Share

Aku ... Takut

Author: Sity Mariah
last update Last Updated: 2024-10-17 10:05:13

Aku mengerjapkan mata dengan cepat. Setelah terbuka, keadaan tampak hanya temaram. Aku mencoba memandangi sekeliling. Ada dua lampu senter menyala di atas meja. Menggerakkan kepalaku hingga menoleh. Dan ternyata ... aku tidur di atas paha Bang Fahad. Pelan-pelan aku lantas bangkit hingga terduduk menghadap pada Bang Fahad. Menatapnya yang tertidur dalam posisi duduk.

Aku menatap sekeliling yang masih gelap. Apalagi bagian dalam rumah Bang Fahad. Hanya ruangan ini yang memiliki penerangan, itupun hanya berasal dari dua buah senter di depan kami.

Aku memiliki trauma dengan kegelapan dan kesendirian. Melihat ada Bang Fahad denganku, setidaknya aku tidak perlu merasa cemas.

Aku meraba-raba ke atas meja. Mengambil ponsel milikku yang ternyata malah tidak aktif. Kemungkinan baterainya habis. Lekas aku mengambil ponsel milik Bang Fahad dan menyalakan layarnya, melihat jam digital yang menunjukkan pukul satu dini hari.

Aku mengembus na
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Apa yang Harus Aku Mulai?

    Mataku membulat menatap Bang Fahad dengan tak percaya. Aku menarik tanganku cepat sampai terlepas. "Gak mau! Aku gak mau kerja di kantor milik Abang. Seenaknya aja Abang bikin aku diberhentikan dari kantor itu. Nyebelin!" sungutku seraya bangkit dari sofa.Bang Fahad mengangkat kedua bahunya. "Ya terserah kamu. Kalau tidak mau, saya tidak memaksa. Artinya, kamu akan menghabiskan waktu seharian di rumah selama saya bekerja.""Lebih baik seperti itu!" selaku cepat.Kepala Bang Fahad terangguk. "Silakan. Tapi mulai hari ini, akan ada penjaga rumah yang bekerja di pos depan. Menjaga rumah ini dan memantau pergerakan kamu juga."Mataku membeliak dan menatapnya sangat kesal. "Bisa gak sih, sekali aja gak bikin orang naik darah? Kok ada orang nyebelin dan ngeselin kek Abang?!" Aku menghentakkan kaki ke lantai. Meluapkan rasa kesal pada lelaki tua ini.Dia pun seketika berdiri. "Semua tergantung kamu," tukasnya sebelum pe

    Last Updated : 2024-10-17
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Semesta yang Akan Membalasnya.

    ******* Hari pertama bekerja, aku benar-benar dibuat kebingungan. Ternyata perusahaan bang Fahad bergerak di bidang grafis. Melenceng jauh dari pekerjaanku sebelumnya yang berkutat di bidang akuntansi. Hari pertama bekerja sebagai asisten pribadi, aku hanya diminta mempelajari beberapa file berisi data-data yang tidak kupahami sama sekali. Sampai jam pulang tiba, aku tidak mengerjakan apa-apa. Hanya mempelajari file yang sebelumnya Bang Fahad berikan. Tapi itu lebih baik, karena Bang Fahad fokus di meja kerjanya hingga tidak berisik menggangguku. Tapi di hari pertama masuk di kantornya, Bang Fahad sudah menerapkan lembur. Saat kembali ke rumah, benar saja sudah ada seorang penjaga yang mengisi di pos depan. Di dalam rumah, aku langsung menjatuhkan tubuh di sofa panjang ruangan televisi. Meredakan lelah yang terasa membalut sekujur tubuh ini. Jam dinding di ruangan ini menunjukkan di angka delapan. Benar-benar hari yang terasa melelahkan. Bang Fahad datang dari arah dapur masih men

    Last Updated : 2024-10-18
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Rakana Kembali

    Dua hari berikutnya ....Hari-hariku masih sama. Ikut bekerja di kantor milik Bang Fahad dan menjadi asisten pribadinya. Masih banyak hal yang terasa asing dalam pekerjaan baru ini, memaksaku untuk terus belajar sedikit demi sedikit.Satu ruangan dengan bang Fahad, ternyata itu lebih baik dibanding satu rumah seharian penuh. Karena Bang Fahad fokus di mejanya dan aku bisa menikmati waktu di mejaku. Aku bahkan tidak tahu apa fungsiku di kantornya itu, karena aku sama sekali tidak diberi pekerjaan. Dibanding bekerja, aku lebih banyak membuka youtube dan Bang Fahad tidak curiga sedikitpun.Sudah dua hari ini tidak ada lembur seperti pada hari pertama bekerja. Mobil Bang Fahad hampir mendekati rumah saat jam di pergelangan tanganku menunjuk di angka setengah lima sore.Beberapa meter lagi sampai di depan gerbang pagar, keningku mengernyit melihat dua orang yang berada di luar pagar. Hingga mobil makin dekat dan barulah aku tahu, j

