Home / Rumah Tangga / DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU / Semesta yang Akan Membalasnya.

Share

Semesta yang Akan Membalasnya.

Author: Sity Mariah
last update Last Updated: 2024-10-18 10:05:39
*******

Hari pertama bekerja, aku benar-benar dibuat kebingungan. Ternyata perusahaan bang Fahad bergerak di bidang grafis. Melenceng jauh dari pekerjaanku sebelumnya yang berkutat di bidang akuntansi.

Hari pertama bekerja sebagai asisten pribadi, aku hanya diminta mempelajari beberapa file berisi data-data yang tidak kupahami sama sekali. Sampai jam pulang tiba, aku tidak mengerjakan apa-apa. Hanya mempelajari file yang sebelumnya Bang Fahad berikan. Tapi itu lebih baik, karena Bang Fahad fokus di meja kerjanya hingga tidak berisik menggangguku.

Tapi di hari pertama masuk di kantornya, Bang Fahad sudah menerapkan lembur. Saat kembali ke rumah, benar saja sudah ada seorang penjaga yang mengisi di pos depan.

Di dalam rumah, aku langsung menjatuhkan tubuh di sofa panjang ruangan televisi. Meredakan lelah yang terasa membalut sekujur tubuh ini. Jam dinding di ruangan ini menunjukkan di angka delapan. Benar-benar hari yang terasa melelahkan.

Bang Fahad datang dari arah dapur masih men
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ros
Knapa Chia ga cari pekerjaan lg yaa, yg sesuai dgn bidang nya, kan bs lewat online….atau bilang sakit, tp nyelinap pergi keluar, ksh aja obat tidur itu penjaga nya.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Rakana Kembali

    Dua hari berikutnya ....Hari-hariku masih sama. Ikut bekerja di kantor milik Bang Fahad dan menjadi asisten pribadinya. Masih banyak hal yang terasa asing dalam pekerjaan baru ini, memaksaku untuk terus belajar sedikit demi sedikit.Satu ruangan dengan bang Fahad, ternyata itu lebih baik dibanding satu rumah seharian penuh. Karena Bang Fahad fokus di mejanya dan aku bisa menikmati waktu di mejaku. Aku bahkan tidak tahu apa fungsiku di kantornya itu, karena aku sama sekali tidak diberi pekerjaan. Dibanding bekerja, aku lebih banyak membuka youtube dan Bang Fahad tidak curiga sedikitpun.Sudah dua hari ini tidak ada lembur seperti pada hari pertama bekerja. Mobil Bang Fahad hampir mendekati rumah saat jam di pergelangan tanganku menunjuk di angka setengah lima sore.Beberapa meter lagi sampai di depan gerbang pagar, keningku mengernyit melihat dua orang yang berada di luar pagar. Hingga mobil makin dekat dan barulah aku tahu, j

    Last Updated : 2024-10-18
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Berendam Bersama

    "Lumayan juga pijatan kamu. Ada juga hal yang bisa kamu kerjakan," ucapnya dengan senyum seringai.Aku mendecak sebal, lalu memundurkan tubuh saat cekalan tangan Bang Fahad terasa mengendur di kepala. "Udah ah, sekarang aku mau keluar. Udah selesai kan aku mijitnya. Mana kunci pintunya?" cecarku kemudian."Siapa bilang sudah selesai? Saya mau rambut saya dikeramas. Ayok! Teruskan," titahnya sambil kembali membenahi posisi. Hingga kepalanya sudah berada di tempat yang benar seperti awal.Mataku membulat mendengarnya. "Abang bisa keramas sendiri! Ngapain nyuruh aku? Lagian aku juga capek kali seharian udah ikut Abang ke kantor!" sanggahku berusaha menolak perintahnya."Ckk, jangan banyak alasan. Oh ... atau kamu mau saya keluar dari bath tub ini terus bawa kamu masuk ke dalam sini sekalian?" hardiknya yang masih memejamkan mata."Gak usah modus, bisa gak?!" gerutuku kesal. Akhirnya mengambil kran shower lalu menyemp

    Last Updated : 2024-10-18
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Lebih Besar Buah Apel

