Share

Kado Anti-mainstream

Penulis: Sity Mariah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-29 16:22:34

Setelah menikmati makan malam, aku mengangkat piring-piring kotor ke bak wastafel dan mencucinya segera. Sedangkan Bang Fahad masih duduk di meja makan, lanjut memakan kue klepon pemberian Rakana. Semoga saja kue itu bersih tanpa campuran apapun yang Rakana tambahkan.

"Kapan tes masuk universitasnya, Chi?" tanya Bang Fahad di meja makan sana.

"Hari Sabtu jam sepuluh, Bang."

"Sudah menguasai materinya?"

Aku mengangguk pelan. "Aku ambil jurusan yang sama dengan kuliah sebelumnya. So far, ga ada masalah."

"Hmmm. Baguslah. Oh ya, tolong bawakan teh hangat, ya?" pintanya.

"Iya, Bang." Aku yang sudah selesai dengan piring-piring kotor tadi, langsung mengeringkan tangan. Lalu membuatkan teh hangat permintaan Bang Fahad.

Aku kembali ke meja makan, tapi entah bagaimana, kakiku tersandung ujung meja. Air dalam gelas tumpah, mengarah tepat pada Bang Fahad di hadapanku. Setengah air tehnya, tumpah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Sity Mariah
Ceritanya masih bersambung kk
goodnovel comment avatar
Ummi Hanipa
ceritanya ngk tuntas
goodnovel comment avatar
Abi Sarah
modus banget sih bang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Saya Akan Menunggunya

    Aku menelan saliva mendengar ucapan Bang Fahad yang terdengar santai tapi juga serius."Cucu ...? Ma—maksud a—bang anak bayi?" tanyaku terbata-bata."Huumm. Mama Papa saya belum punya cucu. Mereka sudah sangat ingin menjadi Oma dan Opa. Pasti mereka senang kalau saya bisa memberikan mereka cucu."Aku kembali menelan ludah. "E ... tapi, Bang. Itu 'tuh bukan sembarang kado. Tapi itu makhluk hidup. Menghadirkannya gak mudah. Harus diadon dulu. Emm, maksudku harus diproses dan itu bukan kue donat yang sudah diketahui takaran adonannya." Astaga, ngomong apa sih aku ini?Bang Fahad malah terkekeh. "Iya, kamu benar sekali. Kita tidak bisa asal-asalan membuat adonannya. Kita harus pakai ilmu biologi, fisiologi, genetika bahkan melibatkan ilmu psikologi agar bisa menghasilkan embrio yang berkualitas dan melahirkan generasi bernilai."Astaga.Sudah seperti perencanaan proyek besar saja memakai berbagai macam ilmu.Aku membasahi bibir yang terasa kering. "Ta—tapi, Bang, a—aku—"Ucapanku menggant

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Tidak Bisa Memungkiri

    Film berlangsung kurang lebih sekitar sembilan puluh menit. Aku bersama Bang Fahad lantas keluar dari gedung teater, berbarengan dengan para pengunjung lain. Menyusuri mall yang mulai sepi karena waktu memang makin malam.Sejak keluar dari teater, Bang Fahad tidak melepaskan pegangan tangannya padaku. Entah kenapa, aku juga tidak mau menariknya. Membiarkan tangan besarnya itu menuntunku menyusuri lantai mall untuk segera menuju parkiran lalu pulang. Sampai tiba-tiba langkahnya terhenti begitu saja."Kenapa, Bang?" tanyaku yang masih berdiri di sebelahnya.Bang Fahad menoleh padaku tapi tak lama. Ia menggerakkan kembali kepalanya hingga menoleh ke arah yang berbeda. Aku melongokkan kepala, ingin tahu apa yang dia lihat. Dan aku malah melotot dibuatnya."Abang!" Aku memekik. Sedangkan Bang Fahad menatapku lagi dengan satu sudut bibir tertarik. Menciptakan senyuman jahil di wajahnya."Beli yuk, Chi?" ajaknya membuatk

