Home / Romansa / DILEMA DUA HATI / Korban Pertama

Share

Korban Pertama

Author: Rosa Rasyidin
last update Last Updated: 2023-01-20 20:50:16

Bagian 130

Korban Pertama

Maira menemukan rencana jahat dari Reihan. Ia berhasil mencari tahu nomor ponsel baru dan meretasnya dengan meminta tolong pada Afnan. Reihan kedapatan membeli sebuah bom dari salah satu Tentara Balrus yang sedang membutuhkan uang. Meski tak tahu di mana akan diletakkan bom tersebut. Namun, insting anak kandung Ali langsung berpikir Sultan dan Naima yang akan menjadi sasaran. Terutama pergerakan terakhir Reihan terlihat di hutan pinus tak jauh dari rumah kakak angkatnya.

“Paman, aku pinjam mobil dinasnya dulu, ya. Jangan beritahu Ayah, ya. Aku pergi ke desa tempat Kak Naima sesegera mungkin.” Maira langsung mengambil kunci mobil yang tersangkut di dinding. Afnan tak bisa mencegah karena pergerakan Maira begitu gesit, tak terkejar olehnya yang berperut buncit.

“Dia memanggilku Paman. Pupus sudah harapanku ingin memperistrinya. Lagi pula aku takut dengan ayahnya.” Afnan mengubur impiannya dalam-dalam melihat reaksi Maira pada dirinya. Si google berjalan itu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
BayuAndira
lanjut thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • DILEMA DUA HATI    Sidang

    Bagian 131 Sidang Ini season ketiga, tetapi masih ada kisah Naima dan Sultan yang belum selesai di season kedua, diselesaikan setahap demi setahap. Benar saja tebakan Maira, ibunya ceramah dari tadi tidak habis-habis sampai kupingnya panas. Sudah hampir 30 menit, sampai panas bokong gadis itu. Ingin rasanya Maira bangkit dari kursi dan masuk ke kamar. Namun, Ali yang duduk di sebelah ibunya memberi isyarat agar putrinya duduk tenang dan dengarkan saja. “Kau mau jadi apa. Perempuan bawa pistol, naik mobil kebut-kebutan, lewat hutan yang terbakar. Bahkan kau membunuh orang—” “Yang dibunuh, kan, orang jahat. Kalau aku tidak menembaknya, dia akan membunuh Paman.” Tak tahan Maira untuk memotong perkataan ibunya. “Menjawab kau lagi. Coba kalau ada apa-apa denganmu, siapa yang akan kerepotan?” Mata wanita yang berwarna biru itu nyaris keluar dari tempatnya. Memang anak gadis pertamanya sudah terlihat keras kepala sejak tahu membedakan mana yang baik mana yang buruk. “Jadi aku hanya di

    Last Updated : 2023-02-18
  • DILEMA DUA HATI    Merasa Bersalah

    Bagian 132 Merasa Bersalah “Apa Maira serius tak ingin menjadi dokter?” Gu berbicara empat mata pada suaminya. Sembari ia meletakkan Zahra yang sudah tertidur pulas. “Iya. Dia sudah mulai latihan di lantai atas,” jawab Ali sambil melepaskan jaketnya. Ia baru saja tiba dari Syam. Lelah? Tentu saja, tetapi demi putri kesayangannya apa yang tidak bisa ia lakukan?“Dulu Naima tak mau jadi dokter. Sekarang Maira pun sama. Lalu siapa yang akan meneruskan cita-citaku? Maira itu pula denganmu rasanya … kalau boleh cemburu, sudah lama aku lakukan.” “Tahan diri. Dia putri kita, walaupun hadirnya dengan cara tak termaafkan. Sebab aku menyayanginya daripada yang lain, karena aku tak bisa memberikan semua untuknya. Sedangkan putriku yang lain, bisa. Cukup adil, bukan?” Ali menenangkan Gu yang mulai tersulut emosi. “Adil menurutmu, iya.” Wanita itu mengembuskan napas panjang. “Masih ada dua putri kita yang lain, si kembar dan Zahra ini, yang laki-laki pun kalau mau jadi dokter tak masalah. An

