Share

KECURIGAAN

Penulis: ET. Widyastuti
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-19 18:23:58

[Share loc, ya. Aku jemput!] 

Citra dengan semangat mengirimkan pesan ke Rani setelah duduk di belakang kemudi. Dia sudah terbiasa menyetir sendiri. Tak hanya mengantar anak-anak sekolah, namun juga belanja dan bekerja, selama ini sudah terbiasa dengan mobil sendiri.

Hatinya sedikit lega karena Firman ada di rumah. Artinya tidak perlu energi untuk banyak bersandiwara di depan Rani. Meskipun tetap saja Citra mesti bersandiwara seolah-olah Firman suami Rani adalah Firman yang berbeda dengan suaminya. 

Citra melajukan mobilnya menuju apartemen Rani setelah memperoleh lokasi. Dia ingin mengorek banyak hal tentang hubungan Rani dan Firman. Seberapa lama Firman, yang dia pikir setia, telah mengkhianatinya. 

“Mana suamimu?” tanya Citra begitu masuk ke apartemen milik Rani penuh selidik. Pandangannya mengedar ke seluruh penjuru ruangan. Keningnya berkerut. Apartemen ini masih kosong!

Dalam hati Citra berfikir keras. Jadi, Firman benar-benar tak punya tempat tinggal lain, selain rumah yang mereka tempati. Seculas apa permainan Firman sebenarnya? tanya Citra dalam hati. 

“Suamiku lembur, dia sibuk sekali,” jawab Rani. 

Ah, Rani kasihan sekali dirimu. Andai kau tahu, dia telah berbohong padamu. Batin Citra. 

“Mau langsung jalan sekarang?” pertanyaan Rani membuyarkan lamunan Citra. 

“Aku haus, boleh aku minta minum, Rani,” tanya Citra.

Sebenarnya Citra masih ingin sejenak di tempat ini. Dia ingin tahu bagaimana Firman bersandiwara. Rasanya tak percaya Firman pernah tinggal di apartemen ini. Sedangkan sejak menikah saja semua kebutuhannya, Citra yang urus.

Bergegas Rani membuka kulkas yang ada di dapur. Keningnya berkerut. Kenapa kulkas ini kosong? Tak ada satupun makanan tertinggal di kulkas. 

Rani lalu membuka lemari dapur, berharap menemukan gula dan kopi di sana. Kosong!

Tiba-tiba perasaan Rani tidak enak. Mengapa masih bersih semua? Perabot dapur pun seperti tak pernah tersentuh. 

“Sepertinya suamiku sibuk sekali, Cit. Dia bahkan tak sempat belanja,” kata Rani kemudian. 

“Benar juga. Pasti dia tiap saat tinggal pesan antar. Laki-laki kadang mau simple nya aja,” timpal Citra berusaha menghibur Rani. 

Rani mengangguk. Dia segera menepiskan kecurigaannya. Nanti saja dia akan bertanya pada Firman setelah pulang dari jalan-jalan. 

“Yuk, jalan aja kalau begitu,” ajak Citra. Mereka berdua menuruni lantai apartemen dan menuju ke parkiran. 

“Jadi kamu baru pertama ini mengunjungi suamimu?” tanya Citra setelah mereka duduk di sebuah Cafe. 

“Iya. Suamiku sibuk sekali. Dia sering bilang kalau Sabtu Minggu pun mesti harus kerja. Inipun aku sedikit memaksa karena aku ingin ketemu denganmu,” jawab Rani antusias. 

Ya, Rani sangat antusias. Baru kali ini dia bertemu teman lama dengan status barunya. Biasanya Rani selalu menghindar jika bertemu teman lama yang rata-rata sudah menikah. Meskipun Rani sukses di karir, tetap saja tidak nyaman dengan statusnya yang masih single. 

Citra mendengarkan cerita Rani dengan seksama. Sepertinya Rani sangat bahagia dengan pernikahannya. Rasanya tak tega bagi Citra untuk menyakiti Rani. 