    Last Updated : 2024-10-18
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Berendam Bersama

    "Lumayan juga pijatan kamu. Ada juga hal yang bisa kamu kerjakan," ucapnya dengan senyum seringai.Aku mendecak sebal, lalu memundurkan tubuh saat cekalan tangan Bang Fahad terasa mengendur di kepala. "Udah ah, sekarang aku mau keluar. Udah selesai kan aku mijitnya. Mana kunci pintunya?" cecarku kemudian."Siapa bilang sudah selesai? Saya mau rambut saya dikeramas. Ayok! Teruskan," titahnya sambil kembali membenahi posisi. Hingga kepalanya sudah berada di tempat yang benar seperti awal.Mataku membulat mendengarnya. "Abang bisa keramas sendiri! Ngapain nyuruh aku? Lagian aku juga capek kali seharian udah ikut Abang ke kantor!" sanggahku berusaha menolak perintahnya."Ckk, jangan banyak alasan. Oh ... atau kamu mau saya keluar dari bath tub ini terus bawa kamu masuk ke dalam sini sekalian?" hardiknya yang masih memejamkan mata."Gak usah modus, bisa gak?!" gerutuku kesal. Akhirnya mengambil kran shower lalu menyemp

    Last Updated : 2024-10-18
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Lebih Besar Buah Apel

    "Ho—honeymoon di Bali, Pah?" tanyaku terbata.Papa tampak mengangguk ringan. "Iya, Chi. Siapa tahu pulang honeymoon nanti kamu langsung isi mirip kayak Mba Lin dulu," ujarnya sembari terkekeh. Aku hampir tersedak air liur. Aku mengerti maksud Papa. Beliau ingin segera aku hamil dan memberinya cucu ketiga. Aku juga paham, Papa dan Mama pasti ingin menambah cucu, karena Mba Lin dan anak-anak tinggal di beda kota dengan kami. Pasti mereka merindukan sosok cucu-cucunya bermain bersama. Tapi masalahnya, aku tidak mungkin memproduksi anak bersama Bang Fahad. Bersama dengannya saja masih terasa asing. Apalagi harus melakukan hal yang lebih jauh. Aku tidak bisa membayangkannya."Papa betul, Chi. Kami berharap bisa secepatnya menambah cucu. Kamu tahu sendiri Mba Lin tinggalnya jauh. Berkunjung ke rumah kami paling tiga bulan sekali. Bagi kami yang sudah tua begini, gak ada hal yang lebih menyenangkan selain bermain sama cucu," timpal Mama memperkuat

    Last Updated : 2024-10-19
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Tidak Peduli

    Pagi hari, seperti biasa. Aku sudah siap untuk ikut ke kantor Bang Fahad. Aku duduk di kursi teras menunggunya yang masih di dalam.Pandanganku tertuju pada kedua tungkai yang menjuntai dan kaki terbalut flatshoes putih. Sejak didapuk jadi asisten pribadi lelaki tua itu, aku diharuskan selalu memakai celana panjang.Seperti pagi ini, celana katun hitam sudah membungkus kaki jenjangku. Begitu juga kemeja lengan panjang berwarna magenta yang terpasang di badan. Rasanya ini bukanlah diriku sendiri. Sebab aku lebih suka memakai rok dan celana pendek. Kaus dan kemeja pass body, bukan pakaian-pakaian longgar begini. Bang Fahad memang terlalu kolot. Tidak tahu style.Tiba-tiba pandanganku tertuju pada sosok yang baru saja masuk dari pintu pagar. Dia terlihat berjalan gontai melewati halaman dengan kemeja putih dan celana hitam yang terpasang. Lalu di luar dugaanku, dia berjalan mendekat ke arahku. Tanpa bisa dicegah, pandangan kami bertemu. Cepat-cepat aku membuang muka.Dia tidak naik ke t

    Last Updated : 2024-10-21
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Membuang Seluruh Perasaan

