Kiki merasa kesal dan tentu kasihan dengan Joko yang tiba-tiba pingsan gara-gara dibentak oleh boss dakjal. Dengan tekad berani yang sudah terkumpul dalam dirinya membuat Kiki langsung berdiri dan menghadapi sosok boss menyebalkan itu.
“Mr ini benar-benar nggak punya hati, ya. Seenaknya masuk ruangan Ibu Sila tanpa ketuk pintu dulu dan permisi kek, apa kek, main nyelonong aja kayak nggak punya etika banget sih. Mr inikan boss harusnya memberikan contoh yang baik untuk karyawannya dong,” oceh Kiki berapi-api bahkan rasa takutnya mendadak hilang dalam sekejap mata. Tapi, setelah selesai mengucapkan kalimat panjang lebar barusan mendadak jiwa warasnya datang.
‘Wadaw mampus! Bakalan dipecat nih gara-gara membela si Joko kampret,’ batin Kiki.
Berbeda dengan anak gibah squad lain yang benar-benar tak berani menatap ke arah Melviano. Semuanya diam saja tak menolong Joko sama sekali. Mereka saat ini tengah berjuang menyelamatkan diri masing-masin
Setelah jam istirahat selesai pun membuat Kiki langsung segera pamit pergi dari kantor. Sebelum meninggalkan kantor tentu dirinya sudah membagikan oleh-oleh yang dibelinya dari Swiss untuk anak-anak gibah squad.Kini Kiki tengah dalam perjalanan menuju ke salah satu supermarket yang terdapat di Jakarta selatan. Ia hari ini akan belanja beberapa kebutuhan dapur dan apartemennya. Mengingat suaminya yang sibuk lembur bekerja membuat dirinya terpaksa belanja sendirian seperti ini.Padahal Kiki sudah merasa senang membayangkan akan belanja bulanan bersama suami tercinta. Apalagi adegan seperti ini sering sekali ia tonton di drakor-drakor kesayangannya.Sesampainya di supermarket membuat Kiki langsung segera turun dan tak melupakan membayar ongkos taksi itu. Ia pun berjalan ke arah tempat troli dan mengambilnya satu.Di saat lagi asik-asik memilih kebutuhan untuk cucian pakaian, dari arah depan troli milik Kiki ditabrak seseorang dengan sangat sengaja.B
Merasa sudah cukup rebahan, kini Kiki langsung berjalan menuju ke arah dapur untuk menata belanjaan yang baru saja dibelinya.Kurang lebih sejaman untuk menata segala kebutuhan dapur dan kebutuhan lain, Kiki akhirnya bernapas lega karena sudah selesai dengan rapi. Ia menoleh ke arah jam dinding yang terpampang di sana yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Ternyata beres-beres apartemen membuat ia tak sadar akan waktu yang terus bergulir.Sebelum nanti memasak untuk makan malam dirinya juga suami, Kiki bergegas untuk mandi terlebih dulu karena merasa tubuhnya sudah tak terasa lengket meski di dalam apartemen terdapat Ac tetap saja aktifitas berlebih membuat dirinya berkeringat.Kring ... kring ... kring.Bunyi suara telepon apartemen membuat Kiki menghentikan aktifitas mandinya. Ia mengulir keran shower agar berhenti. Kiki mencoba memasang telinga untuk memastikan kalau pendengarannya tak salah.Kring ... kring ... kring.Mendengar