“Kapan kamu kenal suamimu?” tanya Citra lagi. 

“Lima bulan lalu. Dia ada proyek di Surabaya. Kebetulan aku yang handle proyek kerjasama dengan perusahaan Mas Firman.” Rani melanjutkan ceritanya. 

Ada rasa nyeri di relung hati Citra saat mendengar Rani memanggil suaminya dengan sebutan "Mas". Meskipun harusnya biasa saja. Itu panggilan lumrah bagi orang Jawa. 

Sambil mendengarkan cerita Rani, pikiran Citra mengembara.

Lima bulan lalu, memang Firman cukup lama di Surabaya. Bahkan, sering mengajaknya berakhir pekan ke sana dengan anak-anak, tapi selalu ditolaknya. Pekerjaan kantor Citra yang sibuk, membuatnya enggan keluar kota di akhir pekan. Dia lebih memilih menghabiskan waktu di rumah dengan anak-anak.  

Apakah karena itu Firman berpaling?

Citra menghela nafasnya. 'Maafkan aku, Mas,' batinnya.

Perih rasa hatinya menyadari khilafnya yang mengabaikan ajakan suaminya menghabiskan akhir pekan di Surabaya kala itu. 

“Ayahku tidak suka aku dekat dengan Mas Firman tanpa ikatan,” lanjut Rani. “Beliau selalu bertanya ke Mas Firman kapan akan melamarku setiap Mas Firman mengantarku pulang.” 

Sorot mata keceriaan terpancar dari wajah Rani yang cantik, menambah luka di hati Citra.

“Hingga sekarang, sebenarnya kami masih nikah siri, tapi aku bahagia. Nanti kalau Mas Firman sudah tidak sibuk, dia akan mengenalkanku ke orangtuanya, sekalian kita akan menikah secara resmi,” lanjut Rani. 

Tiba-tiba kepala Citra terasa pening. Memikirkan kebahagiaan yang Rani impikan. Sudah hilangkan cinta Firman kepadanya? Sebegitu dalamkah cinta Firman kepada Rani? 

“Hei, kok malah ngelamun. Kamu kenapa? Kok nangis?” tanya Rani saat melihat mata Citra sudah berkaca-kaca. 

“Rani, aku bahagia. Akhirnya kamu mendapatkan pasangan yang kamu impikan,” kata Citra lirih sambil mengusap air matanya. Meskipun kata-kata itu sebenarnya hanya untuk menutupi hatinya yang remuk. 

“Makasih, Citra. Nanti, kamu harus datang ya kalau aku menikah!” ancam Rani dengan wajah berbinar. 

“Pasti, Rani!” jawab Citra mantap. 

'Biarlah luka ini akan sembuh dengan berjalannya waktu. Tak ada gunanya mempertahankan Firman, jika ternyata dia tidak bahagia bersamaku. Biarlah Rani dan Firman berbahagia dan aku akan mencari kebahagiaanku sendiri,' gumam Citra dalam hati. 

***ETW***

Citra mengantar Rani sampai lobi apartemennya, lalu ia langsung pulang. Memasuki gerbang rumahnya, dilihatnya Firman sedang main dengan ketiga buah hatinya. Rara tampak nyaman di gendongan papanya sambil mengejar kedua kakaknya yang berlarian kesana kemari. Canda tawa menggema membuat rumah menjadi ramai. 

Hati Citra semakin perih melihatnya. Akankah momen seperti ini akan tetap ada kedepannya. Apakah ini semua akan segera berakhir? Istana yang dia bangun dengan cinta, akankah segera terkoyak? Maafkan mama, anak-anakku. 

Firman segera beranjak mendekati Citra saat melihat Citra berdiri mematung melihat anak-anaknya.

Namun, Citra segera menjauh saat menyadari keberadaan Firman.

Firman hanya bisa mendesah. Semakin sulit dan jauh rasanya Citra dalam jangkauannya. 

“Rara, sama Mba Susi dulu,” kata Firman sambil menyerahkan Rara dari gendongannya. 