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Mulai Mengisi Ruang Hati

    Aku terbangun karena rasa haus yang tiba-tiba menyerang. Mataku membuka perlahan, mencoba menyesuaikan diri dengan ruangan yang hanya diterangi cahaya temaram dari lampu tidur. Aku mengerjap beberapa kali, menatap sekeliling yang terasa aneh.Perlahan aku lantas bangkit, mengerutkan kening sambil memperhatikan detail ruangan. Tempat tidur ini lebih besar, lemari pakaian di sudut juga lebih besar dari yang biasa kulihat. Di atas meja kecil dekat tempat tidur, ada beberapa barang pribadi milik Bang Fahad—jam tangan, kunci motor, dan beberapa buku kecil.Ini kamar utama, kamar yang ditempati Bang Fahad.Seketika wajahku memanas. Bagaimana bisa aku tidur di sini?Ingatanku berusaha mengulang kejadian sebelumnya. Yang terakhir kuingat, aku tertidur di motor saat pulang dari bioskop. Aku juga ingat, jika Bang Fahad yang menggendongku dari garasi hingga masuk rumah.Jadi, dia memindahkanku ke sini? Kenapa malah ke kamarn

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Gak Mau Lihatin ke Saya, gitu?

    Matahari pagi menyusup lewat celah gorden. Aku baru saja kembali ke dalam rumah usai mengantar Bang Fahad berangkat dengan mobilnya.Aku langsung menuju dapur dan membereskan meja makan bekas kami sarapan. Jika awalnya aku merasa tidak suka dan merasa sudah seperti pembantu karena harus mengurus rumah ini, tapi perlahan aku jadi mulai terbiasa.Selesai dengan piring kotor dan gelas bekas sarapan, aku membersihkan lantai rumah serta sofa menggunakan vacum cleaner. Setelah semua selesai, barulah aku kembali ke kamarku dan langsung mandi.Air dingin yang mengalir, berhasil mengusir lelah dan lengket yang tersisa di kulit. Setelah tubuhku bersih dan terasa begitu segar, aku melilitkan handuk dan meninggalkan kamar mandi.Membuka lemari pakaian untuk memilih baju, tapi mataku langsung berhenti pada sesuatu di dalamnya.Aku tertegun memandanginya.Paper bag hitam kecil berisi pakaian dinas malam yang Bang Fahad beli

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Belum Bisa Diwujudkan

    Aku terdiam. Rasanya darahku mengalir lebih cepat dari biasa, wajahku memanas hingga tak bisa kututupi. Aku memegangi ujung selimut lebih erat, seolah kain itu benteng terakhir yang melindungiku dari sorot matanya yang dalam. "A—aku cuma iseng aja, Bang. Cuma ... coba-coba, kok," jawabku lantas mengigit bibir. Tidak tahu harus merespon bagaimana, merasa bodoh karena lupa mengunci pintu dan bisa-bisanya malah mencoba pakaian kurang bahan ini."Terus gimana hasilnya? Gimana bayangan kamu dalam cermin? Uhh ... pasti seksi sekali istri saya ...." Bang Fahad berujar membuatku tertunduk dan tersipu."Apa ... memberikan orang tua saya seorang cucu sudah mulai kamu setujui?"Aku memalingkan wajah, berusaha menghindari tatapannya yang membuatku semakin salah tingkah. Rasanya seperti seluruh tubuhku terbakar hanya karena kata-katanya. "Bang! Udah deh. Keluar dulu, ya? Aku mau ganti baju," pintaku akhirnya, mencoba mengalihkan situasi.Bang Fahad malah terkekeh. Seakan-akan ada yang lucu dari u

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   I Wanna To Kiss You

    Langit malam membentang dengan keindahan yang memikat. Gelap pekat namun bertabur cahaya bintang yang berkilauan bak berlian di hamparan beludru hitam. Bulan menggantung megah. Memancarkan sinar keperakan yang lembut. Awan tipis melayang perlahan terkadang melintas di depannya, menciptakan bayangan halus yang menari-nari di langit.Angin malam berhembus. Di kejauhan, kerlap-kerlip lampu kota terlihat seperti lautan cahaya yang tak berujung. Di bawah naungan langit malam, mobil Bang Fahad melaju, membelah jalanan kota yang tidak begitu padat.Selesai dari toko florist tadi, Bang Fahad mengajakku makan malam di luar karena kebetulan ia ingin menikmati makanan ala resto. Selesai dari resto, ia juga mampir dulu ke masjid di pusat kota sehingga kami baru pulang pukul delapan malam.Setibanya di rumah, Bang Fahad tidak melepaskan rangkulan tangannya dari pinggangku sejak turun dari mobil dan meninggalkan teras garasi. Seakan aku tidak boleh pergi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Bisa Segera Hamil