    "Ho—honeymoon di Bali, Pah?" tanyaku terbata.Papa tampak mengangguk ringan. "Iya, Chi. Siapa tahu pulang honeymoon nanti kamu langsung isi mirip kayak Mba Lin dulu," ujarnya sembari terkekeh. Aku hampir tersedak air liur. Aku mengerti maksud Papa. Beliau ingin segera aku hamil dan memberinya cucu ketiga. Aku juga paham, Papa dan Mama pasti ingin menambah cucu, karena Mba Lin dan anak-anak tinggal di beda kota dengan kami. Pasti mereka merindukan sosok cucu-cucunya bermain bersama. Tapi masalahnya, aku tidak mungkin memproduksi anak bersama Bang Fahad. Bersama dengannya saja masih terasa asing. Apalagi harus melakukan hal yang lebih jauh. Aku tidak bisa membayangkannya."Papa betul, Chi. Kami berharap bisa secepatnya menambah cucu. Kamu tahu sendiri Mba Lin tinggalnya jauh. Berkunjung ke rumah kami paling tiga bulan sekali. Bagi kami yang sudah tua begini, gak ada hal yang lebih menyenangkan selain bermain sama cucu," timpal Mama memperkuat

    Last Updated : 2024-10-19
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Tidak Peduli

    Pagi hari, seperti biasa. Aku sudah siap untuk ikut ke kantor Bang Fahad. Aku duduk di kursi teras menunggunya yang masih di dalam.Pandanganku tertuju pada kedua tungkai yang menjuntai dan kaki terbalut flatshoes putih. Sejak didapuk jadi asisten pribadi lelaki tua itu, aku diharuskan selalu memakai celana panjang.Seperti pagi ini, celana katun hitam sudah membungkus kaki jenjangku. Begitu juga kemeja lengan panjang berwarna magenta yang terpasang di badan. Rasanya ini bukanlah diriku sendiri. Sebab aku lebih suka memakai rok dan celana pendek. Kaus dan kemeja pass body, bukan pakaian-pakaian longgar begini. Bang Fahad memang terlalu kolot. Tidak tahu style.Tiba-tiba pandanganku tertuju pada sosok yang baru saja masuk dari pintu pagar. Dia terlihat berjalan gontai melewati halaman dengan kemeja putih dan celana hitam yang terpasang. Lalu di luar dugaanku, dia berjalan mendekat ke arahku. Tanpa bisa dicegah, pandangan kami bertemu. Cepat-cepat aku membuang muka.Dia tidak naik ke t

    Last Updated : 2024-10-21
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Membuang Seluruh Perasaan

    Kriingggg Telepon ekstensi di atas meja kerja Bang Fahad berbunyi nyaring. Aku yang sedang asyik menonton youtube pun teralihkan. Tampak lelaki yang mengisi meja CEO perusahaan itu menerima panggilan pada telponnya. Tampak berbincang sebelum kemudian ditutup agak kasar. Aku melanjutkan kegiatan menonton youtube, masih seperti hari-hari kemarin, tidak ada pekerjaan apapun yang diberikan padaku hingga detik ini selain mempelajari file-file dalam flashdisk. Materi tanpa praktik, bukankah hanya akan menguap begitu saja? Jadi, kubiarkan saja file-file itu menjadi task bar penghias layar laptop. Tok Tok Tok. "Masuk!" Suara Bang Fahad terdengar begitu tajam dan tegas. Kulirik arloji di tangan yang menunjukkan pukul sembilan pagi. Sudah lewat satu jam dari jam masuk kantor saat pintu ruangan ini diketuk. Aku terperangah, saat Marvin yang merupakan sekertaris Bang Fahad masuk ke dalam ruangan bersama Rakana. Untuk apa dia datang ke kantor ini? Apa ... dia berubah pikiran dan mau bekerja

    Last Updated : 2024-10-21
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Tatapan Mesum

    ************KrieeeetAku tersentak, saat pintu kamar tiba-tiba saja dibuka. Waktu menunjukkan pukul delapan malam. Aku yang baru saja selesai berkemas dan menutup zipper dari koper langsung berbalik badan. Bang Fahad tampak berdiri menjulang di ambang pintu.Aku mendecak sambil menurunkan koper yang semula berada di ujung spring bed kini tersimpan di depan lemari. "Ketuk pintu dulu bisa kali!" ucapku ketus. Aku memang lupa belum mengunci pintunya."Suka-suka saya. Ini rumah saya kok!" jawabnya sangat lah menyebalkan.Aku pun hanya mencebik. Kemudian berlanjut membuka pintu lemari. Mengambil sleeveless shift dress warna pink dengan motif bunga-bunga kecil, serta jaket jeans crop top warna sky blue untuk persiapan outfit pergi besok."Kamu sudah selesai berkemas?" tanya Bang Fahad yang kini sudah berdiri menyandar pada sisi lemari.Aku hanya mengangguk pelan tanpa mengeluarkan suara.

