Mengingat pagi ini tak ada stok makanan membuat Kiki dan Ryan memutuskan untuk sama-sama sarapan di luar apartemen. Mereka berdua sarapan di salah satu restoran yang buka pukul tujuh pagi.
“Kamu hari ini pulang jam berapa?”
“Kayaknya aku bakalan pulang malam lagi, kenapa?”
Kiki langsung mengembuskan napas kasar kala mendengar Ryan mulai sibuk kerja. Bahkan pulangnya juga malam terus. Padahal pengantin baru kan pengin asik-asik di rumah eh apartemen ding.
“Mau ajakin belanja bulanan.”
“Kamu belanja sendirian bisa kan? Bentar aku transfer dulu.”
Ryan pun langsung mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. Ia langsung menuju ke akun bank dan mentransfer sejumlah uang ke nomor rekening milik Kiki.
Kiki sendiri langsung mengambil ponselnya dan membuka notifikasi. Ia terkejut dengan nominal yang Ryan kirimkan ke rekeningnya.
“Ini banyak banget, aku masih punya uang kok.&rdq
Keringat segede biji jagung pun udah membajiri dahi perempuan yang habis melakukan bulan madu itu. Siapa lagi kalau bukan Kiki. Ia merasa deg-degan karena boss yang sudah dihindari selama ini ternyata ketemu di waktu yang tak terduga seperti ini. Kiki merasa detakan jantungnya terpacu lebih cepat dari biasanya.“Mel, ini ada sekertaris kamu ke sini jengukin Mamat,” adu Kaila sambil tersenyum manis di depan Melviano.“Oh.”“Dia kasih kado buat Mamat. Nggak tahu deh isinya apaan, aku buka ya, Shakira.”Kaila langsung membuka kado yang diberikan Kiki untuk Matheo. Ia masih merasa deg-degan banget karena melihat bossnya tengah menggendong bayi tapi matanya melotot ke arah bungkus kado.“Whoa, robot sama mobil-mobilan ternyata,” kata Kaila.“Ah paling murah itu,” sahut Melviano yang membuat Kiki merasa sakit hati. Nggak di rumah nggak di kantor kenapa mulutnya pedes banget, ya.&l
Kiki langsung menggunakan matanya sebagai alat komunikasi dengan Mbak Sila. Tapi, anehnya Mbak Sila justru semakin terkikik geli.“Nggak usah tegang, Ki, yang datang bukan si boss kok,” ceplosnya yang membuat mata Kiki tambah melotot tajam.Dengan gerakan perlahan pun Kiki menoleh dan langsung mendengkus kesal. “Bang Rinto!”“Hehehe, ngapa sih?”“Bikin jantungan tahu nggak sih,” ujar Kiki.“Makanya jangan suka gibah.”“Pret! Dia aja kalau habis kena semprot suka ngedumel, Ki, ngehe lo.”Rinto terkekeh sambil menggaruk rambut belakangnya. Ia menatap ke arah tangan yang terdapat arloji. “Udah jam istirahat nih, masih aja ngegibah mulu. Makan kuy,” ajaknya sambil mengusap perut yang lumayan terlihat buncit itu.“Gue udah beli nasi padang, Bang. Jadi istirahat dalam ruangan aja. Kapan lagi bisa acak-acak ruangan Mbak Sila.”