    Last Updated : 2023-02-18
  • DILEMA DUA HATI    Nasab atau Ikatan

    Bagian 133 Nasab atau Ikatan? Gu dan Ali memutuskan pindah kembali ke rumah mereka di Syam. Bukan tanpa sebab, kebakaran hutan semakin meluas dan bukan tidak mungkin juga akan merambah ke camp konsentrasi. Dampak dari musim panas yang luar biasa. Namun, walau demikian peperangan juga belum berakhir. Beberapa kali gencatan senjata dan beberapa kali perjanjian damai dicabut. Sampai Barlus takluk sepenuhnya dan tak menjadi benalu dalam kehidupan kaum muslimin. Mungkin saja negara kecil tempat Gu dan Sultan berasal bisa kembali kepada pemiliknya. Mungkin, tak ada yang mustahil jika Allah sudah berkehendak. Pindahnya kedua orang tua angkat Naima membuat gadis itu bisa bertemu Zahra lagi. Walau sudah diizinkan untuk mengajar di TK, tetap saja kecanduannya untuk mengurus anak tidak bisa dielakkan. Gu pernah bertanya apakah keduanya mempunyai kesepakatan untuk menunda anak, dan Naima berkata tidak. Sebab bagi wanita berambut kemerahan itu salah satu tujuan dari ia menikah ya untuk punya an

    Last Updated : 2023-02-18
  • DILEMA DUA HATI    Kecurigaan

    Bagian 134Kecurigaan Maira keluar dari kamar mandi. Ia mengeringkan rambutnya yang kini dipotong pendek hanya sampai sebahu saja. Katanya supaya lebih mudah beraktifitas. Hari ini pendidikannya telah selesai, dan siang nanti adalah upacara kelulusannya. Dari 200 polisi laki-laki yang mendaftar, 10 di antaranya mundur karena alasan yang tidak disebutkan. Dari 20 polisi wanita yang ada semuanya lulus. Kemampuan yang tidak terlalu berbeda jauh, hanya beban kerja saja yang akan berbeda diberikan nanti. Baik Maira atau 19 polisi wanita lainnya nanti diperbolehkan mengambil keputusan masing-masing selama menyangkut keselamatan kaum muslimin. Yang tidak diperbolehkan sebagai wanita hanya menjadi khalifah saja atau pemimpin yang paling utama. Selain daripada itu boleh asal bisa mengabaikan perasaan dan mengikuti syariat. Maira menjadi sorotan di antara 19 polisi wanita lainnya. Bukan karena dia anak seorang kapten, yang lebih tinggi pangkatnya dari Ali juga banyak. Melainkan karena dahulu

    Last Updated : 2023-02-18
  • DILEMA DUA HATI    Salah Sendiri

    Bagian 135 Salah Sendiri Naima meminta Sultan untuk mengantarkannya ke satu tempat. Awalnya ia menyebutkan memang ke rumah sakit. Namun, ada kebohongan. Wanita itu mengatakan akan mengunjungi temannya yang sedang sakit. Pada akhirnya ia menuju dokter kandungan setelah membuat janji temu bersama Dokter Caniya—sahabat bibinya. Kalau tidak berbohong, Sultan tak akan mau untuk pergi ke sana. Sementara pemeriksaan harus dilakukan agar ada kejelasan, siapa di antara keduanya yang bermasalah, dan bisa segera dicari solusinya. “Jangan coba-coba pergi dari sini. Kalau tidak aku menjerit seperti orang gila. Malulah kau tujuh hari tujuh malam tak berani bekerja karena perangaiku,” ucap Naima ketika Sultan mencoba untuk kabur. Heran wanita tersebut, seharusnya dialah yang paling takut periksa bukan suaminya, sebab jelas sekali lelaki itu mampu memberikan Halimah tiga orang anak. “Seharusnya kau mengatakan ini dan meminta izin padaku dulu,” jawab Sultan tak bisa bergerak sebab ancaman istrinya