Firman bergegas menghampiri Citra yang langsung masuk ke kamarnya. Citra selalu langsung ganti baju dan cuci tangan seusai bepergian sebelum menemui anak-anaknya. 

“Mas, sebaiknya kamu bersama Rani malam ini, kasihan dia,” kata Citra tanpa menatap saat Firman masuk ke kamarnya. Sejak peristiwa itu, Citra memang enggan bertatapan langsung dengan Firman. Itu sangat menyakitkan bagi Firman. 

“Aku akan tetap di sini, sampai kamu mau memaafkanku,” jawab Firman lirih. 

“Aku sudah memaafkanmu, Mas. Tolong, jangan sakiti Rani. Cukup aku saja,” sahut Citra sambil meninggalkan Firman. 

Citra bergegas keluar kamar untuk menemui anak-anaknya. Baginya, sibuk dengan anak-anak jauh lebih baik dibanding harus melayani permintaan Firman yang sudah sangat terlambat. 

***ETW***

Rani membuka lemari baju yang ada di kamar apartemen itu. Hanya beberapa setel baju Firman di sana. Kemana baju-bajunya yang lain? Baju-baju yang sering dipakai saat di Surabaya. 

Dipindainya seluruh ruangan di apartemen itu. Tak ada sepatu atau sendal milik Firman tertinggal di sana? Tak ada pernak-pernik milik Firman seperti yang ditinggal di rumahnya. Parfum, deodoran, pisau cukur. 

Rani segera menghilangkan dugaan kotornya. Di ambilnya ponsel untuk bertanya langsung ke Firman. 

[Sayang, maaf, Mas lembur malam ini di kantor. Besok aku baru ke sana sekalian mengantarkanmu ke bandara] 

Rani menghela nafas. Rani memang paham kesibukan Firman. Di Surabaya pun sering lembur di kantor sampai malam. Firman juga punya kebiasaan mematikan ponsel saat bekerja. Jadi percuma saja jika dia menghubungi saat ini. 

Rani memutuskan untuk bersih-bersih sebelum beranjak tidur. Tapi, lagi-lagi dia heran. Mengapa kamar mandi ini tidak ada peralatan mandi? Bahkan pasta gigi dan sikat gigi sekalipun tidak ada. Sabun untuk toilet dan tisu pun tak ada. 

Pikiran Rani tiba-tiba menerawang penuh dugaan liar. Apakah apartemen ini baru disewa? Lalu, dimana Mas Firman tinggal sebenarnya? 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Rani pun curiga dengan firman
goodnovel comment avatar
Isabella
perlu di selidiki nih Rani si firmannya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   DILEMA

    Setelah menidurkan anak-anak, Citra masih melihat Firman duduk di depan TV. Setiap melihat Firman, denyut jantungnya seperti terpompa lebih cepat. Ada rasa gusar dan marah. Tapi semuanya tak bisa diungkapkan. Mungkin, terlalu sakit luka yang tertoreh. Tak pernah sedikitpun terbersit Firman akan mengkianatinya. Laki-laki yang dulu sangat di cintainya. Seorang ayah yang sangat sayang kepada anak-anaknya. Sepertinya, semua itu hanya akan tinggal kenangan. “Mas, pergi temui Rani. Kamu sudah menghancurkan hidupku. Janganlah kamu hancurkan hidup Rani,” kata Citra lirih penuh penekanan. Hati Citra berkata, sepertinya lebih baik dia tak melihat Firman di rumah ini. Itu jauh lebih baik bagi emosinya. Dibandingkan melihatnya hanya akan menambah luka hatinya. Bayangan Firman bersama Rani pun semakin membuatnya terasa nyeri. Firman menatap ke arah Citra. Tapi, Citra segera berpaling dan bergegas pergi menjauhinya. “Dik, Mas ngga akan pergi sebelum kamu maafkan.” Firman sudah berdiri di belak

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-19
  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 6A