    Last Updated : 2024-10-22
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Ganti atau Saya Robek!

    Mataku membulat seketika. Sedangkan Bang Fahad berjalan mundur dengan senyum asimetris yang terukir di wajahnya, sampai sosoknya lenyap setelah keluar dari kamar ini.Rahangku terasa mengeras diikuti kedua tangan mengepal. Aku melangkah cepat-cepat menuju pintu dan menutupnya kasar, bahkan hingga terdengar berdebam. Tidak lupa aku juga menguncinya. Setelah memastikan aman, aku melangkah lebar menuju kasur lalu menjatuhkan tubuhku dalam keadaan tengkurap.Tangan kanan mengepal memukuli dahiku sendiri. Bisa-bisanya Bang Fahad mengambil lingerie tadi dan menatapku dengan tatapan anehnya.Aku jadi heran. Dia sering mengatakan kalau tidak bernafsu padaku karena tubuhku ini terlalu kurus. Tapi sikapnya tadi? Duhhh ... geli aku mengingatnya.Aku mendecak sebal. Bagaimana kalau di Bali nanti dia malah melakukan yang iya-iya? Bagaimana kalau dia melakukannya diam-diam atau memaksaku?Apa aku batalkan saja kepergiannya, ya?

    Last Updated : 2024-10-22
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Sunset

    "Pegangan!" perintahnya saat aku memasrahkan diri untuk digendong di punggung tegap itu. Kedua tanganku melingkari lehernya. Sementara kedua tangan kekar Bang Fahad terasa menyangga tubuhku di mana ke dua kaki ini tidak memakai lagi sepatu.Sialan sekali, karena aku tidak hati-hati saat keluar mobil untuk ke minimarket, aku tidak sengaja menginjak paku payung kecil tapi berhasil membuat telapak kaki ini berdarah-darah.Untungnya Bang Fahad membawa persediaan kotak obat, sehingga lukaku bisa ditangani dan kaki kiriku juga sudah dibalut perban.Dia juga memesan kembali taksi lain yang akhirnya mengantarkan kami sampai ke depan area resort. Bahkan aku tidak mempedulikan, berapa pasang mata yang memperhatikan saat aku digendong seperti anak kecil ini saat kami harus mengurus lebih dulu semuanya di meja resepsionis.Hingga mendapat kunci dan akhirnya porter membantu membawakan barang-barang kami sampai ke privat villa yang sudah dis

    Last Updated : 2024-10-24

Latest chapter

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Lari ke Pelukanmu

    Malam ini seakan menjadi saksi bisu dari dua hati yang pernah patah dan kini saling menopang. Tidak sempurna, tidak juga langsung sembuh. Tapi setidaknya, kami sepakat untuk saling menggenggam.Bang Fahad mengantarku kembali ke kamar. Sesampainya di ranjang, dia membantu dengan lembut saat aku berpindah dari kursi roda. Tak banyak kata, hanya gerakan-gerakan penuh kehati-hatian yang membuat dadaku hangat.Saat aku sudah rebah dan selimut menutupi tubuh, Bang Fahad duduk di sisi ranjang, tak langsung pergi. Tangannya masih menggenggam jemariku erat, seolah enggan melepas."Kalau kamu butuh apa-apa, panggil saya ya," ucapnya pelan.Aku hanya mengangguk. Suaraku seolah tertinggal di ruang doa tadi. Dia kemudian berdiri, tapi sebelum melangkah ke luar, aku menahannya dengan satu kalimat sederhana."Bang ... boleh duduk di sini sebentar lagi?"Dia menoleh. Wajahnya menegang sesaat, sebelum melunak dan kembali duduk di kursi samping tempat tidurku."Sebentar aja, ya?" Aku menatapnya ragu.B

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Sembuh Bersama

    Aku merasa ada yang runtuh dari dalam diriku. Tembok tinggi yang aku bangun perlahan mulai retak-retak oleh ucapannya yang penuh harap dan doa yang lirih.Air mataku jatuh begitu saja tanpa bisa dicegah. Mungkin ini bukan karena kasihan. Tapi lebih pada ... aku tak pernah menyangka ada seseorang yang begitu bersungguh-sungguh meminta kesempatan kedua, bahkan ketika dia tahu tak ada jaminan untuk diterima.Tanganku gemetar saat menyentuh pegangan kursi roda. Ingin rasanya aku putar balik, kembali ke kamar dan pura-pura tak pernah mendengar apa pun tadi. Tapi langkahnya yang kini berdiri, menoleh, dan langsung terpaku melihatku di sana membuat semuanya terlambat."Chi?" ucapnya sambil buru-buru mengusap wajah, seolah tak ingin aku melihat bekas air matanya. Dia melipat sajadah dengan cepat, lalu menyalakan lampu ruangan hingga terang benderang. Dia berlari, sampai berjongkok di depan kursi rodaku."Ada apa? Kenapa kamu ke luar kamar? Kamu perlu apa? Air minum kamu habis?" Dia mencecar d