Kiki merasa kesal dan tentu kasihan dengan Joko yang tiba-tiba pingsan gara-gara dibentak oleh boss dakjal. Dengan tekad berani yang sudah terkumpul dalam dirinya membuat Kiki langsung berdiri dan menghadapi sosok boss menyebalkan itu.“Mr ini benar-benar nggak punya hati, ya. Seenaknya masuk ruangan Ibu Sila tanpa ketuk pintu dulu dan permisi kek, apa kek, main nyelonong aja kayak nggak punya etika banget sih. Mr inikan boss harusnya memberikan contoh yang baik untuk karyawannya dong,” oceh Kiki berapi-api bahkan rasa takutnya mendadak hilang dalam sekejap mata. Tapi, setelah selesai mengucapkan kalimat panjang lebar barusan mendadak jiwa warasnya datang.‘Wadaw mampus! Bakalan dipecat nih gara-gara membela si Joko kampret,’ batin Kiki.Berbeda dengan anak gibah squad lain yang benar-benar tak berani menatap ke arah Melviano. Semuanya diam saja tak menolong Joko sama sekali. Mereka saat ini tengah berjuang menyelamatkan diri masing-masin
Setelah jam istirahat selesai pun membuat Kiki langsung segera pamit pergi dari kantor. Sebelum meninggalkan kantor tentu dirinya sudah membagikan oleh-oleh yang dibelinya dari Swiss untuk anak-anak gibah squad.Kini Kiki tengah dalam perjalanan menuju ke salah satu supermarket yang terdapat di Jakarta selatan. Ia hari ini akan belanja beberapa kebutuhan dapur dan apartemennya. Mengingat suaminya yang sibuk lembur bekerja membuat dirinya terpaksa belanja sendirian seperti ini.Padahal Kiki sudah merasa senang membayangkan akan belanja bulanan bersama suami tercinta. Apalagi adegan seperti ini sering sekali ia tonton di drakor-drakor kesayangannya.Sesampainya di supermarket membuat Kiki langsung segera turun dan tak melupakan membayar ongkos taksi itu. Ia pun berjalan ke arah tempat troli dan mengambilnya satu.Di saat lagi asik-asik memilih kebutuhan untuk cucian pakaian, dari arah depan troli milik Kiki ditabrak seseorang dengan sangat sengaja.B
Merasa sudah cukup rebahan, kini Kiki langsung berjalan menuju ke arah dapur untuk menata belanjaan yang baru saja dibelinya.Kurang lebih sejaman untuk menata segala kebutuhan dapur dan kebutuhan lain, Kiki akhirnya bernapas lega karena sudah selesai dengan rapi. Ia menoleh ke arah jam dinding yang terpampang di sana yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Ternyata beres-beres apartemen membuat ia tak sadar akan waktu yang terus bergulir.Sebelum nanti memasak untuk makan malam dirinya juga suami, Kiki bergegas untuk mandi terlebih dulu karena merasa tubuhnya sudah tak terasa lengket meski di dalam apartemen terdapat Ac tetap saja aktifitas berlebih membuat dirinya berkeringat.Kring ... kring ... kring.Bunyi suara telepon apartemen membuat Kiki menghentikan aktifitas mandinya. Ia mengulir keran shower agar berhenti. Kiki mencoba memasang telinga untuk memastikan kalau pendengarannya tak salah.Kring ... kring ... kring.Mendengar
“Gimana enak nggak?”“Hmm, enak banget.”“Mau nambah?”“Boleh sayang.”Kiki pun langsung mengambil lauk kembali untuk ditaruh di atas piring Ryan. Ia benar-benar bahagia sekali karena hasil masakannya dimakan lahap oleh Ryan.Apalagi saat ini yang dilakukan Kiki hanya memperhatikan suaminya yang tengah menyuapkan makanan ke dalam mulut. Sampai Kiki tak terasa kalau mulutnya ikut melongo.“Kamu nggak makan?”“Hah?” Kiki terkejut mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Ryan. “Aku udah kenyang,” jawabnya sambil meringis.“Kenyang?” kening Ryan mengerut heran sambil menatap ke arah Kiki. “Emang kamu udah makan duluan apa gimana?”Kiki menggeleng. “Belum, cuma aku ngelihatin kamu makan udah ikutan kenyang duluan.”Ryan berdeham, ia pun langsung mengambil nasi kembali ke atas piringnya. Ia menoleh ke a