    Pagi itu, Citra menjadi kurang fokus pada pekerjaannya. Pikirannya menggembara, mencari strategi bagaimana dia harus mengatakan siapa Firman sesungguhnya pada Rani. Citra menghela nafas. “Sepertinya aku harus segera mengambil keputusan, sebelum Rani tahu semuanya,” batin Citra. Ibu muda itu tak ingin sahabatnya merasakan sakit hati, seperti yang dirasakannya. Wanita manapun, pasti tak mau hatinya diduakan. Baik dia sebagai istri pertama, maupun istri kedua. Mendadak, nada panggilan masuk ke ponsel Citra. Meski tak biasa menerima panggilan saat jam kerja, pagi itu melihat nama Rani tertera di layar, Citra segera bangkit. Dia keluar ruangan sejenak, mencari tempat yang agak sepi untuk menerima panggilan telepon. “Citra, akhirnya benar katamu. Sepertinya kamu nggak perlu repot mencari tahu tentang Mas Firman. Lusa, aku pindah tugas ke Jakarta. Aku dapat mutasi ke kantor pusat di Jakarta.” Suara Rani dari seberang telepon terdengar ceria, namun, sontak membuat Citra ternganga. P

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-10
  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 6B

    Mata Firman membulat. Apa? Rani pindah ke Jakarta? Bahkan dia belum mengetahui berita ini. Apa Rani sengaja menyembunyikan rencana ini? pikir Firman. Kadang wanita penuh kejutan. Mereka sulit ditebak. “Dua hari lagi dia akan datang. Kembalilah engkau padanya. Dia lebih membutuhkanmu,” lanjut Citra. Seketika Firman merasakan lututnya lemas. Dia luruh terjatuh di lantai. Pandangannya kosong. “Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan,” desis Firman lirih nyaris tak terdengar. Kepalanya menunduk. Bahkan tangannya mengacak rambutnya karena tak tahu harus berbuat apa. Dengan gerak cepat, Citra segera menyelesaikan mengemas barang-barang Firman, lalu ia menutup koper tersebut. “Sekarang kamu pilih, Mas. Aku atau kamu yang pergi!” seru Citra. Citra makin mantap untuk berpisah. Tak ada gunanya dipertahankan. Bahkan berbicara saja rasanya enggan. Sejak peristiwa pengkianatan itu tersingkap, Citra merasa tak ada upaya dari Firman untuk berbicara baik-baik dengannya. Tak pernah ada pembi

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-10
  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 7A

    Firman masih diam mematung di kamarnya, ketika bel apartemennya berbunyi. Mungkin hanya pengelola apartemen, batinnya. Karena hanya mereka yang bisa langsung naik hingga depan unitnya. Tamu yang tak punya kartu akses tak bisa langsung ke atas. Firman beranjak, bergegas membuka pintu.“KEJUTAN!” teriak Rani. Wanita muda itu sudah berdiri di depan pintu membawa dua buah koper besar dengan kedua tangan terentang siap memeluknya.Mata Firman terbelalak. Tak menyangka, secepat itu istri mudanya datang. Untungnya Citra segera menyuruhnya pergi. Jika tidak? Bagaimana kalau Rani sampai tahu sebenarnya dia tak tinggal di tempat itu. “Aku pindah Jakarta, Mas. Aku bahagia akhirnya bisa bersamamu!” Rani memeluk Firman yang masih mematung. “Kenapa? Kamu kaget ya?” tanya Rani sambil mendorong kopernya masuk ke dalam. Firman masih seperti bangun dari mimpi. Berkali-kali dia mengerjap, namun kemudian dia tersadar dan membantu Rani memasukkan barangnya ke apartemen. “Aku sengaja nggak ngabarin ka

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-10
  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 7B