“Gimana enak nggak?”“Hmm, enak banget.”“Mau nambah?”“Boleh sayang.”Kiki pun langsung mengambil lauk kembali untuk ditaruh di atas piring Ryan. Ia benar-benar bahagia sekali karena hasil masakannya dimakan lahap oleh Ryan.Apalagi saat ini yang dilakukan Kiki hanya memperhatikan suaminya yang tengah menyuapkan makanan ke dalam mulut. Sampai Kiki tak terasa kalau mulutnya ikut melongo.“Kamu nggak makan?”“Hah?” Kiki terkejut mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Ryan. “Aku udah kenyang,” jawabnya sambil meringis.“Kenyang?” kening Ryan mengerut heran sambil menatap ke arah Kiki. “Emang kamu udah makan duluan apa gimana?”Kiki menggeleng. “Belum, cuma aku ngelihatin kamu makan udah ikutan kenyang duluan.”Ryan berdeham, ia pun langsung mengambil nasi kembali ke atas piringnya. Ia menoleh ke a
Kiki memandangi pintu kayu itu dengan tatapan takut juga gerogi. Meski sudah sah menjadi menantu tetap saja ada perasaan risih.“Mas.”“Hmm, kamu usahain pulang ya habis meeting di Bandung. Masa aku nginep sendirian sih.”“Iya sayang aku usahakan pulang.”“Aku masih kaku sama Mama Nina soalnya. Masih canggung gitu soalnya.”“Iya aku paham kok, makanya kamu harus bisa ajak ngobrol Mama. Yuk turun,” ajak Ryan yang sudah membuka pintu mobilnya.Hal yang dilakukan Kiki sebelum turun dari mobil itu mengambil napas panjang dan mengembuskan perlahan-lahan. Kiki melakukan ini berkali-kali sampai dirinya merasa rileks.Saat membuka pintu mobil pun Kiki tak lupa merapalkan segala doa supaya hatinya bisa tenang. Melihat suaminya mengulurkan tangan membuat Kiki segera meraihnya dan mereka berdua akhirnya jalan bersama menuju ke arah pintu utama.Tok. Tok. Tok.Mereka
Kiki langsung menghentikan ucapannya kala mendengar suara mertuanya yang memanggil Surya untuk segera mengantar ke acara arisan itu. Kiki benar-benar tak habis pikir dengan pola pikir mereka berdua.“Surya, ayo anter Mama,” teriak Nina yang sudah siap. Dengan cepat pula Surya melepas pergelangan tangan Kiki.Saat ini Kiki masih sangat syok. Kiki merasa harus telepon Ryan untuk kasih tahu hal penting ini, atau kasih tahu Mama Nina saja?“Ma—““Jangan bilang, lo bilang taruhannya pernikahan lo sama Ryan,” ancam Surya dengan suara yang menyerupai bisikan namun penuh tekanan.Kiki pun hanya bisa menelan ludahnya susah payah saat ini. Terlebih jika dirinya masih di rumah ini dengan Cantika dan Surya yang akan kembali nanti akan sangat berbahaya. Kiki harus segera pergi secepatnya. Bila perlu datang ke kantor Ryan untuk cerita semuanya. Sepertinya Ryan belum berangkat ke Bandung mengingat ini masih cukup pagi. Da
Dalam perjalanan menuju ke Jakarta pun Kiki terus menangis karena tak bisa mengejar mobil suaminya. Apalagi nomor suaminya pun tak aktip-aktip saat dihubungi. Sopir taksi yang melihat dari kaca spion pun merasa iba melihat penumpangnya yang tengah bersedih itu. Sopir taksi itu pun berinisiatip mengulurkan kotak tisu ke arah belakang.Tangan milik Kiki pun akhirnya mengambil beberapa lembar tisu untuk menghapus air matanya yang terus menetes.“Sudah Mbak jangan sedih, lagian kan suaminya pergi kerja bukan yang aneh-aneh.”Kiki terus mengusapi air matanya bahkan beralih ke hidung. “Iya, tapi ada hal penting yang harus saya katakan, Pak.”“Iya sabar saja menunggu di rumah. Masak yang enak, atau apalah yang bikin suami nanti senang saat pulang.”Mendengarkan usulan ide dari sopir taksi itu membuat Kiki memiliki ide lain. Niat untuk kembali ke rumah mertuanya pun ia urungkan. Apalagi keadaan saat ini sangat bahaya bag