Kiki memandangi pintu kayu itu dengan tatapan takut juga gerogi. Meski sudah sah menjadi menantu tetap saja ada perasaan risih.“Mas.”“Hmm, kamu usahain pulang ya habis meeting di Bandung. Masa aku nginep sendirian sih.”“Iya sayang aku usahakan pulang.”“Aku masih kaku sama Mama Nina soalnya. Masih canggung gitu soalnya.”“Iya aku paham kok, makanya kamu harus bisa ajak ngobrol Mama. Yuk turun,” ajak Ryan yang sudah membuka pintu mobilnya.Hal yang dilakukan Kiki sebelum turun dari mobil itu mengambil napas panjang dan mengembuskan perlahan-lahan. Kiki melakukan ini berkali-kali sampai dirinya merasa rileks.Saat membuka pintu mobil pun Kiki tak lupa merapalkan segala doa supaya hatinya bisa tenang. Melihat suaminya mengulurkan tangan membuat Kiki segera meraihnya dan mereka berdua akhirnya jalan bersama menuju ke arah pintu utama.Tok. Tok. Tok.Mereka
Kiki langsung menghentikan ucapannya kala mendengar suara mertuanya yang memanggil Surya untuk segera mengantar ke acara arisan itu. Kiki benar-benar tak habis pikir dengan pola pikir mereka berdua.“Surya, ayo anter Mama,” teriak Nina yang sudah siap. Dengan cepat pula Surya melepas pergelangan tangan Kiki.Saat ini Kiki masih sangat syok. Kiki merasa harus telepon Ryan untuk kasih tahu hal penting ini, atau kasih tahu Mama Nina saja?“Ma—““Jangan bilang, lo bilang taruhannya pernikahan lo sama Ryan,” ancam Surya dengan suara yang menyerupai bisikan namun penuh tekanan.Kiki pun hanya bisa menelan ludahnya susah payah saat ini. Terlebih jika dirinya masih di rumah ini dengan Cantika dan Surya yang akan kembali nanti akan sangat berbahaya. Kiki harus segera pergi secepatnya. Bila perlu datang ke kantor Ryan untuk cerita semuanya. Sepertinya Ryan belum berangkat ke Bandung mengingat ini masih cukup pagi. Da
Malam ini tepat pukul delapan Leonel sudah berada di rumah Adeeva kembali setelah tadi istirahat sebentar dan cari makan bersama Adeeva.Sebelum menemui kedua orangtua Adeeva kembali, tadi mereka berdua sudah berdiskusi tentang budaya di Indonesia jika akan menikah. Adeeva sudah menjelaskan semua jika di negaranya banyak tata cara jika ingin mempersunting anak orang. Berbeda dengan budaya milik Leonel.Dan kini Leonel sudah duduk berhadapan dengan Ryan yang baru saja pulang dari kantor. Tadi siang istrinya memang menelepon jika putrinya pulang membawa pacar namun saat siang tadi Ryan tak bisa pulang.Sebelum mengobrol, Ryan berdeham terlebih dulu sambil mengamati dan menatap Leonel lekat-lekat.“Kau sudah berapa lama kenal dengan putriku?” Ryan mulai mengeluarkan pertanyaan untuk Leonel.“Baru ini, pas Adeeva kerja di Joeyi.”Ryan mengusap-ngusap dagunya pelan. Meski sudah tua tapi kharismanya tidak pernah luntur. Buk