    Kriingggg Telepon ekstensi di atas meja kerja Bang Fahad berbunyi nyaring. Aku yang sedang asyik menonton youtube pun teralihkan. Tampak lelaki yang mengisi meja CEO perusahaan itu menerima panggilan pada telponnya. Tampak berbincang sebelum kemudian ditutup agak kasar. Aku melanjutkan kegiatan menonton youtube, masih seperti hari-hari kemarin, tidak ada pekerjaan apapun yang diberikan padaku hingga detik ini selain mempelajari file-file dalam flashdisk. Materi tanpa praktik, bukankah hanya akan menguap begitu saja? Jadi, kubiarkan saja file-file itu menjadi task bar penghias layar laptop. Tok Tok Tok. "Masuk!" Suara Bang Fahad terdengar begitu tajam dan tegas. Kulirik arloji di tangan yang menunjukkan pukul sembilan pagi. Sudah lewat satu jam dari jam masuk kantor saat pintu ruangan ini diketuk. Aku terperangah, saat Marvin yang merupakan sekertaris Bang Fahad masuk ke dalam ruangan bersama Rakana. Untuk apa dia datang ke kantor ini? Apa ... dia berubah pikiran dan mau bekerja

    Last Updated : 2024-10-21
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Tatapan Mesum

    ************KrieeeetAku tersentak, saat pintu kamar tiba-tiba saja dibuka. Waktu menunjukkan pukul delapan malam. Aku yang baru saja selesai berkemas dan menutup zipper dari koper langsung berbalik badan. Bang Fahad tampak berdiri menjulang di ambang pintu.Aku mendecak sambil menurunkan koper yang semula berada di ujung spring bed kini tersimpan di depan lemari. "Ketuk pintu dulu bisa kali!" ucapku ketus. Aku memang lupa belum mengunci pintunya."Suka-suka saya. Ini rumah saya kok!" jawabnya sangat lah menyebalkan.Aku pun hanya mencebik. Kemudian berlanjut membuka pintu lemari. Mengambil sleeveless shift dress warna pink dengan motif bunga-bunga kecil, serta jaket jeans crop top warna sky blue untuk persiapan outfit pergi besok."Kamu sudah selesai berkemas?" tanya Bang Fahad yang kini sudah berdiri menyandar pada sisi lemari.Aku hanya mengangguk pelan tanpa mengeluarkan suara.

    Last Updated : 2024-10-22

Latest chapter

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Mereka Itu ....

    Seharian kami menghabiskan waktu di luar vila. Hingga tiba malam hari dan rupanya aku sempat tertidur. Aku terbangun karena suara gaduh dari dapur.Begitu keluar dari kamar, aku menemukan Bang Fahad berdiri dengan celemek bunga-bunga dan di tangannya ada mixer yang sedang menyala.“Abang ngapain?” tanyaku sambil menahan tawa.Dia menoleh dengan ekspresi penuh percaya diri, walau sedikit tepung menempel di pipinya. “Saya lagi bikin kue buat istri tercinta.”Mataku menyipit. “Bikin kue? Emang bisa?”“Bisa dong. Bisa gagal juga sih, tapi ... niatnya aja udah manis kan?”Aku tertawa sambil berjalan mendekat. “Tepungnya aja nempel di hidung. Udah kayak badut ulang tahun.”Dia nyengir, lalu tiba-tiba mencolekkan sedikit adonan dalam wadah ke ujung hidungku. “Nah, sekarang kita kembar.”“Bang! Ini lengket tau!” Aku coba membersihkannya, tapi dia malah kabur ke ruang tengah setelah menyemburkan lagi tepung ke arahku, membuatku harus mengejarnya sambil tertawa-tawa.“Kalau kamu bisa nangkep sa

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Apapun Terasa Indah

    Usai sarapan dan sedikit bersantai di teras vila, Bang Fahad menggandeng tanganku menuju dermaga kecil di belakang vila. Terdapat sebuah perahu kayu mungil sudah terikat di sana, mengapung tenang di atas danau yang berkilau di bawah sinar matahari siang.“Mau keliling danau pakai perahunya?” tanyanya sambil menatapku penuh semangat.Aku menatapnya ragu. "Abang yakin bisa mendayung? Jangan-jangan baru mulai udah nyangkut di tengah.”Dia tertawa renyah, lalu meraih pelampung untukku. “Kalau bersama kamu, saya mendadak seperti petugas damkar, apapun pasti bisa saya lakukan."Kami lantas naik ke perahu pelan-pelan. Perahu mulai bergerak perlahan, menyisakan riak kecil yang tenang di permukaan air.Aku duduk di ujung yang berhadapan langsung dengan Bang Fahad, sementara dia mulai mengayuh dengan tenang dan teratur.Angin menerpa wajah kami, lembut dan menenangkan. Pemandangan sekeliling terasa seperti lukisan hidup, pepohonan rindang, suara burung dari kejauhan, dan sinar matahari yang men

