Beranda / Rumah Tangga / DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU / Gak Mau Lihatin ke Saya, gitu?

Share

Gak Mau Lihatin ke Saya, gitu?

Penulis: Sity Mariah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-03 15:25:07

Matahari pagi menyusup lewat celah gorden. Aku baru saja kembali ke dalam rumah usai mengantar Bang Fahad berangkat dengan mobilnya.

Aku langsung menuju dapur dan membereskan meja makan bekas kami sarapan. Jika awalnya aku merasa tidak suka dan merasa sudah seperti pembantu karena harus mengurus rumah ini, tapi perlahan aku jadi mulai terbiasa.

Selesai dengan piring kotor dan gelas bekas sarapan, aku membersihkan lantai rumah serta sofa menggunakan vacum cleaner. Setelah semua selesai, barulah aku kembali ke kamarku dan langsung mandi.

Air dingin yang mengalir, berhasil mengusir lelah dan lengket yang tersisa di kulit. Setelah tubuhku bersih dan terasa begitu segar, aku melilitkan handuk dan meninggalkan kamar mandi.

Membuka lemari pakaian untuk memilih baju, tapi mataku langsung berhenti pada sesuatu di dalamnya.

Aku tertegun memandanginya.

Paper bag hitam kecil berisi pakaian dinas malam yang Bang Fahad beli
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Fariz Arifin
sllu setia menunggu klanjutanya ,kayaknya dah siap2 mau d unboxing nih Chiara
goodnovel comment avatar
Siti Hasanah
lgsg unboxing kalau udah liat...
goodnovel comment avatar
Abi Sarah
yang ada bukan semangat tp gelisah sepanjg hari bang.........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Belum Bisa Diwujudkan

    Aku terdiam. Rasanya darahku mengalir lebih cepat dari biasa, wajahku memanas hingga tak bisa kututupi. Aku memegangi ujung selimut lebih erat, seolah kain itu benteng terakhir yang melindungiku dari sorot matanya yang dalam. "A—aku cuma iseng aja, Bang. Cuma ... coba-coba, kok," jawabku lantas mengigit bibir. Tidak tahu harus merespon bagaimana, merasa bodoh karena lupa mengunci pintu dan bisa-bisanya malah mencoba pakaian kurang bahan ini."Terus gimana hasilnya? Gimana bayangan kamu dalam cermin? Uhh ... pasti seksi sekali istri saya ...." Bang Fahad berujar membuatku tertunduk dan tersipu."Apa ... memberikan orang tua saya seorang cucu sudah mulai kamu setujui?"Aku memalingkan wajah, berusaha menghindari tatapannya yang membuatku semakin salah tingkah. Rasanya seperti seluruh tubuhku terbakar hanya karena kata-katanya. "Bang! Udah deh. Keluar dulu, ya? Aku mau ganti baju," pintaku akhirnya, mencoba mengalihkan situasi.Bang Fahad malah terkekeh. Seakan-akan ada yang lucu dari u

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   I Wanna To Kiss You

    Langit malam membentang dengan keindahan yang memikat. Gelap pekat namun bertabur cahaya bintang yang berkilauan bak berlian di hamparan beludru hitam. Bulan menggantung megah. Memancarkan sinar keperakan yang lembut. Awan tipis melayang perlahan terkadang melintas di depannya, menciptakan bayangan halus yang menari-nari di langit.Angin malam berhembus. Di kejauhan, kerlap-kerlip lampu kota terlihat seperti lautan cahaya yang tak berujung. Di bawah naungan langit malam, mobil Bang Fahad melaju, membelah jalanan kota yang tidak begitu padat.Selesai dari toko florist tadi, Bang Fahad mengajakku makan malam di luar karena kebetulan ia ingin menikmati makanan ala resto. Selesai dari resto, ia juga mampir dulu ke masjid di pusat kota sehingga kami baru pulang pukul delapan malam.Setibanya di rumah, Bang Fahad tidak melepaskan rangkulan tangannya dari pinggangku sejak turun dari mobil dan meninggalkan teras garasi. Seakan aku tidak boleh pergi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Bisa Segera Hamil