Benar dugaan Adeeva jika yang datang itu grandma-nya. Bahkan yang lebih mengejutkan lagi grandma-nya memakai wig berwarna pirang.“Adeeva … cucu grandma,” sapanya heboh.Adeeva sendiri hanya meringis dan melihat kelakuan sang grandma yang semakin tua semakin jadi aja.“Uwow, tampan sekali itu Adeeva. Dia pacar kamu kan?” tanya sang grandma antusias dan dijawab Adeeva dengan anggukan saja. “Oh no … ini benar-benar bibit unggul! Pokoknya segerakan menikah,” imbuh grandma benar-benar tanpa tedeng aling-aling.Dan tanpa malunya sang grandma langsung ngajak salaman kepada Leonel yang ditatap bingung. Sedangkan Adeeva hanya terkikik geli melihat Leonel digoda oleh grandma-nya.Tak lama Kiki keluar dari arah dapur sambil membawa bakwan yang baru selesai matang. Dari pada beli belum tahu enak apa enggaknya mendingan buat lagi.“Hai, your name?”Grandma yang bahasa inggrisnya campur
Jakarta, Indonesia.Setelah sepakat dan berdiskusi yang terlalu alot kemarin, akhirnya Adeeva dan Leonel tiba di tanah kelahiran Adeeva.Mereka kini sudah sampai Jakarta setelah menempuh perjalanan yang membuat keduanya lelah. Sepanjang jalan menuju rumah pun Adeeva selalu diam membisu karena mengingat seminggu yang lalu jika dirinya dan Leonel selalu terbawa suasana hingga sering melakukan kissing.Lebih sialnya lagi Adeeva tidak sanggup menolak karena pria itu benar-benar pandai mengusai dirinya hingga luluh dan takluk.Dan kali ini rasanya pengin menjerit yang keras karena merasa gagal untuk mempertahankan diri di hadapan Leonel. Sial.“Wah, sangat panas sekali di sini.”Mendengar keluhan Leonel tentang iklim Indonesia pun membuat Adeeva mendengkus sebal. Dan lebih parahnya kulit Leonel sudah mulai tampak merah-merah seperti terbakar. Padahal belum genap 24 jam hidup di Negara tercintanya tapi sudah seperti cacing kepanasan.
Saat ini Adeeva dan Leonel sudah berada di kediaman Marinka. Dan tentu saja kedatangan Adeeva disambut hangat oleh Marinka.Bahkan ada sebersit rasa kasihan saat melihat Marinka begitu baik kepada Adeeva. Namun ini merupakan jalan yang terbaik untuk membahagiakan mommy-nya.“Dear, aku merindukanmu.”“Aku juga Mom.”“Aku tidak berbicara denganmu. Aku berbicara dengan Adeevaku.”Glek.Leonel hanya menelan ludahnya saja saat mommy-nya lebih sayang dengan Adeeva. Bahkan kini mommy-nya sudah memeluk Adeeva penuh kasih sayang. Sedangkan dirinya diabaikan begitu saja. Sialan! Sebetulnya anak mommy itu siapa sih? Adeeva atau dirinya?“Mom, kau tidak merindukan putramu yang tampan ini?”“Tidak.”Adeeva langsung terkekeh begitu puas mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Marinka hingga wajah Leonel langsung berubah begitu pias.Bahkan Adeeva melihat jika Leonel la
Telinga Adeeva terasa berisik-berisik mendengar sesuatu tapi apa. Bahkan matanya saat ini untuk terbuka saja sangat berat sekali.Sebisa mungkin Adeeva melawan alam bawah sadarnya agar bisa membuka matanya dan dengan gerakan perlahan Adeeva mulai membuka mata.Mata Adeeva menangkap banyak sosok orang mondar mandir namun pandangannya masih terasa remang-remang. Memang manusia mana yang berani masuk ke apartemennya sekarang?Disaat sudah terbuka dengan sempurna, Adeeva terkejut dengan sosok Leonel yang tengah tersenyum menatapnya sambil bertolak pinggang menatapnya. Bahkan tubuhnya kini menjulang begitu tinggi di mata Adeeva.“Kau.”“Sudah puas tidurnya?”Merasa belum sadar seratus persen membuat Adeeva langsung mulai duduk dan merasakan ada selimut di atas tubuhnya. Pasalnya tadi pagi ia langsung pergi keluar kamar karena emosi dengan sikap Leonel yang mengusai kamarnya.“Kau masih di sini.”&