    Namun, dengan sisa kesadaran yang kupunya, aku memberanikan diri untuk menahan dada Bang Fahad, mencoba menciptakan jarak di antara kami. Nafasku terengah saat bibirnya akhirnya menjauh, tetapi ia masih menatapku dengan mata yang menyala penuh perasaan.Bang Fahad tidak langsung menjawab. Tangannya yang masih menyentuh pipiku perlahan turun, menelusuri rahang hingga akhirnya ia menyingkirkan beberapa helai rambut yang jatuh ke wajahku. "Maaf. Saya terlalu terbawa suasana," katanya lembut, suaranya penuh penyesalan, meski matanya menunjukkan sesuatu yang lain.Aku hanya mampu menelan ludah. Tidak bisa berkata apa-apa."Ayo tidur. Besok kita harus bangun pagi," lanjutnya sambil perlahan berbaring kembali ke posisinya semula.Aku mengangguk kecil, mencoba mengatur napas. Namun, tubuhku masih terasa bergetar, bukan karena takut, melainkan karena efek dari sentuhan dan ciuman tadi. Aku berbaring membelakangi Bang Faha

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Tiba-tiba Ngidam

    Si pemuda remaja masjid itu terlihat kaget melihatku yang tersedak. Ia pun buru-buru pamit dengan sopan, meninggalkan aku dan Bang Fahad. Aku yang masih terbatuk-batuk, mencoba menenangkan diri dengan meminum sisa es cendol. Sementara itu, Bang Fahad hanya menatapku dengan tenang, seolah apa yang baru saja ia katakan bukanlah sesuatu yang mengejutkan.“Pelan-pelan makannya, Chi,” ucapnya sambil menepuk punggungku dengan lembut.Aku menoleh padanya, wajahku memerah, entah karena malu atau kesal. “Bang, kok bilang gitu ke orang lain?”“Bilang apa?” jawabnya polos sambil kembali menikmati mi baksonya.Aku memelototinya, meskipun tahu reaksiku ini mungkin tidak berpengaruh apa-apa padanya. “Soal doa tadi!”“Oh, soal kamu bisa segera hamil?” tanyanya santai. “Kenapa? Salah?”“Bukan salah, tapi...” Aku menunduk, bingung harus menjawab apa. Rasanya ingin marah, tapi aku juga tidak bisa memungkiri ada sesuatu di hatiku yang terasa hangat saat mendengar ucapannya. Seolah ada harapan yang sungg

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05

Bab terbaru

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Bukti

    Aku membuka mata. Rasanya tubuhku makin tidak karuan saja. Aku mengedarkan pandangan, dan ternyata aku berada dalam kamarku di lantai atas. Mungkin Papa yang sudah membawaku, karena usai Bang Fahad pergi, tubuhku limbung tak terkendali.Aku meraba dahi, mendapati kompres instan yang menempel. Menyentuh leher dan tubuhku memang lebih hangat dari biasanya."Mba sudah sadar?" tanya pembantu rumah yang duduk di sampingku terbaring.Aku mengangguk lemah sebagai jawaban. "Sekarang jam berapa?""Jam delapan malam, Mba.""Mama sama Papa mana?""Bapak sama Ibu pergi dulu katanya.""Ke mana?""Tidak bilang, Mba. Bapak sama Ibu berpesan, kalau Mba sudah sadar, Mba harus makan. Tadi sudah diperiksa dokter yang datang, Mba Chia demam, makanya dipasang kompres instan."Aku pun hanya mengangguk. Kondisi tubuhku rasanya naik turun dan tidak juga membaik. Aku lantas meminta pembantu rumah untuk membuatku bangkit sampai akhirnya duduk bersandar. Ketika duduk, pusing di kepalaku kembali terasa. Rasanya

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Lebih Menyakitkan Dari Apapun

    Tidak tinggal diam, aku berjalan cepat keluar dari ruangan depan rumah Mama. Menyusul Bang Fahad yang melangkah begitu lebar dan sudah sampai di halaman. Aku berlari menuruni teras seraya meneriakkan namanya. Langkahnya tampak melambat, sedangkan aku mempercepat langkah kaki.Sampai aku berhasil memeluknya dari belakang. Kepalaku rebah di punggung lebarnya. "Bang, jangan seperti ini. Kenapa Abang gak percaya sama aku?" tanyaku dengan suara lirih. Jujur saja, sebenarnya aku tidak begitu bertenaga. Tubuhku rasanya lelah sekali, tapi aku tidak mungkin membiarkan Bang Fahad pergi begitu saja.Laki-laki yang tengah kupeluk ini hanya bergeming tanpa reaksi. Tidak ada pula yang keluar dari mulutnya.Air mataku sudah tidak bisa dibendung. Hingga kubiarkan jebol dan membasahi pipi. "Aku hanya mencintai Abang. Sedikitpun aku gak pernah terpikirkan untuk kembali pada Raka apalagi sampai berselingkuh dengan dia. Tolong, percaya padaku, Bang," ucapku coba menjelaskan kembali. Kuharap, dia mau mend