    Namun, dengan sisa kesadaran yang kupunya, aku memberanikan diri untuk menahan dada Bang Fahad, mencoba menciptakan jarak di antara kami. Nafasku terengah saat bibirnya akhirnya menjauh, tetapi ia masih menatapku dengan mata yang menyala penuh perasaan.Bang Fahad tidak langsung menjawab. Tangannya yang masih menyentuh pipiku perlahan turun, menelusuri rahang hingga akhirnya ia menyingkirkan beberapa helai rambut yang jatuh ke wajahku. "Maaf. Saya terlalu terbawa suasana," katanya lembut, suaranya penuh penyesalan, meski matanya menunjukkan sesuatu yang lain.Aku hanya mampu menelan ludah. Tidak bisa berkata apa-apa."Ayo tidur. Besok kita harus bangun pagi," lanjutnya sambil perlahan berbaring kembali ke posisinya semula.Aku mengangguk kecil, mencoba mengatur napas. Namun, tubuhku masih terasa bergetar, bukan karena takut, melainkan karena efek dari sentuhan dan ciuman tadi. Aku berbaring membelakangi Bang Faha

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Tiba-tiba Ngidam

    Si pemuda remaja masjid itu terlihat kaget melihatku yang tersedak. Ia pun buru-buru pamit dengan sopan, meninggalkan aku dan Bang Fahad. Aku yang masih terbatuk-batuk, mencoba menenangkan diri dengan meminum sisa es cendol. Sementara itu, Bang Fahad hanya menatapku dengan tenang, seolah apa yang baru saja ia katakan bukanlah sesuatu yang mengejutkan.“Pelan-pelan makannya, Chi,” ucapnya sambil menepuk punggungku dengan lembut.Aku menoleh padanya, wajahku memerah, entah karena malu atau kesal. “Bang, kok bilang gitu ke orang lain?”“Bilang apa?” jawabnya polos sambil kembali menikmati mi baksonya.Aku memelototinya, meskipun tahu reaksiku ini mungkin tidak berpengaruh apa-apa padanya. “Soal doa tadi!”“Oh, soal kamu bisa segera hamil?” tanyanya santai. “Kenapa? Salah?”“Bukan salah, tapi...” Aku menunduk, bingung harus menjawab apa. Rasanya ingin marah, tapi aku juga tidak bisa memungkiri ada sesuatu di hatiku yang terasa hangat saat mendengar ucapannya. Seolah ada harapan yang sungg

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Cara Menghormati Wanita

    Mobil Bang Fahad berhenti di depan kampus. Dia mengantarku untuk mengikuti tes hari Sabtu ini."Selesai jam berapa nanti, Chi?""Belum tahu, Bang.""Ya sudah, nanti kamu telpon saya aja kalau sudah keluar. Jangan pulang naik ojeg atau taksi online. Pokoknya, saya akan jemput kamu. Sekarang saya mau ngecek kantor dulu."Aku mengangguk. "Aku masuk dulu, Bang." Tanganku terulur untuk membuka pintu mobil, tapi ternyata masih terkunci. "Bang, ini masih dikunci," ucapku sambil menoleh padanya.Bang Fahad memutar tubuhnya hingga menghadapku. "Lagian kamu main mau turun aja. Gak mau gitu ngasih saya ucapan apa dulu sebelum kita berpisah?" tanyanya yang tidak aku mengerti. Keningku mengernyit seketika."Maksudnya?" Aku benar-benar tidak mengerti.Terdengar Bang Fahad menarik napas panjang. Kedua tangannya dengan cepat menahan rahang dan langsung menyambar bibirku. Tentu saja aku terkesiap, tapi juga tidak ingin melepaskan diri. Membiarkan Bang Fahad melakukan apa yang dia mau."Gak peka!" cetu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Jangan Biarkan Saya Patah Hati

    Bang Fahad mendengkus. "Kamu terlalu percaya diri. Pergilah sebelum Abang benar-benar kehilangan kesabaran."Dengan langkah berat, akhirnya Rakana melangkah mundur dan masuk ke mobilnya sampai benar-benar pergi. Barulah aku bisa menghela napas panjang."Kamu baik-baik aja 'kan, Chi?" tanya Bang Fahad sambil memegangi kedua bahuku. Memastikan keadaanku dengan sorot mata lembut tapi juga menyimpan kekhawatiran.Aku hanya mengangguk pelan sebagai jawaban."Ayo, sekarang ke mobil. Maaf sudah membuat kamu menunggu," ucap Bang Fahad dan langsung membimbingku menuju mobil bahkan membukakan pintunya.Seakan mengerti kegelisahan yang terjadi padaku, Bang Fahad menyodorkan air mineral yang siap diminum. Aku meneguknya hingga membasahi tenggorokan dan membuatku merasa lebih baik."Lebih tenang?" tanyanya seolah bisa membaca gerak-gerikku.Aku hanya mengangguk. Mobil lantas melaju, menjauh dari hal