    Kepala Firman berdenyut. Sedangkan masalahnya dengan Citra saja belum dia tuntaskan. Mengurus dokumen pernikahan kedua, bukanlah hal mudah. Bahkan berlipat-lipat rumitnya. Dan itu tak pernah terbayangkan oleh Firman sebelumnya. Dia terlalu larut oleh kenyamanan semu yang selama ini diperoleh dari Rani. Kalau boleh memilih, tentu Firman akan mempertahankan Citra. Wanita yang teramat dicintainya. Selain cinta pertamanya, Citra sudah berkorban mendampinginya dari dia belum siapa-siapa. Cita pula yang selama ini menghadirkan kebahagiaan, yang telah memberinya tiga anak-anak yang lucu dan pintar. Hanya kebodohannyalah yang menghancurkan semuanya. Tapi, Firman pun tidak bisa begitu saja meninggalkan Rani. Gadis cerdas dengan karir gemilang yang begitu penuh harap mendapatkan jodoh yang diimpikannya. Dengan karirnya yang bersinar, hanya pria mapan yang berani mendekatinya. Dan Firman melakukan kesalahan besar untuk itu. “Mas, kamu kok malah melamun?” tanya Rani. Dia sedikit heran dengan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-10
  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 8A

    Setiba di apartemen, Firman segera membuka koper dan memasukkan baju-bajunya.“Mau ke mana, Mas?” tanya Rani yang baru keluar dari kamar mandi. Wanita itu menatap Firman dengan tatapan keheranan.“Ada pekerjaan,” jawab Firman singkat. Dalam hati dia mendesah. Mengapa hidupku penuh dengan kebohongan. Beginikah akibat dari pengkianatan. “Mendadak sekali....” timpal Rani seraya tak lepas menatap setiap gerakan firman. Padahal dirinya baru tiba kemarin dari Surabaya, dan besok adalah hari pertamanya kerja. Jakarta adalah kota baru baginya. Meskipun taksi online mudah dipesan. Tapi, tetap saja ditinggal sendiri bukan hal yang diharapkan. “Berapa hari, Mas? Kok bawa baju banyak banget?” tanya Rani penasaran. Biasanya yang Rani lihat sewaktu di Surabaya, Firman hanya membawa beberapa potong baju setiap datang ke sana. Sejenak Fiman berfikir, lalu menjawab, “Mungkin seminggu.”Bahkan, dia tak tahu tepatnya berapa lama akan pergi. Karena, papa dan mamanya kadang tidak dapat ditebak keingin

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-10
  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 8B

    [Citra, ini hari pertamaku bekerja. Apakah kamu bisa membagi lokasi kantormu? Siapa tahu kita bisa makan siang bersama.] Rani mengirimkan pesan singkat kepada Citra. Menjadi pegawai baru di kota yang asing bagi Rani memang tidak lah mudah. Citra adalah satu-satunya sahabat yang dia miliki di kota itu, selain suaminya, Firman. Sayangnya, jika Firman sedang sibuk dengan pekerjaannya, ponselnya selalu dimatikan. Sehingga Rani merasa kesepian. [Kamu nggak makan siang sama Mas Firman?] pancing Citra. Citra penasaran, kira-kira apa alasan yang diberikan ke Rani ketika Firman menghabiskan waktu di rumahnya. [Mas Firman sedang di luar kota, Cit.] Sebuah balasan dari Rani, membuat Citra menghela nafas. Ah, kasihan kamu, Rani. Bahkan, di hari bahagiamu ada di Jakarta, suamimu harus membohongimu, gumam Citra. [Maaf Rani, aku hari ini ada meeting. Besok aja ya. Aku janji] balas Citra. Dia masih belum ingin bertemu Rani. Paling tidak untuk saat itu. Dia tak ingin bangkai itu tercium sebelum

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-10
  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 9A

