Sesampainya di rumah mertua, membuat Kiki sedikit ragu untuk melangkah masuk ke halaman rumah. Yang dilakukan hanya berdiam diri sambil menyiapkan mental untuk adanya hal-hal yang bakalan terjadi nantinya.
Dengan sedikit merapalkan doa, Kiki langsung melangkah sambil berpikir nanti ngomong sama mama mertuanya bagaimana supaya dia tak curiga.
Baru saja akan mengetuk pintu, tiba-tiba daun pintu udah terbuka yang menampilkan wajah Surya yang tengah badmood.
Kiki yang melihat itu langsung menurunkan tangan yang masih mengawang di udara. Ia langsung masuk sambil mengucapkan salam dan dijawab lantang oleh mama mertuanya.
“Ya ampun Nduk, untung kamu pulang. Ini Mama lagi masak bareng Cantika lho, kamu mau ikut bantuin nggak?”
Kiki pun tersenyum canggung, bola matanya mengikuti langkah Surya yang berjalan ke arah sofa ruang keluarga yang terdapat tv. Kiki pun mengangguk setuju untuk memasak bersama. Setidaknya ia akan lebih aman jika bersama pa
Kiki pun langsung mengusap pipinya kasar, ia mencoba turun dari ranjang dan berjalan menuju ke arah lemari untuk mengambil pakain sang suami. Ia berjalan ke arah Ryan dan mengulurkan tanpa melihat wajahnya.“Makasih sayang.”Selesai memberikan pakaian membuat Kiki langsung berjalan ke arah kasur kembali. Ia memilih untuk langsung rebahan tanpa memedulikan Ryan yang tengah bersenandung sangat begitu riang.Kini Kiki merasakan aroma maskulin itu sangat dekat dengannya. Ia sudah bisa menebak kalau Ryan saat ini tengah mengambil ponselnya yang terjatuh akibat ulahnya barusan. Semoga saja Ryan tak curiga dengan hapenya yang sudah berpindah posisi itu.“Lho, kok bisa jatuh begini,” gumamnya yang masih Kiki dengar dengan jelas. “Tadi ada telepon, ya?”“Nggak tahu, aku nggak dengar.”Kiki merasakan kalau suaminya sudah ikut bergabung rebahan di atas kasur. Bahkan ia merasakan pelukan di perutnya
Rasanya saat ini Kiki tak bisa menahan bendungan air mata yang memang sudah terkumpul sejak tadi. Bahkan Mbak Sila yang melihatnya pun langsung tersadar dengan mimik wajahnya yang memang terlihat sangat menyedihkan itu. Ryan yang notabennya sebagai suami saja sampai tak peka dengan kondisinya. Entah dia sadar atau tidak tapi sampai detik ini pun belum ada chat masuk ke ponselnya dari Ryan.“Hei, kenapa?”“Ryan, Mbak.”“Ryan?” Sila langsung menatap bingung ke arah Kiki yang justru menunduk sambil mengusap pipi. Merasa kasihan pun membuat Sila langsung menarik ke dalam pelukannya. Sila memeluk Kiki dan mengiringnya berjalan ke arah pantry yang memang masih sepi.Kini Sila sudah berhasil untuk mengiring Kiki duduk. Ia langsung ikut duduk di depannya sambil menatap kasihan.“Lo mau minum teh dulu?”Kiki menggeleng pelan.Sila justru mengembuskan napasnya lelah. Ini pasti sesuatu yang berat s