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Beri Waktu

    "A—apa maksudnya?" Napasku rasanya tercekat di tenggorokan. Suaraku melemah. Tidak mengerti dan mencoba mencerna apa yang disampaikan penjaga rumah.Mungkinkah Bang Fahad mengusirku? Atau ... dia ingin menyudahi mahligai rumah tangga kami?"Saya tidak tahu, Mba. Tuan hanya berpesan sebelum pergi, untuk menyampaikan pada Mba Chiara, kalau Mba tidak diizinkan masuk ke dalam rumah. Dan menyampaikan kalau Tuan ada di rumah orang tuanya Mba," jawab si penjaga rumah menambah keresahan dalam hatiku.Aku mengusap wajah dengan kedua tangan. Kakiku sebenarnya lemas sekali, tapi dipaksa kuat karena keadaan yang membingungkan dan harus kuhadapi.Kutarik napas panjang, melirik pada koper-koper milikku yang sudah berada di luar pagar. "Pak, titip dulu kopernya. Aku ke rumah orang tuaku dulu pakai ojeg online," pintaku pada si penjaga rumah."Baik, Mba."Aku menjauh dari depan pagar. Memesan ojeg online dengan cepat melalui ponsel. Menunggunya dengan perasaan tak menentu. Hingga berselang sepuluh me

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Pemenangnya Tetap Masa Lalu

    Aku tidak tahu apa yang sudah terjadi, tapi yang kurasakan tubuhku rasanya begitu lemas. Kesadaranku mulai pulih. Aku membuka mata yang rasanya teramat berat. Langit-langit kamar yang putih membuatku merasa ingin kembali memejam, karena artinya aku sudah di rumah.Meski mataku terpejam, aku bisa merasakan kalau sekarang tubuhku sudah terbaring di atas kasur empuk dengan selimut yang menutupi. Hingga turut kurasakan, tangan yang membelai rambutku lalu kecupan yang mendarat di kening. Namun karena keadaan, aku enggan membuka mata.Aku memilih mengubah posisi, membawa tubuhku berbaring miring lalu memeluk pinggang Bang Fahad. Merasakan kehangatan yang menjalari tubuh, meski hawa tubuhku sendiri rasanya panas. Aku membawa wajah ini tenggelam di dadanya. Menelusup mencari tempat paling nyaman yang selalu kudapatkan darinya.Tangannya kembali mengusap kepalaku, membelai rambutku, sentuhannya begitu lembut dan membuatku merasakan nyaman berkali lip

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Melayang

    Dua Minggu berlalu, Bang Fahad benar-benar menepati ucapannya. Dia selalu menungguku hingga selesai kelas dan baru pergi ke kantornya setelah mengantarku dengan aman sampai ke rumah. Aku seperti anak TK yang harus ditunggui tiap jam belajar. Tapi dengan seperti itu, aku benar-benar terbebas dari gangguan Rakana. Sejak Bang Fahad dengan setia menungguiku, Rakana memang tidak pernah lagi menemuiku. Membuat hidup ini terasa lebih tentram kembali.Pagi ini seperti biasanya aku tengah menyiapkan sarapan untuk kami berdua. Dua cangkir teh hangat beserta sandwich roti panggang sudah tersaji. Aku menunggu di meja makan, menatap cangkir teh di depanku yang masih mengepulkan asapnya.Tanganku mengarah ke belakang, menyentuh leher lalu mengusap pundak dan memijatnya pelan. Rasanya tubuhku meriang dan sedikit lemas, entah kenapa tapi kemarin aku masih baik-baik saja."Kenapa, Chi?" Bang Fahad datang dan langsung bertanya.Aku menggerakkan kepala ke kanan serta kiri. "Tiba-tiba aku meriang, Bang,"

