingat ini masih cukup pagi. Da
Dalam perjalanan menuju ke Jakarta pun Kiki terus menangis karena tak bisa mengejar mobil suaminya. Apalagi nomor suaminya pun tak aktip-aktip saat dihubungi. Sopir taksi yang melihat dari kaca spion pun merasa iba melihat penumpangnya yang tengah bersedih itu. Sopir taksi itu pun berinisiatip mengulurkan kotak tisu ke arah belakang.Tangan milik Kiki pun akhirnya mengambil beberapa lembar tisu untuk menghapus air matanya yang terus menetes.“Sudah Mbak jangan sedih, lagian kan suaminya pergi kerja bukan yang aneh-aneh.”Kiki terus mengusapi air matanya bahkan beralih ke hidung. “Iya, tapi ada hal penting yang harus saya katakan, Pak.”“Iya sabar saja menunggu di rumah. Masak yang enak, atau apalah yang bikin suami nanti senang saat pulang.”Mendengarkan usulan ide dari sopir taksi itu membuat Kiki memiliki ide lain. Niat untuk kembali ke rumah mertuanya pun ia urungkan. Apalagi keadaan saat ini sangat bahaya bag
Ryan langsung menutup tubuh istrinya yang polos, ia pun duduk di pinggiran ranjang sambil menatap ke arah lantai.“Kamu kenapa?”“Kenapa apanya?”“Kenapa seperti kedebong pisang tadi?”“Emang kenapa?”“Aku nggak suka sayang, aku merasa lagi main sama patung.”“Terus kamu penginnya aku gimana?”“Kamu nggak kayak biasanya Shakira.”“Aku kan udah bilang lagi capek. Tapi, kamu terus minta dan minta. Apa boleh buat kalau aku diam aja kayak kedebong.”“Sudah lah, terserah kamu saja.”Ryan langsung meraih boxernya yang tergeletak di lantai. Ia memakainya dengan gerakan cepat dan memilih keluar kamar karena merasa kesal dengan permainan malam ini. Istrinya benar-benar beda banget malam ini. Dia lebih banyak diam nggak seperti biasanya kalau dipancing langsung membalas dengan liar juga. Ini udah dikasih pemanasan lam
Entah kenapa Melviano mendadak kasihan dengan sekertarisnya itu. Apalagi baru pulang bulan madu sudah diselingkuhi. Mendingan dirinya kemana-mana. Laki-laki setia yang susah dicari, rasanya Melviano ingin kasih tahu istrinya kalau ada laki-laki lebih brengsek darinya.“Tinggal kan saja laki-laki seperti itu.”Kiki menatap ke arah Melviano. “Saya nggak mau jadi janda, Mr.”Melviano berdeham pelan. “Terserah kamu sih, tapi saya nggak mau urusan rumah tangga dibawa ke kantor seperti ini. Kamu harus bisa professional.”“Iya, Mr.”“Nanti kalau si Joko Susanto datang suruh masuk ke ruangan saya langsung.”“Baik, Mr.”Melviano pun langsung berjalan ke arah ruangan kerjanya yang memang didesain begitu luas dibanding ruang kerja milik Haidar.Yang dilakukan Melviano di dalam ruangan saat ini adalah menghubungi nomor ponsel istrinya. Ia akan memberitahukan kalau diri
Kiki nggak pernah menyangka kalau si boss bakalan jalan sampai ke arah pantry begini. Padahal dia boss harusnya duduk santai di kursi kebesarannya bukannya keliling seperti orang kurang kerjaan begini.“Kamu ikut saya.” Tunjuknya ke arah Kiki yang masih saja merasa syok bukan main. Dan melihat kalau si boss sudah berbalik badan membuat Kiki menoleh ke arah Sila juga Joko secara bergantian, Kiki pun menampilkan ekspresi takutnya ke arah Sila.“Semangat!” kata Sila.Kiki hanya memanyunkan bibirnya ke depan karena di antara ketiga yang berada di pantry kenapa hanya dirinya saja yang bakalan kena semprot? Padahal tadi gibah berjamaah terus kan ini belum masuk jam kerja harusnya karyawan bebas melakukan apapun dong.Merasa si boss berhenti membuat Kiki ikutan berhenti di belakangnya. Kiki merasa kalau sekarang harus siap mental.“Ini kamu nggak lihat?”Kiki langsung mengulurkan lehernya ke atas untuk melihat ap
Rasanya saat ini Kiki tak bisa menahan bendungan air mata yang memang sudah terkumpul sejak tadi. Bahkan Mbak Sila yang melihatnya pun langsung tersadar dengan mimik wajahnya yang memang terlihat sangat menyedihkan itu. Ryan yang notabennya sebagai suami saja sampai tak peka dengan kondisinya. Entah dia sadar atau tidak tapi sampai detik ini pun belum ada chat masuk ke ponselnya dari Ryan.“Hei, kenapa?”“Ryan, Mbak.”“Ryan?” Sila langsung menatap bingung ke arah Kiki yang justru menunduk sambil mengusap pipi. Merasa kasihan pun membuat Sila langsung menarik ke dalam pelukannya. Sila memeluk Kiki dan mengiringnya berjalan ke arah pantry yang memang masih sepi.Kini Sila sudah berhasil untuk mengiring Kiki duduk. Ia langsung ikut duduk di depannya sambil menatap kasihan.“Lo mau minum teh dulu?”Kiki menggeleng pelan.Sila justru mengembuskan napasnya lelah. Ini pasti sesuatu yang berat s