Kiki nggak pernah menyangka kalau si boss bakalan jalan sampai ke arah pantry begini. Padahal dia boss harusnya duduk santai di kursi kebesarannya bukannya keliling seperti orang kurang kerjaan begini.“Kamu ikut saya.” Tunjuknya ke arah Kiki yang masih saja merasa syok bukan main. Dan melihat kalau si boss sudah berbalik badan membuat Kiki menoleh ke arah Sila juga Joko secara bergantian, Kiki pun menampilkan ekspresi takutnya ke arah Sila.“Semangat!” kata Sila.Kiki hanya memanyunkan bibirnya ke depan karena di antara ketiga yang berada di pantry kenapa hanya dirinya saja yang bakalan kena semprot? Padahal tadi gibah berjamaah terus kan ini belum masuk jam kerja harusnya karyawan bebas melakukan apapun dong.Merasa si boss berhenti membuat Kiki ikutan berhenti di belakangnya. Kiki merasa kalau sekarang harus siap mental.“Ini kamu nggak lihat?”Kiki langsung mengulurkan lehernya ke atas untuk melihat ap
Entah kenapa Melviano mendadak kasihan dengan sekertarisnya itu. Apalagi baru pulang bulan madu sudah diselingkuhi. Mendingan dirinya kemana-mana. Laki-laki setia yang susah dicari, rasanya Melviano ingin kasih tahu istrinya kalau ada laki-laki lebih brengsek darinya.“Tinggal kan saja laki-laki seperti itu.”Kiki menatap ke arah Melviano. “Saya nggak mau jadi janda, Mr.”Melviano berdeham pelan. “Terserah kamu sih, tapi saya nggak mau urusan rumah tangga dibawa ke kantor seperti ini. Kamu harus bisa professional.”“Iya, Mr.”“Nanti kalau si Joko Susanto datang suruh masuk ke ruangan saya langsung.”“Baik, Mr.”Melviano pun langsung berjalan ke arah ruangan kerjanya yang memang didesain begitu luas dibanding ruang kerja milik Haidar.Yang dilakukan Melviano di dalam ruangan saat ini adalah menghubungi nomor ponsel istrinya. Ia akan memberitahukan kalau diri
Ryan langsung menutup tubuh istrinya yang polos, ia pun duduk di pinggiran ranjang sambil menatap ke arah lantai.“Kamu kenapa?”“Kenapa apanya?”“Kenapa seperti kedebong pisang tadi?”“Emang kenapa?”“Aku nggak suka sayang, aku merasa lagi main sama patung.”“Terus kamu penginnya aku gimana?”“Kamu nggak kayak biasanya Shakira.”“Aku kan udah bilang lagi capek. Tapi, kamu terus minta dan minta. Apa boleh buat kalau aku diam aja kayak kedebong.”“Sudah lah, terserah kamu saja.”Ryan langsung meraih boxernya yang tergeletak di lantai. Ia memakainya dengan gerakan cepat dan memilih keluar kamar karena merasa kesal dengan permainan malam ini. Istrinya benar-benar beda banget malam ini. Dia lebih banyak diam nggak seperti biasanya kalau dipancing langsung membalas dengan liar juga. Ini udah dikasih pemanasan lam
Doni benar-benar sangat terkejut mendengarkan penuturan dari Kiki. Ia pun langsung beranjak dari kursi kebesarannya dan mendekat ke arah Kiki.“Bayarin taksi,” cicitnya.“Iya nanti gue bayarin.”“Sekarang Kak.”Doni hanya bisa mengembuskan napas pasrah. “Yaudah lo di sini dulu gue mau keluar buat bayarin ongkos taksi lo.”Kiki sendiri hanya mengangguk lemah. Tak terasa tangan Doni pun mengusap kepala Kiki dengan begitu lembut.“Lo sebaiknya duduk dulu di sana.” Doni menunjuk ke arah sofa yang memang tersedia di dalam ruangan kerja miliknya.Sambil menunggu Doni kembali membuat Kiki berjalan pelan ke arah sofa dan duduk sambil bersandar. Air matanya pun terus menetes tiada henti. Hatinya sakit kalau mengingat Ryan yang bisa tertawa begitu lepas tadi.Kiki menatap ke arah pintu saat mendengar pintu itu terbuka. Ia melihat pelayan kafe Doni yang tengah membawa minum ke ar