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Pelangi di Hidup Saya

    Aku menatapnya heran. Penampilannya siang ini mirip eksekutif muda. Aku heran karena penampilannya kali ini benar-benar jauh berbeda dari sebelumnya, saat bertemu terakhir dengannya di toko florist hari itu.Trek!!!Aku tersentak saat Rakana menjentikkan jarinya di depan wajahku."Chi? Gak usah terkesima gitu lah lihatin aku," ucapnya dengan senyuman yang terukir. "Ayo, aku antar kamu pulang."Aku menggeleng cepat. "Gak usah ge-er kamu! Dan gak perlu repot-repot, aku gak mau dianter kamu!" tegasku lalu bergeser, ingin segera berlalu darinya.Namun tiba-tiba pergelangan tanganku dicekal, hingga langkahku terhenti. Aku coba menariknya agar terlepas, tapi Rakana menahannya kuat."Lepas, Raka!" Bukannya melepaskan, Raka menarik tubuhku hingga berhadapan lagi dengannya. "Jutek banget sih, Chi? Aku udah gak jadi OB lagi. Mobil aku punya, kerjaanku juga sekarang jauh lebih bagus, kamu lihat p

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   I Will Devour You, Darl

    Bang Fahad sudah merebahkan tubuhku mengisi kursi belakang mobil saat ini. Dia masih menciumku dengan seduktif. Kedua tanganku menahan dadanya. Pikiran serta respon tubuhku mulai bertolak belakang. Pikiran ini menolak tapi respon tubuhku justru berkhianat."Bang ...," bisikku saat ia melepaskan bibirnya. Namun itu tidak lama, karena dia menciumku kembali. Kali ini bahkan lebih dalam. Tubuhku panas dingin dibuatnya."Bang, jangan di sini," ucapku saat ciumannya sudah berpindah ke leher."Terus di mana, Sayang?" balasnya dengan suara parau, namun ia tidak menghentikan aktivitasnya itu."Di rumah," jawabku dengan napas tersengal."Saya maunya di sini," timpal Bang Fahad yang sudah merambat turun ke dadaku."Tapi ... ini di jalan, Bang. Malu nanti kepergok orang," sahutku coba menyadarkannya. Walau aku sendiripun sudah terpancing dengan sentuhan liarnya itu."Gak masalah, kita bukan pasangan mesum, kita suami istri kok," jawabnya tak mau kalah."Tapi, Bang——" Ucapanku tertahan, saat Bang

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Belum Siap Jadi Ibu

    Pukul setengah sebelas malam, aku dan Bang Fahad baru pulang dari rumah Mama dan sedang di dalam mobil. Satu jam sebelumnya kami baru pulang dari mall, itupun dengan Mama yang tidak hentinya menelpon Mba Lin agar segera pulang karena dia sudah rindu pada dua cucunya.Di perjalanan pulang, sekilas aku melihat pada Bang Fahad yang sedang menyetir. Wajahnya terlihat berseri dengan senyum kecil yang tersungging."Abang kenapa? Kok senyum-senyum gitu?" tanyaku penasaran.Bang Fahad menggeleng pelan. "Gak papa, saya inget tadi jalan-jalan sama keponakan kamu. Keira walaupun baru enam tahun, tapi dia udah pintar dan tanggap. Kalau Keshara, moody-an banget anaknya," jawabnya terdengar bahagia dan antusias. "Rasanya seneng aja gitu jalan-jalan sama mereka."Aku memiringkan duduk hingga menghadap padanya dengan kepala masih dibiarkan bersandar. Jujur saja aku lelah sudah berkeliling mall bersama Mba Lin tadi. "Emm ... Abang pengen punya anak juga?"

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Simulasi

    Hampir satu jam berkutat di dapur, makanan akhirnya tersaji memenuhi meja makan. Mba Lin lepas tangan, dia hanya membuat puding buah sebagai dessert dan membiarkanku memasak beberapa menu sendirian.Mba Lin dan anak-anaknya sudah mengisi meja, begitu pula denganku dan Bang Fahad yang duduk bersisian. Aku pun mulai mengisi piring makan Bang Fahad lalu menyajikannya. Berlanjut mengisi piring makanku sendiri. Sedangkan Mba Lin sudah selesai menyiapkan untuk Keira makan sendiri, sementara Keshara makan di piring yang sama dengannya.Kami semua lantas makan bersama. Keira tampak begitu lahap, sedangkan Keshara sedikit diwarnai drama gerakan tutup mulut. Seperti kebiasaan Bang Fahad, selama makan hanya denting sendok dan garpu yang terdengar. Tidak ada obrolan selama kami makan, bahkan sampai menikmati puding buah sebagai penutupnya."Keira, gimana masakan Tante Chi, kamu kasih nilai berapa?" Bang Fahad bertanya pada Keira setelah kami semua benar-benar sel

DMCA.com Protection Status