    “Kenapa kamu tidak telpon, Firman?” tanya Citra setelah mereka kembali ke unit apartemen Rani. Dengan telaten, Citra menyuruh Rani segera istirahat di ranjangnya. Sesuai pesan dokter, sahabatnya itu harus bedrest. “Mas Firman selalu mematikan ponselnya saat dia bekerja,” tukas Rani. Hidup hampir lima bulan LDR membuatnya terbiasa dengan kehidupan terpisah. Apalagi dia sudah mengetahui kebiasaan Firman, dan Rani cukup memakluminya. Citra menaikkan satu alisnya. Ada hal aneh dengan jawaban Rani. Dia tak percaya jika Firman, yang juga suaminya itu, menon-aktifkan ponsel selama bekerja. Karena selama ini, ia bebas menelpon kapan saja, termasuk jam kerja, meski hal itu jarang dilakukannya. Justru, kini timbul kecurigaan lain. Apakah nomer yang dimiliki Rani berbeda dengan yang dimiliki Citra? “Tapi, ini sudah malam. Memangnya suamimu selalu bekerja sampai larut malam?” Citra ingin menelisik lebih jauh. Diam-diam, Citra mengecek nomer Firman yang pernah diberikan oleh Rani padanya

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-11

Bab terbaru

  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   EXTRA PART

    Firman mendorong troly berisi koper miliknya dan juga koper kepunyaan papa dan mamanya. Pagi itu mereka sudah mendarat di bandara Schipol Amsterdam. Jam di bandara masih menunjukkan pukul tujuh pagi waktu Belanda. Ini adalah pertama kalinya Firman menginjakkan kaki di Belanda. Negeri dimana keempat anaknya dan mantan istrinya tinggal. Ada rasa ngilu menjalar di dadanya, bercampur dengan kerinduan. Ngilu mengingat kesalahannya yang berakibat hancurnya keluarga yang sudah sekian tahun dia bina bersama Citra. Hancur karena kesalahannya, terlena dengan kelembutan Citra. Tak dipungkirinya, setahun mereka berpisah, ada rindu yang menggelora dalam jiwanya. Rindu kepada Citra yang tak kan mungkin bisa kembali lagi. Rindu kepada ke empat anaknya, terutama Reva yang mungkin belum pernah merasakan belaian kasih sayangnya. “Man, itu adikmu di sebelah sana,” ujar Mama Firman saat melihat Farhan melambaikan tangan dari arah pintu keluar. Papa dan Mama Firman segera beranjak menghampiri Farha

  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 32 B

    “Aku minta maaf atas kejadian tadi,” kata Farhan usai Citra menidurkan anak-anaknya. Farhan mendekati Citra yang sudah duduk di sisi ranjang. Lalu ia duduk disebelahnya. “Kali ini, tolong dengarkan aku, Citra,” tukas Farhan lagi. Dipandanginya wajah istrinya yang tampak masih kecewa. “Han, sampai kapan kamu membenci Rani?” tanya Citra. Citra memang kadang lupa memanggil ‘mas’ ke Farhan, karena memang mereka dulu berteman dan mantan adik iparnya. Tapi, Farhan tak masalah. Citra memang perlu waktu untuk beradaptasi dengan kehidupan barunya setelah sepuluh tahun menganggapnya bukan siapa-siapa. “Aku tidak membenci Rani. Aku tidak suka dengan kelakuannya. Nih lihat!” Farhan mengangsurkan ponselnya ke Citra. Mata Citra membulat sempurna. Di gambar itu terlihat Rani sedang dibantu berjalan oleh Farhan. Tangannya merangkul ke pundak Farhan. Sedang Farhan memeluk pinggang Rani. Dan Rani menggunakan pakaian terbuka. Sangat berbeda dengan tampilan tadi saat berkunjung ke rumah mereka.

  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 32 A

    Farhan tidak habis mengerti dengan Citra. Jelas-jelas Rani menunjukkan gelagat yang kurang baik. Tapi, masih bisa-bisanya Citra selalu membelanya. Dalam banyak hal, Citra memang terlalu banyak berprasangka baik ke orang lain. Itu juga yang membuatnya terjatuh saat bersama Firman. Tak pernah sekalipun ada rasa curiga ke suaminya, hingga akhirnya Citra melihat dengan mata kepalanya sendiri kenyataan yang ada. Akhirnya, Farhan harus mengalah. Tak ada gunanya terus menerus berdebat dengan Citra. Ini masalah kecil. Tapi jadi rumit jika tidak segera diatasi. Farhan segera mengambil ponselnya. Lalu memblokir semua akses yang mengarah ke Rani. Tak lupa, ponsel Citra yang biasanya hanya diletakkan di ruang tamu, juga diblokkir aksesnya dengan sahabat istrinya itu. Farhan tak mau ada duri dalam daging dalam keluarganya. ***“Rani?! Sejak kapan kamu di sini?” tanya Citra yang baru pulang menjemput Romi. Dilihatnya Rani sedang berdiri di ambang pintu rumahnya. “Setengah jam yang lalu. Ponselm