Sesampainya di rumah mertua, membuat Kiki sedikit ragu untuk melangkah masuk ke halaman rumah. Yang dilakukan hanya berdiam diri sambil menyiapkan mental untuk adanya hal-hal yang bakalan terjadi nantinya.Dengan sedikit merapalkan doa, Kiki langsung melangkah sambil berpikir nanti ngomong sama mama mertuanya bagaimana supaya dia tak curiga.Baru saja akan mengetuk pintu, tiba-tiba daun pintu udah terbuka yang menampilkan wajah Surya yang tengah badmood.Kiki yang melihat itu langsung menurunkan tangan yang masih mengawang di udara. Ia langsung masuk sambil mengucapkan salam dan dijawab lantang oleh mama mertuanya.“Ya ampun Nduk, untung kamu pulang. Ini Mama lagi masak bareng Cantika lho, kamu mau ikut bantuin nggak?”Kiki pun tersenyum canggung, bola matanya mengikuti langkah Surya yang berjalan ke arah sofa ruang keluarga yang terdapat tv. Kiki pun mengangguk setuju untuk memasak bersama. Setidaknya ia akan lebih aman jika bersama pa
Kiki pun langsung mengusap pipinya kasar, ia mencoba turun dari ranjang dan berjalan menuju ke arah lemari untuk mengambil pakain sang suami. Ia berjalan ke arah Ryan dan mengulurkan tanpa melihat wajahnya.“Makasih sayang.”Selesai memberikan pakaian membuat Kiki langsung berjalan ke arah kasur kembali. Ia memilih untuk langsung rebahan tanpa memedulikan Ryan yang tengah bersenandung sangat begitu riang.Kini Kiki merasakan aroma maskulin itu sangat dekat dengannya. Ia sudah bisa menebak kalau Ryan saat ini tengah mengambil ponselnya yang terjatuh akibat ulahnya barusan. Semoga saja Ryan tak curiga dengan hapenya yang sudah berpindah posisi itu.“Lho, kok bisa jatuh begini,” gumamnya yang masih Kiki dengar dengan jelas. “Tadi ada telepon, ya?”“Nggak tahu, aku nggak dengar.”Kiki merasakan kalau suaminya sudah ikut bergabung rebahan di atas kasur. Bahkan ia merasakan pelukan di perutnya
Kini Adeeva dan keluarganya makan malam di salah satu restoran Korea di kawasan Jakarta Selatan. Meski habis menghadapi polemik rumah tangga yang begitu menguras energi, tapi tidak menyurutkan rasa kebahagiaan saat berkumpul bersama seperti ini bersama keluarga.Bahkan saat melihat sang ayah yang selalu menggoda bunda-nya membuat Adeeva tersenyum lebar. Melihat sang ayah yang meminta izin nikah lagi yang langsung direspon galak sang bunda membuat Adeeva menilainya sangat lucu. Meski hanya bercanda saja, tapi terkadang sang bunda tersulut rasa kesalnya.“Adeeva setuju enggak kalau punya Bunda lagi?” tanya Ryan, disela-sela makan.“Jangan mulai deh. Enggak lihat kalau sekarang Bunda lagi pegang gunting?” Justru Kiki yang menyahuti ucapan Ryan itu. lagian mentang-mentang Abangnya mau nikah lagi terus dia suka sekali menggoda meminta ikut-ikutan. Benar-benar menyebalkan.“Kalau Adeeva, sih, terserah Ayah saja. Selama membuat Ayah
Empat Bulan Kemudian.Akhirnya hasil sidang perceraian Adeeva dengan Leonel berjalan lancar hingga memakan waktu hanya empat bulan saja. Biasanya jika banyak tuntutan dan perkara akan memakan waktu enam bulan lebih.Kini Adeeva resmi menyandang status janda. Adeeva tersenyum getir, namun hatinya lega. Ia merasa tidak ada beban dalam hidupnya.Bahkan sang ayah benar-benar mensupport dan terus menemani sampai sidang selesai. Tidak seharipun Ryan melewatkan anaknya pergi ke sidang sendirian. Ryan pasti akan selalu mengutamakan anaknya terlebih dulu dibanding pekerjaan yang digelutinya.“Tidak apa-apa menjadi janda tidaklah buruk. Hanya saja terkadang pandangan orang soal status ini masih suka salah kaprah. Menganggap janda ini buruk. Padahal tidak. Ayah dan Bunda selalu dukung apapun keputusan kamu ke depannya.”Adeeva tersenyum tipis dan mengangguk mengiyakan ucapan sang ayah. Adeeva tahu jika kedua orangtuanya pasti lebih terluka namun m