Kini Doni dan Kiki sudah berada di jalanan menuju ke arah Radio Dalam. Yang dilakukan Kiki hanya menggigiti bibir bawahnya karena merasa takut jika memang dugaan dan feeling-nya benar.“Kak, gue takut banget.”“Lo tenang aja, kalau dia sakitin lo nanti bakalan gue kasih bogem.”“Kalau itu benar, dia nikahin gue buat apa?”“Nah itu gue nggak tahu juga. Soalnya semenjak lulus SMA tuh gue nggak paham kabar anak-anak. Soalnya gue sibuk kuliah sama urusin bisnis kafe. Teman gue yang awet sampai detik ini juga Naren doang.”“Sama Ryan enggak?”“Sama dia juga baru-baru ini doang, Ki, dulu kan dia tinggal di Singapore gitu kan? Balik ke Jakarta kalau ada proyek doang.”Kiki pun kembali menatap ke arah jalanan yang memang tengah padat-padatnya kendaraan. Ia pun mengecek ponselnya dan sangat terkejut saat melihat puluhan panggilan tak terjawab dari nomor kantor bahkan ada n
Paham akan kode yang diberikan oleh Doni pun membuat Kiki langsung berjalan lebih mendekat ke arahnya. Doni sendiri berdeham sebelum bertanya kepada wanita separuh baya yang mengenakan baju daster itu.“Permisi Ibu, apa bisa ketemu Rena?”“Rena?”Doni dan Kiki pun mengangguk secara bersamaan. Ia menunggu jawaban dari ibu paruh baya yang tidak Doni kenali. Lagipula wajah mamanya si Rena nggak kayak gitu dulu.“Anak durhaka itu? Udah minggat dia.”Kiki pun makin nggak ngerti dengan jawaban ambigu dari ibu-ibu di depannya itu. “Maksudnya Bu?”“Ya, udah pergi dari sini kurang lebih setahun yang lalu lha.”“Pergi ke mana, ya, Bu?” tanya Kiki yang semakin penasaran.“Kalau nggak salah ke Bandung sama pacarnya.”Mendengar kata ‘Bandung’ membuat Kiki mendadak lemas, tangannya pun langsung meraih telapak tangan Doni. Ia menggenggam kua
Kini Adeeva dan keluarganya makan malam di salah satu restoran Korea di kawasan Jakarta Selatan. Meski habis menghadapi polemik rumah tangga yang begitu menguras energi, tapi tidak menyurutkan rasa kebahagiaan saat berkumpul bersama seperti ini bersama keluarga.Bahkan saat melihat sang ayah yang selalu menggoda bunda-nya membuat Adeeva tersenyum lebar. Melihat sang ayah yang meminta izin nikah lagi yang langsung direspon galak sang bunda membuat Adeeva menilainya sangat lucu. Meski hanya bercanda saja, tapi terkadang sang bunda tersulut rasa kesalnya.“Adeeva setuju enggak kalau punya Bunda lagi?” tanya Ryan, disela-sela makan.“Jangan mulai deh. Enggak lihat kalau sekarang Bunda lagi pegang gunting?” Justru Kiki yang menyahuti ucapan Ryan itu. lagian mentang-mentang Abangnya mau nikah lagi terus dia suka sekali menggoda meminta ikut-ikutan. Benar-benar menyebalkan.“Kalau Adeeva, sih, terserah Ayah saja. Selama membuat Ayah
Empat Bulan Kemudian.Akhirnya hasil sidang perceraian Adeeva dengan Leonel berjalan lancar hingga memakan waktu hanya empat bulan saja. Biasanya jika banyak tuntutan dan perkara akan memakan waktu enam bulan lebih.Kini Adeeva resmi menyandang status janda. Adeeva tersenyum getir, namun hatinya lega. Ia merasa tidak ada beban dalam hidupnya.Bahkan sang ayah benar-benar mensupport dan terus menemani sampai sidang selesai. Tidak seharipun Ryan melewatkan anaknya pergi ke sidang sendirian. Ryan pasti akan selalu mengutamakan anaknya terlebih dulu dibanding pekerjaan yang digelutinya.“Tidak apa-apa menjadi janda tidaklah buruk. Hanya saja terkadang pandangan orang soal status ini masih suka salah kaprah. Menganggap janda ini buruk. Padahal tidak. Ayah dan Bunda selalu dukung apapun keputusan kamu ke depannya.”Adeeva tersenyum tipis dan mengangguk mengiyakan ucapan sang ayah. Adeeva tahu jika kedua orangtuanya pasti lebih terluka namun m