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Jangan Katakan Apapun

    Bang Fahad menarik diri. Sempat pandangan kami bertemu sebelum kemudian ia mengecup keningku begitu dalam. "Maaf, Chi. Dekat dengan kamu membuat saya selalu melewati batas," ucapnya seakan menyesal. Kedua tangannya masih menangkup pipiku dengan lembut.Aku menggeleng. "Melewati batas seperti apa, Bang? Bukankah kita suami istri? Bukankah aku ini sudah halal buat Abang? Batasan mana yang Abang lewati?""Saya khawatir kamu enggak nyaman."Aku kembali menggeleng. "Kalau enggak nyaman, mungkin aku udah kabur dari tadi, Bang."Laki-laki itu tersenyum manis. Jari jemarinya mengusap pipiku hati-hati. "Saya gak tahu kapan semua ini bermula, Chi. Saya enggak mengerti apa yang terjadi pada diri saya. Saya gak bisa berhenti memikirkan kamu saat kita berjauhan. Saya gak bisa tenang saat kita harus terpisah. Sampai akhirnya saya mengerti, kalau saya terlalu naif dan mungkin cemen untuk menyadari kalau apa yang saya rasakan itu ternyata cinta."

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   I love you ... Chiara!

    Rumah besar dan megah itu seperti disulap, bak aula hotel dengan dekorasi cukup mewah. Acara berlangsung cukup meriah. Banyak kerabat dan kolega Mama Papanya Bang Fahad yang hadir dan meramaikan acara. Tamu-tamu yang hadir mengenakan pakaian formal juga elegan.Usai sambutan, potong kue lalu penyerahan kado, acara berlanjut dengan makan-makan. Bang Fahad mengajakku makan di meja yang berbeda. Tidak bergabung dengan keluarganya serta Mama Papaku yang juga datang, karena dia tahu, di meja makan itu pasti akan terjadi obrolan.Barulah setelah kami selesai makan, kami mencari tempat duduk untuk menikmati kudapan lain atau bercengkrama dengan para tamu lain yang turut hadir. "Abang enggak makan yang lain?" tanyaku pada Bang Fahad yang duduk tepat di sampingku.Bang Fahad menggeleng. "Saya sudah kenyang, Chi."Aku kembali menikmati dessert yang tadi kupilih. Ujung mata lalu melirik pada tangan Bang Fahad yang melingkar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06

Bab terbaru

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Entah Kebetulan atau Hanya Skenario

    Aku menggigit bibir, menahan kepanikan yang menggelegak dalam dada. Tanganku terus menekan sisi perut Bang Fahad, berusaha mengurangi pendarahan."Pa, cepat! Kita harus segera sampai!"Mobil melaju kencang membelah jalanan sepi dini hari. Mama menangis tertahan di sampingku, menggenggam tangan Bang Fahad yang kini dingin."Fahad, bertahanlah. Tolong bertahan!" isak Mama, seolah ketakutan akan kehilangan seseorang lagi setelah Mas Althaf pergi untuk selamanya.Aku menatap wajah Bang Fahad yang semakin pucat. Perasaan aneh berkecamuk dalam dadaku. Harusnya aku tidak peduli. Harusnya aku membiarkan dia mati karena kehabisan darah.Tapi saat ini, melihatnya dalam keadaan seperti ini, jujur saja aku merasa sesak. Aku kasihan padanya. Tidak tega. Apa kebencianku hanya setengah hati? Apa aku tidak benar-benar membencinya?Mobil akhirnya berhenti dengan rem mendadak di depan rumah sakit. Papa tampak buru-buru keluar untuk meminta bantuan. Dalam hitungan detik, beberapa petugas medis datang me

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Mimpi Buruk yang Kembali

    "Apa, Chi? Tinggal di luar negeri? Kenapa tiba-tiba kamu bicara begini?" tanya Mama dengan ekspresi terkejut."Iya, Chi. Tidak ada angin dan hujan, tiba-tiba sekali kamu ingin tinggal di luar negeri. Ada apa?" Papa menimpali dengan reaksi tak kalah terkejutnya.Aku menarik napas dalam-dalam lalu mengembusnya sekaligus. Kedua tangan terangkat meraup wajah, meremas kepala kemudian barulah menatap Mama dan Papa lagi."Mama dan Papa sudah tahu, kalau Bang Fahad ada di kota ini juga. Dia ... masih terus menemuiku, Ma, Pa. Dia masih terus saja muncul di hadapanku. Dia bersikap seolah-olah ingin menebus kesalahannya di masa lalu terhadap kita. Dan tentu saja aku marah terus-terusan bertemu dia. Mama dan Papa tahu, bagaimana aku membenci dia setengah mati. Makanya, aku ingin tinggal di luar negeri. Di tempat yang jauh dan gak akan pernah bertemu lagi dengan dia," jelasku akhirnya."Kita lebih dulu tinggal di kota ini, Chi. Kalaupun harus ada yang pergi, itu bukan kamu atau kita. Tapi, ya dia.