Setelah sadar dari pingsan, Adeeva langsung memilih duduk bersandar di penyangga ranjang. Menatap kedua orangtuanya secara bergantian. Bahkan menatap ke arah sang grandma yang memang berada di dekat Kiki.Adeeva tersenyum senang, karena masih bisa merasakan kasih dan cinta dari keluarganya. Adeeva langsung menggenggam telapak tangan Kiki erat. Menatapnya sendu.“Bun, maafkan segala kesalahan Adeeva yang tidak pernah menurut selama ini. Maaf belum bisa menjadi anak yang baik untuk Bunda. Belum bisa menyenangkan hati Bunda, juga Ayah serta Grandma. Maaf beribu-ribu maaf jika Adeeva masih suka membantah ucapan Bunda. Maaf sudah sering buat nangis atas kelakuan Adeeva yang bandel. Maaf Bun ….”Adeeva langsung memeluk dan mencium pipi sang bunda. Adeeva menangis karena teringat suka membantah ucapan bundanya.Lain hal dengan Kiki yang membalas erat pelukan sang anak. Mengusap dan menepuk-nepuk pelan punggung sang anak. Matanya pun ikut
Setelah sudah tidak ada lagi yang bisa dipertahankan, kini Adeeva memilih untuk kembali ke Indonesia sesuai perintah Kiki. Adeeva sudah memberikan kabar jika hari ini ia akan kembali ke Indonesia. Mungkin rasa-rasanya ia sudah tidak akan merantau lagi. Adeeva akan memilih stay di Jakarta bersama keluarga kecilnya. Adeeva akan menghabiskan sisa usia bersama Ayah, Bunda, juga Grandma.“Adeeva,” panggil Ryan.“Ayah.”Ryan pun langsung berjalan cepat untuk menyambut kedatangan putrinya. Ryan segera memeluk putrinya erat. Mencium pipinya dan segera mengusap buliran air mata yang mulai menetes di pipi mulus milik Adeeva.“Jangan sedih, Ayah akan selalu ada untukmu, Nak.”Adeeva masih tidak menyangka jika pernikahannya akan berakhir seperti ini. Padahal dulu juga pas awal nikah memang niat bercerai. Namun, seiring berjalannya waktu perasaan mulai timbul dan keduanya benar-benar sepakat melupakan perjanjian itu. Tapi, te
Hari ini Adeeva mendapat kabar jika Leonel tinggal di sebuah apartemen milik Darrel. Ternyata kehidupan Leonel selama seminggu ini ditanggung oleh Darrel. Dengan cepat pula Alex langsung menjemput Adeeva dan segera menuju ke kawasan El Born.Alex bilang jika Darrel memiliki apartemen di kawasan yang sangat sepi. Katanya dia lebih suka ketenangan dibanding hirup pikuk keramaian kota.Bahkan kawasan ini dihiasi jalan-jalan sempit hingga tampak sangat misterius. Tak pelak juga tempat ini banyak terdapat kafe kecil di sekitarnya untuk menikmati berbagai jenis minuman juga hidangan catalan.Mereka berdua pun memillih memarkirkan mobil di bahu jalan depan gedung apartemen. Alex dan Adeeva langsung berjalan menuju ke unit Darrel.Alex yang sudah pernah ke sini dan mengetahui password sahabatnya langsung memencetkan sederet password hingga suara ‘klik’ terdengar di telinganya juga Adeeva.“Alex … apa tidak apa-apa kita masuk?