Setelah sadar dari pingsan, Adeeva langsung memilih duduk bersandar di penyangga ranjang. Menatap kedua orangtuanya secara bergantian. Bahkan menatap ke arah sang grandma yang memang berada di dekat Kiki.Adeeva tersenyum senang, karena masih bisa merasakan kasih dan cinta dari keluarganya. Adeeva langsung menggenggam telapak tangan Kiki erat. Menatapnya sendu.“Bun, maafkan segala kesalahan Adeeva yang tidak pernah menurut selama ini. Maaf belum bisa menjadi anak yang baik untuk Bunda. Belum bisa menyenangkan hati Bunda, juga Ayah serta Grandma. Maaf beribu-ribu maaf jika Adeeva masih suka membantah ucapan Bunda. Maaf sudah sering buat nangis atas kelakuan Adeeva yang bandel. Maaf Bun ….”Adeeva langsung memeluk dan mencium pipi sang bunda. Adeeva menangis karena teringat suka membantah ucapan bundanya.Lain hal dengan Kiki yang membalas erat pelukan sang anak. Mengusap dan menepuk-nepuk pelan punggung sang anak. Matanya pun ikut
Setelah sudah tidak ada lagi yang bisa dipertahankan, kini Adeeva memilih untuk kembali ke Indonesia sesuai perintah Kiki. Adeeva sudah memberikan kabar jika hari ini ia akan kembali ke Indonesia. Mungkin rasa-rasanya ia sudah tidak akan merantau lagi. Adeeva akan memilih stay di Jakarta bersama keluarga kecilnya. Adeeva akan menghabiskan sisa usia bersama Ayah, Bunda, juga Grandma.“Adeeva,” panggil Ryan.“Ayah.”Ryan pun langsung berjalan cepat untuk menyambut kedatangan putrinya. Ryan segera memeluk putrinya erat. Mencium pipinya dan segera mengusap buliran air mata yang mulai menetes di pipi mulus milik Adeeva.“Jangan sedih, Ayah akan selalu ada untukmu, Nak.”Adeeva masih tidak menyangka jika pernikahannya akan berakhir seperti ini. Padahal dulu juga pas awal nikah memang niat bercerai. Namun, seiring berjalannya waktu perasaan mulai timbul dan keduanya benar-benar sepakat melupakan perjanjian itu. Tapi, te
Hari ini Adeeva mendapat kabar jika Leonel tinggal di sebuah apartemen milik Darrel. Ternyata kehidupan Leonel selama seminggu ini ditanggung oleh Darrel. Dengan cepat pula Alex langsung menjemput Adeeva dan segera menuju ke kawasan El Born.Alex bilang jika Darrel memiliki apartemen di kawasan yang sangat sepi. Katanya dia lebih suka ketenangan dibanding hirup pikuk keramaian kota.Bahkan kawasan ini dihiasi jalan-jalan sempit hingga tampak sangat misterius. Tak pelak juga tempat ini banyak terdapat kafe kecil di sekitarnya untuk menikmati berbagai jenis minuman juga hidangan catalan.Mereka berdua pun memillih memarkirkan mobil di bahu jalan depan gedung apartemen. Alex dan Adeeva langsung berjalan menuju ke unit Darrel.Alex yang sudah pernah ke sini dan mengetahui password sahabatnya langsung memencetkan sederet password hingga suara ‘klik’ terdengar di telinganya juga Adeeva.“Alex … apa tidak apa-apa kita masuk?
