Share

Mencari Keadilan

Bagian 143

Mencari Keadilan

“Suami Ibu ke mana?” tanya Maira, ia lupa dengan penjelasan Fahmi barusan. Gadis bermata biru itu duduk di pasir yang hanya beralaskan kardus saja. Ibu dan anak tersebut tak menjawab pertanyaan Maira, mereka makan begitu lahap, seolah-olah sudah lama tak bertemu dengan makanan. Bagaimana perasaan gadis itu? Tentu terluka, teringat ia lagi dengan keadaan di rumahnya yang penuh makanan. Bahkan Fahmi harus mencuri untuk hanya urusan mengganjal perut.

“Suamiku baru dua hari lalu meninggal,” jawab Naina—ibu Fahmi. Raut wajah itu menjelaskan asal kelahirannya. Hidung mancung dan kulit gelap. Naina berasal dari India sedangkan suaminya tidak. Fahmi lebih condong mengikuti wajah ibunya.

“Karena?” Penasaran Maira belum terpenuhi.

“Sakit.” Naina lekas menyusui anak keduanya yang perempuan, bernama Rahmah. “Alhamdulillah air susuku keluar juga. Terima kasih ya, Nak, dua kali kau menolongku.”

“Dua kali?” Gadis bermata biru itu mengulangnya. Maira lupa pertemuan p
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status