    Last Updated : 2023-02-18
  • DILEMA DUA HATI    Yang Dinanti

    Bagian 136 Yang Dinanti Usia kehamilan Naima sudah memasuki bulan ketujuh. Rasa waswas di hati Sultan semakin menjadi. Teringat ia dengan Halimah—saat di usia yang sama tewas meninggalkan dirinya sendirian. Salah satu penyebabnya karena pengakuan mengejutkan dari Naima, dan kini wanita itu menjadi istrinya. Sungguh pola yang sangat rumit yang ia pelajari. Lelaki itu berdiri cepat ketika melihat istrinya memegang pisau. Ia jadi seperti memiliki phobia terbaru, mulai dari usia awal kehamilan sampai sekarang, dan entah kapan akan berakhir. Padahal kondisi tubuh Naima baik-baik saja, hanya mual dan muntah, selebihnya wanita berambut kemerahan itu masih kuat dibandingkan Halimah dulu. “Biar aku saja yang memotong dagingnya.” Sultan meraih pisau di tangan istrinya. “Eh, aku ini hamil bukan mau mati. Tak boleh pegang ini itu. Bosan aku lama-lama dilarang.” “Sudah, duduk saja. Jangan membantah. Semua demi kebaikanmu.” Penjinak bom itu mulai merajang semua yang sudah disusun Naima di ata

    Last Updated : 2023-02-18
  • DILEMA DUA HATI    Dua Nyonya

    Bagian 137 Dua NyonyaMaira membawa paket makanan di mobil polisi yang ia kendarai. Paket tersebut berasal dari Naima dan Sultan yang mengaqiqahkan putra mereka yang diberi nama M. Rizki Solahudin. Tidak ada acara di rumah sepasang suami istri itu. Memang demikian tradisi di Syam, lebih baik dibagikan langsung untuk orang yang membutuhkan. Paket makanan akan diantarkan ke rumah orang yang agak kurang mampu. Wilayah tempat Maira dan Naima tinggal gubernurnya berlaku adil dan berusaha sebisa mungkin menekan angka kemiskinan. Namun, baru setengah paket itu dibagikan Maira dan Ola sudah kehabisan daftar orang yang harus diberikan. Sementara untuk ia dan teman-temannya juga sudah makan duluan. “Kasih paket ini ke mana lagi, ya?” Maira menyeka keringatnya yang mengalir. Musim panas matahari serasa sejengkal di atas kepala. Orang-orang lebih banyak minum daripada makan. “Kita bagi-bagi saja dengan orang yang lewat. Sayang daripada mubazir,” jawab Ola, gadis dengan hidung mancung dan wajah

    Last Updated : 2023-02-28
  • DILEMA DUA HATI    Tugas Sendirian

    Bagian 138 Tugas SendirianPagi hari sekali, Maira telah berada di rumah gubernur wilayahnya. Ada sedikit urusan yang harus dibahas. Seharusnya, ia mengadu pada atasannya. Namun, ia benar-benar buntu sebab instansi tempatnya bekerja seperti memiliki akar yang menjerat mereka. Sudah ia cari tetapi belum berjumpa. Mungkin saja karena yang menyembunyikan masalah merupakan orang yang lebih pintar daripada Maira. Tentu saja gadis bermata biru itu juga tak semua masalah bisa ia genggam. “Asslammualaikum, Nyonya Faizah. Bolehkan aku bertemu dengan Gubernur (untuk selanjutnya akan disebut Amir). Ada urusan yang harus aku selesaikan.” Maira menyapa wanita yang membuka pagar dengan tangannya sendiri. Betapa hidup pemimpin di kota tempat gadis itu tinggal sangat sederhana. Berbanding jauh dengan amir wilayah tetangga. “Wa’alaikumussalam. Engkau Maira, kan, ya?” Faizah mengenali gadis itu dari warna matanya. Ditambah name tag yang dipasang pada jilbab. “Benar, Nyonya. Apa aku mengganggu datan