  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 31 B

    “Ran, kamu turun sini ya. Tinggal lanjut naik kereta ke Amsterdam,” kata Citra saat mobil Farhan minggir di dekat stasiun Den haag. Farhan sama sekali tidak ada niat mengantarkan Rani. Toh dia juga sebenarnya tidak diajak, pikir Farhan. Bahkan, sepanjang perjalanan Farhan tidak berniat mengajak Rani bicara. Mereka sudah pulang dari Paris setelah menghabiskan akhir pekan di negeri Napoleon itu. Bagi Farhan, kehadiran Rani menghancurkan segala rencananya. Namun, tak ada gurat kecewa di wajah Citra. Wanita itu selalu saja merasa baik-baik saja. Bahkan, beberapa kali berusaha menghibur suaminya yang terus saja menunjukkan kekesalannya. Namun, kini Citra harus mengalah saat Farhan memutuskan untuk menurunkan Rani di depan stasiun. Farhan hanya tak mengerti. Sampai sebegitunya Citra harus mengorbankan perasaannya demi sahabatnya. Kadang Farhan berfikir dia tak salah memilih istri. Meski sudah punya empat anak, tapi hatinya bak bidadari. Tapi, kalau sudah berlebihan, dia tak tahan juga. K

  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 31 A

    Tok tok tok“Citra!”panggil Rani sambil mengetuk pintu kamar Citra dan Farhan. Hari sudah malam, tapi Rani belum juga dapat memicingkan matanya.“See?” ucap Farhan sambil menatap tajam ke Citra, seolah memberi isyarat bahwa apa mengajak Rani ke Paris adalah keputusan yang keliru. “Maaf,” tukas Citra dengan nada bersalah. Citra segera menyambar kimono tidurnya dan keluar kamar menemui Rani. “Ada apa Ran?” tanya Citra sambil menutup kembali pintu kamarnya. “Temeni aku, dong. Aku nggak bisa tidur,” kata Rani sambil menarik tangan Citra menuju kamarnya.Dulu saat masih SMA Citra dengan Rani memang akrab. Mereka sering menginap bersama dan cerita-cerita sampai mereka mengantuk. “Jadi, aku pengen melupakan masa laluku, Cit. Makanya aku bela-belain kuliah sampai sini. Aku pikir, aku tidak akan bertemu siapapun orang yang pernah kukenal. Taunya, malah ketemu kamu. Dunia sempit, ya!” ujar Rani. Rani lantas melanjutkan ceritanya mengenai studinya. Tentu saja bukan hal yang sulit bagi Rani

  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 30C

    “Ayo sayang, kita berangkat sekarang,” kata Farhan sambil menggendong Reva. Lalu ia meletakkan bayi mungil itu ke car seat yang ada di baris ke dua mobilnya. Sedang Rio dan Romi sudah siap di bangku belakang. Tak lama, Rara pun ikut duduk di car seat sebelah Reva. Akhir pekan ini, seperti janji Farhan, dia akan mengajak Citra liburan ke Perancis. Negara yang tak jauh dari Belanda ini. Jarak Paris dari Den haag hanya memakan waktu empat jam perjalanan. Farhan sengaja berangkat pagi-pagi, agar ia dapat mengajak Citra dan anak-anaknya keliling di beberapa tempat tujuan wisata di kota Paris. Besoknya, mereka akan mengajak anak-anak ke Disneyland. “Tunggu!” Baru saja Farhan akan menjalankan mobilnya ketika sebuah panggilan dalam bahasa Indonesia mengagetkan mereka. “Rani?” Farhan dan Citra saling berpandangan. Mengapa Rani sudah berada di sini sepagi ini? Gumam Farhan. Dari mana dia tahu tempat tinggalnya? Apa Citra memberitahukannya? Citra segera keluar dari mobil untuk menghampiri