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Aku Kalah

    "Selamat datang di rumah."Bang Fahad berucap dengan begitu lembut ketika baru saja sampai di ruang tamu. Setelah satu Minggu dirawat di rumah sakit, pagi ini aku sudah kembali ke rumah."Kamu mau langsung istirahat dulu di kamar atau makan dulu?" tawar Bang Fahad lagi. Namun, aku belum bereaksi. Aku yang duduk di kursi roda, hanya menatap lurus ke depan. Jujur saja aku merasa kesal karena harus bergantung padanya. "Gak usah sok baik, Bang!" ucapku akhirnya dengan pandangan masih lurus ke arah depan. Kejadian perampokan malam itu, masih sering berkelebat dalam pikiranku. Karena kejadian itu, aku kehilangan mobil, ponsel dan dompet dalam tas. Papa yang sudah mencoba mengusutnya di pihak berwajib, tapi belum menemukan titik terang.Bang Fahad tiba-tiba berjongkok di depan kursi rodaku. Sempat pandangan mata kami bertemu, sebelum kemudian aku memalingkan wajah. Namun saat itu pula, aku malah teringat bagaimana dia menjagaku selam

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Hanya Ada Rasa Nyaman

    Aku mengalihkan pandangan ke luar jendela, menatap langit yang mulai meredup. Senja berganti malam dengan begitu cepat, seperti perasaanku yang tiba-tiba jadi berantakan.Sejak tadi, Bang Fahad sibuk berbicara dengan dokter dan perawat di luar ruangan. Aku bisa mendengar suaranya samar-samar, memastikan semua kebutuhan perawatanku akan terpenuhi. Sementara itu, Mama dan Papa baru saja meninggalkan kamar setelah memastikan aku baik-baik saja—setidaknya, secara fisik.Aku menghela napas, menatap kakiku yang masih terbungkus gips. Rasanya berat, lebih dari sekadar rasa nyeri yang menjalar. Aku tidak hanya kehilangan kebebasan bergerak, tapi juga harus menerima kenyataan bahwa mulai hari ini, aku akan sepenuhnya berada dalam pengawasan Bang Fahad.Apa ini hukuman buatku?Aku mengeratkan jemariku di atas selimut.Sebelumnya, aku ingin dia merasakan penderitaan yang sama seperti yang aku alami. Aku ingin dia tersiksa, ingin dia tahu rasanya dia

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Semakin Rumit

    Samar-samar, aku bisa mendengar suara bising di sekeliling. Bau obat-obatan menyeruak mengganggu indera penciuman, bercampur dengan suara langkah kaki yang mondar-mandir. Kelopak mataku terasa berat, tapi akhirnya berhasil terbuka.Aku menatap langit-langit putih di atas kepala. Rasanya asing. Butuh beberapa detik sebelum aku menyadari bahwa aku sedang berada di sebuah ruangan rumah sakit.Mataku mengerjap, mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum semuanya menjadi gelap. Perampokan. Tendangan. Rasa sakit yang menjalar di kaki. Aku menggigit bibir, dan saat itulah aku meringis, merasakan nyeri menusuk di bagian wajah."Chiara?"Aku menoleh, menemukan Bang Fahad duduk di samping ranjang. Wajahnya tampak tegang dan sorot mata penuh kecemasan."Kamu sudah sadar?" tanyanya terdengar begitu khawatir.Aku menelan ludah, lalu mengalihkan pandangan menghindari bertatapan dengannya. Aku bahkan tidak tahu ba