    Last Updated : 2023-02-28

Latest chapter

  • DILEMA DUA HATI    Home Sweet Home

    Bagian 195 Home Sweet Home Maira melebarkan bola matanya, dua bulan menikah dengan Fahmi berat badannya sudah bertambah empat kilogram. Bayangkan kalau setahun jadi berapa, dan ia pun jadi bertambah gemuk dan gemuk saja. Bagaimana tidak, masakan milik Fahmi jauh lebih enak daripada masakannya. Awal mulanya Maira letih melihat cara memasak orang India yang begitu rumit dan banyak sekali proses yang harus dilalui. Wajar saja kalau dapurnya besar. Lama-lama dicoba makanan itu enak sekali rasanya. Terus-terusan dimasak oleh Fahmi ditambah pula ekstra kentang goreng yang merupakan makanan favorit Maira dari kecil. Sedikti demi sedikit dimakan, enak, tambah lagi, begitu saja terus sampai perut Maira yang kemarin-kemarin rata, mulai menggembung. “Ya Allah, sebentar lagi akan ada lipatan lemak di mana-mana.” Putri Ali memandang cermin di kamarnya. Ia naikkan seragam kepolisian dan benar celana yang longgar itu mulai teras sesak. Ia tarik napas baru terlihat ramping lagi seperti dulu, tapi

  • DILEMA DUA HATI    Bersama Zahra

    Bagian 194 Bersama Zahra Maira tiba-tiba memeluk suaminya karena rasa bahagia yang membuncah dalam dadanya. Dulu, jangankan rayuan, membaca doa saja Amran tak pernah ingat. Untung saja tidak ada jejak yang tertinggal dalam diri Maira dulu sehingga tak perlu repot-repot mengurus anak seorang diri. Fahmi terkejut dengan reaki istrinya. Tentu saja reaksi yang menimbulkan aksi. Lelaki itu tek henti-hentinya menyentuh puncak kepala Maira, wanita yang ia cintai sejak masih ingusan.Diam saja Fahmi, hanya sampai di sana lalu tidak ada pergerakan fluktuatif yang menunjukkan grafik peningkatan amat pesat. Maira jadi bertanya-tanya sendiri. Mengapa suaminya jadi berubah lagi, padahal tadi rayuan maut sudah dilontarkan, giliran dia sudah menyerah, malah membeku di musim panas. Payah sekali Fahmi. ‘Apa aku harus memulai terlebih dahulu?’ tanya putri Ali di dalam hatinya. Ia menjauh sejenak dari pelukan Fahmi, tapi tak bisa, lelaki itu masih mendekapnya sangat erat. “Sesak napas aku lama-lama,

  • DILEMA DUA HATI    Gombal

    Bagian 193 Gombal Fahmi menyodorkan minuman dingin untuk istrinya. Satu botol besar, dan habis sekali napas oleh Maira. Tertegun lelaki itu melihat cara makan dan minum Maira. 11 12 dengan Naima, hanya saja putri Ali lebih mudah gendut, karena itu ia menjaga makan. Namun, untuk hari ini tidak ada kata diet. Maira makan semua yang ada di meja. “Kau lapar?” tanya Fahmi daripada tak ada bahan yang dibicarakan. “Tinggal batu saja yang belum aku makan,” jawab Maira, ia merobek bungkusan cokelat dan sekali hap sudah tinggal setengah batang. “Wow,” gumam Fahmi. “Mau aku belikan kentang?” tawarnya. Wajar Maira lapar, jadi pengantin kemarin ia susah buka mulut karena pengaruh kerudung dan riasan. Terus waktu berjalan sampai pagi ia sibuk mengatur lalu lintas dan bertengkar dengan suaminya. Semua kegiatan itu membutuhkan tenaga ekstra. “Dua bungkus,” ujar Maira. Fahmi pun lekas pergi, agak jauh sedikit penjual kentang goreng itu tapi ia datangi saja karena cinta. Setengah jam kemudian tig