Kiki pun langsung mengusap pipinya kasar, ia mencoba turun dari ranjang dan berjalan menuju ke arah lemari untuk mengambil pakain sang suami. Ia berjalan ke arah Ryan dan mengulurkan tanpa melihat wajahnya.“Makasih sayang.”Selesai memberikan pakaian membuat Kiki langsung berjalan ke arah kasur kembali. Ia memilih untuk langsung rebahan tanpa memedulikan Ryan yang tengah bersenandung sangat begitu riang.Kini Kiki merasakan aroma maskulin itu sangat dekat dengannya. Ia sudah bisa menebak kalau Ryan saat ini tengah mengambil ponselnya yang terjatuh akibat ulahnya barusan. Semoga saja Ryan tak curiga dengan hapenya yang sudah berpindah posisi itu.“Lho, kok bisa jatuh begini,” gumamnya yang masih Kiki dengar dengan jelas. “Tadi ada telepon, ya?”“Nggak tahu, aku nggak dengar.”Kiki merasakan kalau suaminya sudah ikut bergabung rebahan di atas kasur. Bahkan ia merasakan pelukan di perutnya
Sesampainya di rumah mertua, membuat Kiki sedikit ragu untuk melangkah masuk ke halaman rumah. Yang dilakukan hanya berdiam diri sambil menyiapkan mental untuk adanya hal-hal yang bakalan terjadi nantinya.Dengan sedikit merapalkan doa, Kiki langsung melangkah sambil berpikir nanti ngomong sama mama mertuanya bagaimana supaya dia tak curiga.Baru saja akan mengetuk pintu, tiba-tiba daun pintu udah terbuka yang menampilkan wajah Surya yang tengah badmood.Kiki yang melihat itu langsung menurunkan tangan yang masih mengawang di udara. Ia langsung masuk sambil mengucapkan salam dan dijawab lantang oleh mama mertuanya.“Ya ampun Nduk, untung kamu pulang. Ini Mama lagi masak bareng Cantika lho, kamu mau ikut bantuin nggak?”Kiki pun tersenyum canggung, bola matanya mengikuti langkah Surya yang berjalan ke arah sofa ruang keluarga yang terdapat tv. Kiki pun mengangguk setuju untuk memasak bersama. Setidaknya ia akan lebih aman jika bersama pa
Dalam perjalanan menuju ke Jakarta pun Kiki terus menangis karena tak bisa mengejar mobil suaminya. Apalagi nomor suaminya pun tak aktip-aktip saat dihubungi. Sopir taksi yang melihat dari kaca spion pun merasa iba melihat penumpangnya yang tengah bersedih itu. Sopir taksi itu pun berinisiatip mengulurkan kotak tisu ke arah belakang.Tangan milik Kiki pun akhirnya mengambil beberapa lembar tisu untuk menghapus air matanya yang terus menetes.“Sudah Mbak jangan sedih, lagian kan suaminya pergi kerja bukan yang aneh-aneh.”Kiki terus mengusapi air matanya bahkan beralih ke hidung. “Iya, tapi ada hal penting yang harus saya katakan, Pak.”“Iya sabar saja menunggu di rumah. Masak yang enak, atau apalah yang bikin suami nanti senang saat pulang.”Mendengarkan usulan ide dari sopir taksi itu membuat Kiki memiliki ide lain. Niat untuk kembali ke rumah mertuanya pun ia urungkan. Apalagi keadaan saat ini sangat bahaya bag
Kiki langsung menghentikan ucapannya kala mendengar suara mertuanya yang memanggil Surya untuk segera mengantar ke acara arisan itu. Kiki benar-benar tak habis pikir dengan pola pikir mereka berdua.“Surya, ayo anter Mama,” teriak Nina yang sudah siap. Dengan cepat pula Surya melepas pergelangan tangan Kiki.Saat ini Kiki masih sangat syok. Kiki merasa harus telepon Ryan untuk kasih tahu hal penting ini, atau kasih tahu Mama Nina saja?“Ma—““Jangan bilang, lo bilang taruhannya pernikahan lo sama Ryan,” ancam Surya dengan suara yang menyerupai bisikan namun penuh tekanan.Kiki pun hanya bisa menelan ludahnya susah payah saat ini. Terlebih jika dirinya masih di rumah ini dengan Cantika dan Surya yang akan kembali nanti akan sangat berbahaya. Kiki harus segera pergi secepatnya. Bila perlu datang ke kantor Ryan untuk cerita semuanya. Sepertinya Ryan belum berangkat ke Bandung mengingat ini masih cukup pagi. Da
Kiki memandangi pintu kayu itu dengan tatapan takut juga gerogi. Meski sudah sah menjadi menantu tetap saja ada perasaan risih.“Mas.”“Hmm, kamu usahain pulang ya habis meeting di Bandung. Masa aku nginep sendirian sih.”“Iya sayang aku usahakan pulang.”“Aku masih kaku sama Mama Nina soalnya. Masih canggung gitu soalnya.”“Iya aku paham kok, makanya kamu harus bisa ajak ngobrol Mama. Yuk turun,” ajak Ryan yang sudah membuka pintu mobilnya.Hal yang dilakukan Kiki sebelum turun dari mobil itu mengambil napas panjang dan mengembuskan perlahan-lahan. Kiki melakukan ini berkali-kali sampai dirinya merasa rileks.Saat membuka pintu mobil pun Kiki tak lupa merapalkan segala doa supaya hatinya bisa tenang. Melihat suaminya mengulurkan tangan membuat Kiki segera meraihnya dan mereka berdua akhirnya jalan bersama menuju ke arah pintu utama.Tok. Tok. Tok.Mereka