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Tidak Boleh Terpengaruh

    Sepanjang hari itu, aku memilih untuk tetap berada di dalam kamar meski tidak banyak yang bisa aku lakukan selain tidur dan bermain ponsel. Aku berusaha mengalihkan pikiranku dari keberadaan Bang Fahad. Tapi tetap saja, ada bagian dari pikiranku yang terus bertanya-tanya apa yang sedang dia lakukan.Sampai akhirnya, menjelang malam, aku keluar untuk mengambil air di dapur. Namun, langkahku terhenti ketika melihat Bang Fahad duduk di ruang tengah, dengan segelas air di tangannya. Matanya tampak kosong, menatap lurus ke depan seakan pikirannya berada entah di mana.Aku tidak berniat menyapa, tapi ketika aku berbalik untuk kembali ke kamar, suaranya lantas terdengar."Kamu mau pergi ke mana besok?" tanyanya, membuatku mengerutkan kening.Aku lantas menoleh. "Maksudmu?"Bang Fahad menghela napas sebelum menoleh ke arahku. "Besok akhir pekan. Saya hanya ingin tahu apakah kamu punya rencana pergi ke luar?"Aku menatapnya curiga. "Kenapa? Mau ikut?"Dia menggeleng. "Tidak. Saya hanya ingin m

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Dia Harus Tahu

    Aku bisa merasakan genggaman tangannya yang mengerat, seolah tidak ingin melepaskanku. Sorot matanya yang penuh harapan kini berganti rasa penasaran, terhantam oleh kata-kataku yang dingin."Chi, jangan begini. Saya tidak mau pisah ranjang. Kita baru saja memulai hubungan ini lagi, dan kamu——"Aku menarik tanganku yang ia cekal, lalu mengangkatnya hingga ia berhenti bicara."Aku sudah bilang, jangan memaksa. Dan ini menjadi kesepakatan kita!" ucapku tegas.Aku menatapnya tanpa ekspresi, membiarkan tatapannya menusuk hatiku, tapi aku menolak untuk menunjukkan kelemahanku. "Kamu yang sudah memilih jalan ini, Bang. Kamu yang meminta kesempatan ini, bukan? Aku hanya memastikan kamu menikmati akibatnya." Seringai tipis pun kutunjukkan untuknya.Bang Fahad tampa terdiam, membuatku akhirnya melangkah menuju pintu untuk ke luar. Namun, baru saja aku menyentuh kenop pintu, suara beratnya kembali menahan langkah ini

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Selamat Datang

    Hari-hari berlalu, aku masih belum bertemu lagi dengan Bang Fahad.Aku sengaja menghindarinya, belum siap untuk menghadapi perasaanku sendiri, apalagi melihatnya berusaha mendekatiku lagi. Tapi meskipun aku tidak menemuinya, keberadaannya tetap terasa.Ada bunga yang dikirimkan ke rumah, meskipun aku tidak pernah menyentuhnya. Ada pesan yang dikirim ke ponselku, meskipun aku tidak pernah membalasnya. Ada kehadiran yang selalu mengintai, meskipun aku berpura-pura tidak melihatnya.Dan yang paling membuatku gelisah adalah … aku tidak bisa mengabaikan perasaan ini.Rasa rindu yang terkubur dalam-dalam, perlahan mulai muncul ke permukaan.Aku membencinya. Aku membenci diriku sendiri karena membiarkan perasaan ini tumbuh kembali.Tapi apa aku bisa membohongi hati sendiri?Aku pikir dengan menghindarinya, aku bisa mengubur segala perasaan yang mulai merayap diam-diam ke dalam hatiku. Tapi ken

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Sisi Lain dalam Diri

    Permintaannya berhasil membuat tubuhku membeku, seolah-olah waktu berhenti begitu saja. Aku terpaku di tempat, menatap Bang Fahad yang duduk di kursi roda dengan ekspresi tenang. Seakan-akan ia baru saja mengatakan hal yang sepele, padahal ucapannya barusan adalah sesuatu yang benar-benar di luar dugaan.Mama dan Papa pun terdiam. Aku bisa melihat bagaimana wajah Papa mengeras, sedangkan Mama terperangah, jelas tidak menyangka permintaan itu akan muncul detik ini yang dirasa begitu cepat.Bagaimana dengan aku?Aku bahkan tidak tahu harus merespons bagaimana."Kamu baru saja meminta maaf. Baru saja kita bicara tentang menyudahi semua ini. Baru saja kita, ah bukan kita, tapi hanya Papa dan Mama yang mau berdamai, seakan tidak terjadi apa-apa pada kita di masa lalu. Dan sekarang, kamu bilang ingin menikahiku lagi? Secepat ini?" cecarku dengan menunjukkan raut ketidaksukaan.Bang Fahad menatapku lekat-lekat. "Saya tidak ingin memendamnya lebih lama, bahkan mungkin terdengar tidak masuk a

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status