  • DILEMA DUA HATI    Terlalu Polos

    Bagian 192 Terlalu Polos Selesai shalat Maghrib, Fahmi tak langsung pulang. Jujur saja dia agak takut dengan istrinya. Termenung lelaki itu di dalam masjid, duduk bersila, kepala ditundukkan, mata terpejam, seolah-olah sedang dzikir panjang, padahal hatinya sedang memikirkan Maira. Untuk kali ini dia memang tak bisa tenang, sekali ini dzikirnya tak fokus. “Kupikir dia kan pemalu seperti gadis-gadis yang ada dalam cerita,” gumam lelaki berdarah India itu perlahan. Malu kalau didengar orang lain. “Apa karena dia sudah janda, jadi pengalamannya lebih banyak, dan tak sabar untuk mengulanginya? Begitukah? Aduh mana aku minus ilmu hal-hal begitu. Apakah aku terlalu polos jadi laki-laki?” Putra Naina menggaruk kepalanya yang tak gatal.“Tak bisa, tak boleh seperti ini. Walau bagaimanapun aku adalah pemimpin. Aku harus jadi yang, aduh, Ya Allah kenapa kepalaku jadi pusing. Aku harus terlihat pemberani dan tegas di matanya. Sudah cukup di kantor dia jadi atasanku jangan sampai di rumah jug

  • DILEMA DUA HATI    Lelaki Yang Gugup

    Bagian 191 Gak ada Judul Khalifah memberikan penghargaan bagi para polisi juga tentara yang jujur dan amanah dalam mengemban tugas. Tentu saja nama Humaira dan lima orang timnya disebutkan. Barisan telah disusun, untuk polisi perempuan sangat sedikit sekali jumlahnya, dan baru dibuka penerimaan besar-besaran setelah berhasil membuang semua pengaruh Ex Gubernur Asad yang telah tewas. Satu demi satu mereka maju menerima penghargaan. Fahmi dan empat polisi yang lain naik pangkat satu tingkat, sedangkan Maira mendapatkan lencana kesetiaan walau pangkat tidak bertambah. Seharusnya semuanya pulang, tapi tidak dengan lima polisi yang pernah dikumpulkan jadi satu oleh Maira itu. Mereka berkumpul mengenang masa-masa indah ketika masih bertugas bersama-sama. Sekarang sudah kembali ke kota masing-masing. Maira melihat mereka dari jauh, walau bagaimanapun dia masih punya perhitungan pada Fahmi juga Musa. Kenapa Musa? Terserah dia, karena ikut-ikutan mengelabuhinya. “Ehm.” Kedatangan Maira me

  • DILEMA DUA HATI    Benang Merah

    Bagian 10 Benang Merah Ali menelan kekecewaan saat ke rumah Fahmi. Ternyata orangnya tidak ada. Ia pun tak berniat masuk ke rumah ketika kepala keluarga itu tidak ada di tempat. Sudahlah lelah, jauh, musim panas lagi. Sang kapten yang seharusnya sudah pensiun itu pun kembali ke kotanya. Menaiki kereta api super cepat. Beruntungnya di musim panas, siang sangat lama daripada malam, walau angin yang bertiup jadi ikut-ikutan panas. Beberapa jam kemudian ia sampai di pemberhentian kotanya, dan bertemu dengan teman lamanya lagi yang sama-sama kecewa—Hamdan.“Kenapa mukamu ditekuk begitu?” tanya Ali yang langsung menghampiri temannya. “Yang dicari tak ada di rumah,” jawab Hamdan. Mereka memang tak selemah orang-orang tua pada umumnya, tetapi kalau disuruh bepergian dan yang dicari tak ada juga, lelah terasa tubuh mereka. “Sama kalau begitu. Sudah lelah pergi ke sana, salahku juga, kenapa tak memberi tahu dulu.” Ali menarik napas panjang. Ia melirik jam tangannya, Dzuhur masih panjang sek