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Aku yang Pergi!

    Pagi ini udara terasa lebih segar dari biasanya. Entah mungkin hanya perasaanku saja setelah semalam aku bisa sedikit melupakan kesedihan karena kematian Mas Althaf. Meski caranya tidak dibenarkan, tapi aku rasa itu tidak merugikan siapapun.Dengan pakaian olahraga dan earphone terpasang di telinga, aku siap keluar dari rumah untuk melakukan jogging pagi ini. Tapi belum sempat melewati pagar, Mama lebih dulu datang dan menahan kepergianku."Chi, sebentar," ucapnya dengan lembut.Aku melepas satu sisi earphone. "Ada apa, Ma?"Mama menatapku lama, seakan mempertimbangkan kata-kata yang ingin diucapkan. "Kamu pulang larut tadi malam?"Aku menghembus napas kasar. "Iya, Ma. Maaf, aku keasyikan keliling mall terus nonton di bioskopnya, enggak sadar udah larut."Mama menghela napas. "Iya, Papa juga bilang kamu pulang kemalaman karena nonton bioskop, tapi mama rasa ada sesuatu yang kamu sembunyikan."

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Jangan Lakukan Ini Lagi

    Aku melangkah cepat menuju mobil, telapak tanganku masih terasa panas setelah dua kali menampar wajah Bang Fahad. Aku ingin pergi sejauh mungkin dari laki-laki itu, tak ingin mendengar suaranya, apalagi melihat wajahnya.Namun, baru saja meraih gagang pintu mobil, seseorang menarik pergelangan tanganku dari belakang. Seketika aku menoleh dan menemukan Bang Fahad yang melakukannya. Dia mencengkram pergelangan tanganku sambil menyudutkan pada badan mobil."Kamu berpikir saya merencanakan semua ini?" tanyanya dengan suara masih tenang, tapi sorot matanya menunjukkan tidak terima.Aku mendengkus, menepis tangannya dengan kasar. "Pergi dari sini! Pergi dari hadapanku!"Bang Fahad menghela napas panjang. "Chi, kamu enggak tahu betapa khawatirnya saya ketika melihat kamu tadi. Kenapa kamu berpikir kalau saya mengenal orang-orang itu?"Aku tertawa sinis. "Khawatir? Jangan pura-pura peduli, Bang! Jangan berlaku seolah-olah Abang adalah pahlawan yang sudah menyelamatkan aku malam ini. Aku tahu

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Cara-cara Murahan

    Aku kembali meronta di dalam gendongan Bang Fahad, tapi dia tetap berjalan tegap hingga keluar dari area taman tanpa mengindahkan protesku. Napasku tersengal, dada terasa sesak karena emosi yang memuncak."Turunin aku, Bang! Aku bisa pulang sendiri!" seruku sambil mencari-cari pegangan berharap bisa bertumpu pada sesuatu dan menghentikan langkahnya.Bang Fahad hanya menghela napas, lalu sedikit mengeratkan lengannya agar aku tidak banyak bergerak. "Jangan banyak gerak, Chi. Nanti kaki kamu makin sakit.""Aku gak peduli! Aku lebih baik ngesot pulang daripada harus digendong Abang!" Aku menggertakkan gigi, tapi laki-laki itu tetap tak menggubrisku.Dia terus berjalan menyusuri trotoar jalanan kian menjauh dari taman. Sementara aku terus meronta meski tenagaku tak seberapa besar dan kalah telak dengan tenaga Bang Fahad."Turunin aku, Bang! Apa Abang udah gak bisa denger?!" teriakku kembali. Namun Bang Fahad tidak jug