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Siap Mencintai

    Satu bulan usai malam paling romantis itu, kami akhirnya berangkat. Keadaanku tiap harinya kian membaik. Aku sudah mampu berjalan dengan normal lagi, meski sesekali masih ada sakit yang terasa.Hari ini kamu pergi. Bukan ke luar negeri, bukan pula ke kota besar yang ramai dan gemerlap. Hanya ke sebuah vila tersembunyi di daerah perbukitan, tempat di mana suara alam jauh lebih lantang daripada deru kendaraan. Tempat yang dipilih Bang Fahad sendiri, tempat yang katanya sudah lama ingin ia kunjungi bersamaku.Perjalanan kami ditemani udara sejuk dan senyum yang tak pernah lepas dari wajah kami. Aku duduk di kursi penumpang sambil sesekali meliriknya, dan setiap kali itu terjadi, Bang Fahad selalu sempat menangkap pandanganku.“Kamu ngelihatin saya terus, kenapa?” tanyanya sambil nyengir, matanya masih fokus ke jalan.Aku mengangkat bahu dengan wajah sok polos. “Salah, ya? Ngelihatin suami sendiri?”Dia tertawa kecil. “Enggak. Cuma takut kamu gak kuat nahan rasa cinta aja, nanti meledak d

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Menulis Cerita Baru

    Waktu terasa lambat saat aku harus hidup bergantung di kursi roda. Tidak ada hari yang terlewat tanpa obat dan terapi. Tidak ada waktu yang berlalu tanpa bantuan dari Bang Fahad padaku. Hingga detik ini, terhitung sudah lima bulan aku menjalani semuanya. Dukungan dan kesetiaan Bang Fahad tidak perlu diragukan. Dia ada di setiap saat aku membutuhkannya.Tidak ada usaha yang mengkhianati hasil. Pelan tapi pasti, aku sudah mulai bisa berjalan meski hanya baru di dalam rumah. Keadaanku berangsur membaik dan semua ini tidak lepas dari dukungan penuh Bang Fahad selama aku menjalani terapi."Saya senang, akhirnya kamu bisa jalan lagi, meski masih pelan-pelan," ucap Bang Fahad saat kami duduk bersama di sofa ruang televisi pagi hari setelah selesai sarapan."Semua karena bantuan Abang juga. Kalau tanpa Abang, aku gak yakin bisa membaik seperti ini," jawabku apa adanya.Bang Fahad tampak menggeleng. "Enggak, Chi. Semua karena usaha dan kegigihan kamu juga.

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Tidak Harus Sempurna

    Hari demi hari berlalu.Aku belum juga mampu berjalan. Hidupku masih terus bergantung pada kursi roda, tetapi gips yang semula membungkus kakiku sudah dilepaskan. Pergelangan kakiku tidak sempurna bentuknya. Aku masih harus menjalani terapi dan Bang Fahad merawatku dengan sangat telaten selama ini.Seperti pagi ini, dia sudah membawa semangkuk bubur hangat ke kamar dan bersiap menyuapiku. Namun, aku menundanya."Kamu belum laper?" tanya Bang Fahad yang duduk di sisi tempat tidur.Aku menggeleng pelan. "Belum. Tapi ... aku ngerasa gerah banget. Boleh gak minta tolong?"Dia menatapku penuh perhatian. "Boleh, dong. Kamu mau apa?""Aku pengen mandi dulu, mau keramas."Dia mengangguk mantap. "Oke. Ayo, saya bantu."Bang Fahad bergerak cepat menggulung lengan kausnya, mengambil baskom dari lemari kecil, handuk bersih, dan sampo favoritku yang disimpan di rak pojok."Emm, saya gendong aja ya?" tanyanya setelah