  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 30B

    Setelah mendapatkan nomor Farhan, Rani tak tinggal diam. Berawal hanya menanyakan nama kantor dan alamat kantornya, akhirnya Rani berhasil mengajak Farhan makan siang. "Waktuku nggak banyak, Ran. Kalau kamu mau, kamu harus datang tepat waktu," ujar Farhan setelah beberapa kali menolak ajakan Rani. Tak perlu menyia-nyiakan kesempatan. Rani segera bergegas. Bahkan dia tak peduli kalau usai makan siang ada jadwal kuliah. Toh, selama ini dia belum pernah bolos. Jadi, tak mengapa sesekali absen. Perkara alasan, nanti bisa dicari. Demi agar tidak terlambat, Rani datang duluan. Sedikit banyak dia ingat karakter Farhan yang selalu on time, jutek dan tidak mau ditawar. Cafe yang tak jauh dari kantor Farhan menjadi pilihan. Ada menu halal di sana. Biasanya Farhan hanya makan siang dengan bekal yang disiapkan Citra. Namun, karena dia sudah janji dengan Rani, terpaksa dia harus makan di luar. Rani tersenyum simpul saat melihat Farhan menghampiri. Pria itu terlihat lebih tampan dengan stelan

  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 30 A

    Bekerja lembur bukanlah tradisi orang Belanda. Mereka bekerja dengan sangat efisien. Jam lima sore lewat sedikit biasanya mobil-mobil sudah terparkir kembali di depan rumah. Jam enam sore, umumnya orang Belanda sudah selesai makan malam. Jam delapan malam anak-anak di Belanda sudah berangkat tidur.“Citra, apa kamu bersedia jika aku meminta satu anak dari darah dagingku?” bisik Farhan.Citra sudah selesai menidurkan Reva dan Rara. Musim semi di Belanda membuat udara terasa segar. Tidak terlalu gerah tapi juga tidak terlalu dingin. Semilir angin mengintip melalui celah ventilasi yang dibiarkan terbuka. Sangat cocok pagi pasangan untuk memadu kasih. “Jangankan satu, lima pun aku bersedia,” jawab Citra sambil mengerling manja. Mungkin Farhan benar. Cinta Citra akan tumbuh seiring dengan waktu. Beruntung Farhan membawanya ke tempat yang baru. Ke tempat yang dia bisa melupakan kenangan tentang Firman. Ke tempat dimana hanya ada Farhan di sisinya dan mencurahkan segala kasih kepadanya. F

  • DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI   BAB 29B

    “Makasih ya, sayang. Kamu sudah bersedia menjadi pendamping hidupku. Sepuluh tahun bukan waktu yang singkat menantimu,” ujar Farhan di antara semilir angin musin semi di kota Den Haag. Dibukanya jendela apartemennya. Tampak dari kejauhan pemandangan wind molen terlihat dari jendela. “Aku yang berterimakasih kepadamu, sudah mau menerima anak-anak,” sahut Citra. Jarum sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Citra segera beranjak untuk menyiapkan sarapan. Tidak seperti di Indonesia yang sarapannya ribet. Di sana, Citra hanya cukup menyiapkan susu sereal, atau roti bakar. Mereka benar-benar memulai hidup baru. Bagi, Farhan menjadi ayah baru dari empat keponakannya tidaklah berat di negeri kincir angin ini. Tidak ada stigma buruk menikah dengan janda punya anak banyak. Di kota itu pun, Citra tidak akan kesepian. Banyak orang Indonesia yang tinggal disini. Citra bisa ikut aktivitas di Masjid Indonesia, atau pengajian warga Indonesia yang ada di Belanda atau pun di KBRI jika mau. Ter

DMCA.com Protection Status