Satu minggu sudah Adeeva melalui hari-harinya begitu berat. Bukan hanya dirinya saja, namun Marinka merasakan hal yang sama.Leonel bahkan tidak masuk kantor sudah semingguan ini. Parahnya, semua kunci mobil, ATM, beserta semua fasilitas lainnya dikirim ke mansion Marinka.Perempuan paruh baya itu merasa sedih dengan sikap Leonel yang sangat gegabah ini. Adeeva pun terus menguatkan Marinka. Entah dengan apa pria itu hidup saat ini jika semua fasilitas dikembalikan kepada Marinka.“Mom, dia pasti nanti kembali. Kau tenang saja, ya.”Marinka mengangguk dan kembali menguatkan Adeeva untuk tetap tabah dalam menghadapi ujian ini. Adeeva pun mendadak dapat telepon dari Indonesia—Bunda Kiki menelepon tiada henti yang membuat Adeeva mengerut bingung.Merasa penasaran membuat Adeeva mengangkat telepon itu dan menyapa bundanya dengan suara yang dibuat seceria mungkin agar tidak ketahuan.“Halo, Bunda,” sapanya dengan nada
Rasa-rasanya saat ini Leonel masih belum bisa menerima kenyataan yang sesungguhnya jika ia bukanlah anak dari Marinka. Apalagi sikap Marinka sangat lembut dan benar-benar menunjukkan kasih sayangnya dengan tulus.Seusai mendengarkan kejujuran Marinka, Leonel langsung pamit pergi meninggalkan mansion. Bahkan saat berpapasan dengan Adeeva pun ia rasanya sangat malu menatap perempuan itu. Bahkan Leonel tidak berani menyapa atau mengajaknya bicara. Leonel terlalu malu. Sifat gengsi yang dimilikki masih menguasai otaknya hingga membuat Leonel tidak melakukan itu semua.Kini tujuannya pergi ke apartemen. Leonel berpikir jika ia sudah tidak pantas lagi menikmati kemewahan yang diberikan oleh Marinka. Leonel terlalu malu kepada perempuan itu. Leonel kesal karena diapit oleh dua perempuan sebaik Marinka juga Adeeva. Rasa-rasanya ia tidak pantas berada di dekat mereka berdua. Kedua perempuan itu hanya pantas berada dilingkungan orang-orang baik saja. Sedangnya dirinya? Hanya ora
Mendengar kenyataan pahit membuat Leonel merasa terpukul luar biasa. Apalagi ia tak pernah menduga jika selama ini Marinka bukanlah orangtua kandungnya. Sialnya, pria yang sangat Leonel benci justru mengalirkan darah brengseknya sangat deras kepadanya. Leonel hancur, kecewa, juga merasa patah mengetahui ini semua.Bahkan untuk pulang saat ini pun membuat Leonel merasa malu sendiri. Terlebih ia sudah sangat kejam memperlakukan Adeeva beberapa hari silam.“Bodoh! Kau benar-benar bodoh Leonel!” makinya merutuk.Tak lama sosok Elizabeth pun datang dengan cengiran khasnya. Perempuan itu langsung duduk di sampingnya dan mencium pipi seperti biasa.“Kenapa kau sangat kacau sekali habis berhadapan dengan wanita antah berantah itu? Apa kau kalah darinya?” cecar Elizabeth ingin tahu hasil perseteruan Leonel dengan Adeeva itu.Tak memedulikan pertanyaan Elizabeth membuat Leonel segera bergegas pergi untuk menanyakan kebenaran kepada Ma
Adeeva merasa kesal diabaikan terus menerus hingga akhirnya ia segera bergegas pergi ke kamar mengambil ponsel untuk menghubungi seseorang.Terlebih setelah mengeluarkan segala unek-uneknya kepada Leonel, pria itu tidak menanggapi sedikitpun dan justru memilih pergi meninggalkannya tanpa belas kasihan sedikitpun.Adeeva menghubungi Emilia untuk menemani dirinya malam ini karena merasa sangat benar-benar frustasi dengan kehidupan yang dijalaninya ini.Setelah menelepon dan berjanjian dengan Emilia di salah satu bar kota, kini Adeeva segera mengganti pakaiannya. Adeeva menatap gaun berwarna merah terang dengan belahan paha yang begitu sangat tinggi sekali. Tak hanya itu saja, pakaiannya pun mengusung belahan dada yang cukup terbuka dan punggung yang terbuka. Hanya ada ikatan dua saja di belakang punggung.Adeeva segera mengambil dan memakainya. Tak lupa juga ia berdandan selayaknya jalang. Adeeva memakai make-up tebal, dan lipstik merah cabai yang sangat be