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Ingin Membunuhnya

    Namun sepertinya Bang Fahad terus saja mengikuti, hingga ia berhasil menyamai langkahku lagi dan berlari tepat di lintasan di sebelahku. Akhirnya aku berhenti berlari lalu beralih menatapnya dengan pandangan penuh kebencian."Mau apalagi, sih? Gak ada tempat lain yang bisa Anda datangi selain taman ini?!" tegasku dengan memasang wajah muak yang semoga bisa ia pahami.Terdengar laki-laki itu berdehem seraya memutar tubuh hingga tak lagi berhadapan denganku. "Ini tempat umum. Siapa saja boleh ke sini, termasuk saya.""Memang, tapi aku muak bertemu Abang lagi, Abang lagi. Ngapain sih, ngikutin aku terus? Mau apa? Kita sudah selesai sejak tiga tahun yang lalu. Apalagi yang membuat Abang selalu muncul di hadapanku?" cecarku kemudian.Tampak laki-laki itu menggeleng dengan pandangan yang masih lurus ke depan, sebelum detik berikutnya berubah hingga menghadapku. "Saya mau memastikan kamu baik-baik saja, Chi."Aku mendecih kesal. "Abang buta? Abang gak lihat? Aku sekarang di hadapan Abang seh

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Lagi-lagi Dia

    "Aakhhh!" Aku memukul setir kemudi berulang, meluapkan kekesalan yang memenuhi hati. Entah bagaimana, Bang Fahad bisa datang dan mengacaukan niatku.Aku tahu apa yang akan kulakukan memang tidak dibenarkan, tapi sekali lagi aku tekankan, aku hanya sedang membutuhkan pelarian agar tidak tertekan atas kematian Mas Althaf. Mungkin saja, satu atau dua gelas minuman di klub malam tadi bisa menenangkan pikiranku. Tapi sialnya, Bang Fahad datang dan berlagak seperti orang suci."Memuakkan. Kenapa dia masih di kota ini? Dia juga tahu kematian Mas Althaf. Apa dia benar mengawasiku? Kalau iya, buat apa? Buat apalagi dia datang dalam kehidupanku? Aarghhh! Menyebalkan!" Aku merutuk sambil mengemudi, teringat pertemuan di klub malam tadi dengan Bang Fahad.Laki-laki yang kubenci setengah mati, sekarang justru hadir kembali dalam kehidupanku. Aku benar-benar muak.Setelah tiga tahun sebelumnya dia menghempasku seperti seonggok sampah, sekara

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Jijik.

    "Chi ... kamu mau minum? Sadar, Chiara. Itu gak baik. Minuman yang ada di sini itu beralkohol dan kamu pasti tahu kalau itu haram."Aku menatap laki-laki itu dengan pandangan muak. Amarah seketika memenuhi dada melihat sosoknya yang tiba-tiba muncul dan menghalangi apa yang hendak aku lakukan."Apa peduli kamu? Dan, ngapain kamu di sini?" tanyaku dengan rahang mengeras. Aku memang sudah memaafkan Bang Fahad atas kesalahannya, tapi bukan berarti aku bisa menerima kehadirannya kembali."Tentu saya peduli, Chi. Saya sangat peduli. Saya tahu kamu sedih atas kematian dokter Althaf, tapi tidak seperti ini caranya, Chi," ucapnya membuat telingaku rasanya panas.Kedua tanganku mengepal di sisi tubuh. "Pergi," pintaku dengan jari telunjuk mengarah ke pintu masuk.Bang Fahad tampak menggeleng. "Saya tahu kamu sedang bersedih, Chi. Saya tahu keadaan kamu sekarang tidak baik-baik saja, tapi tidak seperti ini kamu mencari pelarian. Kalau kamu butuh seseorang untuk berbagi kesedihan, ada saya." Dia

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   POV CHIARA

    POV CHIARA #Waktu tujuh hari berjalan dengan begitu lambat. Di mana setiap malamnya aku harus menghadapi kenyataan dengan adanya acara tahlilan di rumahku. Rumah yang selama satu tahun ini aku tempati bersama Mas Althaf.Tempat yang setiap sudutnya menguarkan aroma tubuh dari laki-laki itu, membuat dadaku sesak dan rasanya aku ingin menyusulnya saja.Aku tidak sanggup lebih lama menempati rumah itu seorang diri, karena setiap jengkalnya membangkitkan kenangan bersama Mas Althaf.Laki-laki yang menikahiku satu tahun lalu. Laki-laki yang telah membawa pelangi serta semangat dalam hidupku yang semula gelap dan hancur usai kematian bayi yang sedang aku kandung karena kecelakaan.Setelah aku memutuskan untuk memulai hidup baru tanpa bayang-bayang Bang Fahad, setelah aku mengikhlaskan hubungan kami yang baru seumur jagung itu, aku masih baik-baik saja.Aku juga mampu menjaga kandunganku yang semula d

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status