Hari ini rasanya nano-nano bagi Adeeva. Dikantor dibuat kesal sekaligus kebawa suasana sama sikap Leonel. Dan sekarang ia lagi bersama Danis untuk makan malam bersama.Gimana mau nolak coba? Orang kalau udah suka sama cinta itu langsung mendadak jadi bego. Padahal udah tahu bakalan sakit hati tapi tetap aja mau dijalani begini. Harusnya menghindar Adeeva! Bodoh kamu.Selain merutuki diri sendiri kini Adeeva juga tersenyum senang karena menikmati makan bersama Danis. Sikap manis Danis yang selalu mengusap bibirnya jika berantakan saat makan pun membuat Adeeva semakin meleleh. Baper parah.“Makasih, Kak.”“Sama-sama. Meski udah gede tapi kamu kalau makan masih tetap kayak waktu kecil. Berantakan. Belepotan.”Adeeva hanya meringis saja mendengar ucapan Danis. Bahkan Adeeva bingung mau ngomong apa. Karena menatap Danis mengubah otak cerdasnya menjadi bego begini.“Besok Kakak pulang.”“Hah, kok ce
“Kau sekarang di mana?”“Di kedai bersama Emilia.”“Sebaiknya cepat kembali ke kantor.”“Oh no, ini jam istirahatku Josh.”“Atasan kita marah besar soalnya.”“Siapa memangnya?”“Tuan Rudolpho.”“Oh no, katakan dengan dia ini jam istirahat hingga tak bisa diganggu.”“Cepat kembali Adeeva! Atau kau akan aku pecat!”Adeeva mendengar ancaman yang dilontarkan Josh langsung berdecak kesal. Kenapa orang yang berkuasa suka sekali mengancam kaum bawah sepertinya sih.“Ya, aku segera ke sana. Dan aku sangat membencimu Josh!” teriak Adeeva kemudian mematikan sambungan telepon dengan kesal.Deru napas Adeeva terdengar jelas di telinga Emilia hingga membuat perempuan itu langsung bertanya apa yang terjadi.“Ada apa?”“Josh memintaku kembali ke kantor.”&ldqu
Danis langsung tersenyum dan mengacungkan tanda jempol ke arah Adeeva sebagai penilaian teh buatan adiknya ini rasanya enak.Melihat itu membuat Adeeva langsung merasa senang bukan kepayang. Padahal hanya dipuji teh-nya enak saja, bagaimana jika dicintai balik coba? Pasti Adeeva akan menjadi manusia paling bahagia sedunia kayaknya.Setelah menghabiskan satu cangkir teh, Danis langsung pamit pergi yang membuat Adeeva merasa tampak kecewa juga sedih.“Jaga diri baik-baik.” Danis selalu berpesan itu untuk Adeeva karena bagaimanapun Adeeva hanya gadis kecil yang mencoba menjadi dewasa. “Bye.”Adeeva hanya menatap diam kepergian Danis dari apartemennya. Entah dia harus melakukan hal ini atau tidak yang pasti Adeeva tidak ingin membuang kesempatan ini.“Kak Danis,” panggil Adeeva yang langsung berlari dan memeluk Danis erat. Lain hal dengan Danis yang terkejut dengan sikap Adeeva. Melihat adiknya semakin mempererat pel
Satu minggu kemudian.Sudah hampir satu minggu ini Adeeva dan Leonel tidak pernah bertemu satu sama lain. Bukan karena mereka bertengkar atau habis baku hantam. Tapi keduanya sama-sama sibuk bekerja, dan Leonel juga habis dari Moskow. Dia mendatangi Darrel Blaxton yang memang sudah pindah warga Negara di sana bukan lagi di Los Angeles.Dan hari ini Leonel pulang dari Moskow. Hal utama yang ingin dilakukannya pas sampai bandara itu mengunjungi Adeeva.Entah kenapa sikap galak dan barbarnya membuat kangen. Ada rasa sepi yang hinggap di dadanya selama di Moskow.Biasanya Leonel akan memilih pulang ke apartemennya namun khusus malam ini dia langsung pergi ke apartemen Adeeva. Apalagi pertemuan terakhir mereka saat makan bersama di restoran cepat saji itu. Niat ingin menginap waktu itupun Leonel batalkan karena ada telepon mendadak yang membuat esoknya terbang ke Moskow.Selama perjalanan menuju ke apartemen pun Leonel tak henti-hentinya tersenyum memba