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Senja yang Indah

    Pelukan itu masih bertahan.Lama.Seakan tidak ada kata yang lebih tepat selain diam yang saling menyampaikan isi hati. Aku bisa mendengar detak jantungnya yang tenang, ritmenya menyatu dengan napasku yang perlahan mulai normal kembali. Tak ada luka yang benar-benar hilang, tapi pagi ini aku merasa luka itu mulai sembuh lewat cara yang tak pernah kusangka.Setelah beberapa menit, Bang Fahad melepaskan pelukan. Ia menatapku, dan masih dengan sorot rasa bersalah. "Chi?"Aku mengangkat dagu, menatapnya balik.“Boleh saya mulai dari awal?” tanyanya. “Tidak harus langsung. Tidak perlu buru-buru. Tapi ... boleh saya temani kamu dari awal lagi? Belajar ulang tentang kamu, tentang kita?”Jantungku berdetak lebih cepat. Bukan karena gugup, tapi karena pertanyaan itu seperti angin sejuk yang datang setelah badai panjang di musim penghujan.Aku tersenyum kecil. “Mulai dari awal sekali?”D

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Lari ke Pelukanmu

    Malam ini seakan menjadi saksi bisu dari dua hati yang pernah patah dan kini saling menopang. Tidak sempurna, tidak juga langsung sembuh. Tapi setidaknya, kami sepakat untuk saling menggenggam.Bang Fahad mengantarku kembali ke kamar. Sesampainya di ranjang, dia membantu dengan lembut saat aku berpindah dari kursi roda. Tak banyak kata, hanya gerakan-gerakan penuh kehati-hatian yang membuat dadaku hangat.Saat aku sudah rebah dan selimut menutupi tubuh, Bang Fahad duduk di sisi ranjang, tak langsung pergi. Tangannya masih menggenggam jemariku erat, seolah enggan melepas."Kalau kamu butuh apa-apa, panggil saya ya," ucapnya pelan.Aku hanya mengangguk. Suaraku seolah tertinggal di ruang doa tadi. Dia kemudian berdiri, tapi sebelum melangkah ke luar, aku menahannya dengan satu kalimat sederhana."Bang ... boleh duduk di sini sebentar lagi?"Dia menoleh. Wajahnya menegang sesaat, sebelum melunak dan kembali duduk di kursi samping tempat tidurku."Sebentar aja, ya?" Aku menatapnya ragu.B

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Sembuh Bersama

    Aku merasa ada yang runtuh dari dalam diriku. Tembok tinggi yang aku bangun perlahan mulai retak-retak oleh ucapannya yang penuh harap dan doa yang lirih.Air mataku jatuh begitu saja tanpa bisa dicegah. Mungkin ini bukan karena kasihan. Tapi lebih pada ... aku tak pernah menyangka ada seseorang yang begitu bersungguh-sungguh meminta kesempatan kedua, bahkan ketika dia tahu tak ada jaminan untuk diterima.Tanganku gemetar saat menyentuh pegangan kursi roda. Ingin rasanya aku putar balik, kembali ke kamar dan pura-pura tak pernah mendengar apa pun tadi. Tapi langkahnya yang kini berdiri, menoleh, dan langsung terpaku melihatku di sana membuat semuanya terlambat."Chi?" ucapnya sambil buru-buru mengusap wajah, seolah tak ingin aku melihat bekas air matanya. Dia melipat sajadah dengan cepat, lalu menyalakan lampu ruangan hingga terang benderang. Dia berlari, sampai berjongkok di depan kursi rodaku."Ada apa? Kenapa kamu ke luar kamar? Kamu perlu apa? Air minum kamu habis?" Dia mencecar d

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Aku Kalah

    "Selamat datang di rumah."Bang Fahad berucap dengan begitu lembut ketika baru saja sampai di ruang tamu. Setelah satu Minggu dirawat di rumah sakit, pagi ini aku sudah kembali ke rumah."Kamu mau langsung istirahat dulu di kamar atau makan dulu?" tawar Bang Fahad lagi. Namun, aku belum bereaksi. Aku yang duduk di kursi roda, hanya menatap lurus ke depan. Jujur saja aku merasa kesal karena harus bergantung padanya. "Gak usah sok baik, Bang!" ucapku akhirnya dengan pandangan masih lurus ke arah depan. Kejadian perampokan malam itu, masih sering berkelebat dalam pikiranku. Karena kejadian itu, aku kehilangan mobil, ponsel dan dompet dalam tas. Papa yang sudah mencoba mengusutnya di pihak berwajib, tapi belum menemukan titik terang.Bang Fahad tiba-tiba berjongkok di depan kursi rodaku. Sempat pandangan mata kami bertemu, sebelum kemudian aku memalingkan wajah. Namun saat itu pula, aku malah teringat bagaimana dia menjagaku selam

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status