Satu minggu sudah Adeeva melalui hari-harinya begitu berat. Bukan hanya dirinya saja, namun Marinka merasakan hal yang sama.Leonel bahkan tidak masuk kantor sudah semingguan ini. Parahnya, semua kunci mobil, ATM, beserta semua fasilitas lainnya dikirim ke mansion Marinka.Perempuan paruh baya itu merasa sedih dengan sikap Leonel yang sangat gegabah ini. Adeeva pun terus menguatkan Marinka. Entah dengan apa pria itu hidup saat ini jika semua fasilitas dikembalikan kepada Marinka.“Mom, dia pasti nanti kembali. Kau tenang saja, ya.”Marinka mengangguk dan kembali menguatkan Adeeva untuk tetap tabah dalam menghadapi ujian ini. Adeeva pun mendadak dapat telepon dari Indonesia—Bunda Kiki menelepon tiada henti yang membuat Adeeva mengerut bingung.Merasa penasaran membuat Adeeva mengangkat telepon itu dan menyapa bundanya dengan suara yang dibuat seceria mungkin agar tidak ketahuan.“Halo, Bunda,” sapanya dengan nada
Rasa-rasanya saat ini Leonel masih belum bisa menerima kenyataan yang sesungguhnya jika ia bukanlah anak dari Marinka. Apalagi sikap Marinka sangat lembut dan benar-benar menunjukkan kasih sayangnya dengan tulus.Seusai mendengarkan kejujuran Marinka, Leonel langsung pamit pergi meninggalkan mansion. Bahkan saat berpapasan dengan Adeeva pun ia rasanya sangat malu menatap perempuan itu. Bahkan Leonel tidak berani menyapa atau mengajaknya bicara. Leonel terlalu malu. Sifat gengsi yang dimilikki masih menguasai otaknya hingga membuat Leonel tidak melakukan itu semua.Kini tujuannya pergi ke apartemen. Leonel berpikir jika ia sudah tidak pantas lagi menikmati kemewahan yang diberikan oleh Marinka. Leonel terlalu malu kepada perempuan itu. Leonel kesal karena diapit oleh dua perempuan sebaik Marinka juga Adeeva. Rasa-rasanya ia tidak pantas berada di dekat mereka berdua. Kedua perempuan itu hanya pantas berada dilingkungan orang-orang baik saja. Sedangnya dirinya? Hanya ora
Mendengar kenyataan pahit membuat Leonel merasa terpukul luar biasa. Apalagi ia tak pernah menduga jika selama ini Marinka bukanlah orangtua kandungnya. Sialnya, pria yang sangat Leonel benci justru mengalirkan darah brengseknya sangat deras kepadanya. Leonel hancur, kecewa, juga merasa patah mengetahui ini semua.Bahkan untuk pulang saat ini pun membuat Leonel merasa malu sendiri. Terlebih ia sudah sangat kejam memperlakukan Adeeva beberapa hari silam.“Bodoh! Kau benar-benar bodoh Leonel!” makinya merutuk.Tak lama sosok Elizabeth pun datang dengan cengiran khasnya. Perempuan itu langsung duduk di sampingnya dan mencium pipi seperti biasa.“Kenapa kau sangat kacau sekali habis berhadapan dengan wanita antah berantah itu? Apa kau kalah darinya?” cecar Elizabeth ingin tahu hasil perseteruan Leonel dengan Adeeva itu.Tak memedulikan pertanyaan Elizabeth membuat Leonel segera bergegas pergi untuk menanyakan kebenaran kepada Ma
Adeeva merasa kesal diabaikan terus menerus hingga akhirnya ia segera bergegas pergi ke kamar mengambil ponsel untuk menghubungi seseorang.Terlebih setelah mengeluarkan segala unek-uneknya kepada Leonel, pria itu tidak menanggapi sedikitpun dan justru memilih pergi meninggalkannya tanpa belas kasihan sedikitpun.Adeeva menghubungi Emilia untuk menemani dirinya malam ini karena merasa sangat benar-benar frustasi dengan kehidupan yang dijalaninya ini.Setelah menelepon dan berjanjian dengan Emilia di salah satu bar kota, kini Adeeva segera mengganti pakaiannya. Adeeva menatap gaun berwarna merah terang dengan belahan paha yang begitu sangat tinggi sekali. Tak hanya itu saja, pakaiannya pun mengusung belahan dada yang cukup terbuka dan punggung yang terbuka. Hanya ada ikatan dua saja di belakang punggung.Adeeva segera mengambil dan memakainya. Tak lupa juga ia berdandan selayaknya jalang. Adeeva memakai make-up tebal, dan lipstik merah cabai yang sangat be