  • DILEMA DUA HATI    Pertandingan Sepak Bola

    Bagian 189 Pertandingan Sepak Bola Pagi-pagi selepas Shubuh Maira sudah siap dengan seragam lengkapnya, minus rompi anti peluru saja, pistol dan HT turut serta ia bawa. Ia ada pekerjaan penting dari pagi sampai sore, makan dan sholat di sana saja. Namun, sebelum pergi ia sempat berpamitan pada Ali yang memandangnya agak berbeda pagi itu. “Ayah pergi menonton sepak bola nanti?” tanya Maira. “Tidak, Ayah sudah cukup tua untuk urusan itu, biar yang muda-muda saja.” “Terus rapi sekali pagi ini, Ayah mau pergi ke mana?” Agak curiga Maira. “Ada urusan penting, demi keluarga ini juga.” Ali menyembunyikan tujuannya hari itu pada putrinya. Jika Maira tahu sedang dicarikan jodoh, bisa-bisa ia mengelak lagi. “Oh, kabari bagaimana hasilnya, ya. Aku pergi dulu.“ Pagi itu Maira menggunakan mobil polisi karena tugas besar yang ia emban. Maira memimpin tim untuk menjaga keamanan pertandingan sepak bola di salah satu stadion olahraga. Putri Ali mengawasi di tempat duduk khusus perempuan, yang

  • DILEMA DUA HATI    Pengorbanan Seorang Ayah

    Bagian 188 Pengorbanan Seorang Ayah. Gu dan tiga putrinya pulang ke kota tempat tinggal mereka menggunakan kereta cepat. Di dalam kendaraan ekpres itu, Maira hanya diam membisu memandang salju yang terus turun dari langit. Salju sebentar lagi akan berhenti, dan Hira kembali sekolah menyelesaikan pendidikannya, lalu Zahra yang masuk pendidian tingkat pertama. Maira sendiri? Tetap bekerja. Kantor tempatnya mengabdi juga mengalami revolusi besar-besaran, imbas dari kasus Gubernur Asad. Jadi sampai musim panas nanti putri Ali akan sangat sibuk. Namun, tak mengapa, dia jadi bisa melupakan Fahmi. “Kau pasti sudah kembali hidup di kota asalmu. Semoga kita tak akan pernah berjumpa lagi,” gumam Maira dalam keheningan. Ibu dan dua adik kandungnya sedang terlelap, jadi polisi wanita itu menjaga mereka dengan baik. Masalah luka hatinya, ia yakin akan membaik dengan sendirinya. Sampai juga empat perempuan beda generasi itu di stasiun. Tadinya Gu ingin menelepon Ali untuk menjemput mereka. Na

  • DILEMA DUA HATI    Selesai

    Bagian 187 Selesai Fahmi dan Maira membuka matanya perlahan-lahan ketika dua ember air dingin disiramkan ke wajah mereka. Dingin di tengah musim salju yang masih turun. Mereka saling melihat diri masing-masing. Tubuh keduanya terikat dan berada di sebuah gedung kosong juga luas. “Maira, Fahmi. Kalian dua parasit pengganggu, gara-gara kalian, saudaraku banyak yang tewas ditembak.” Lelaki itu duduk di depan keduanya. “Ya, kematian sebenarnya terlalu mudah buat kalian, tapi aku yakin di alam kubur juga kalian kena cambuk malaikat,” jawab putri Ali, sedangkan Fahmi berusaha membuka ikatan di tangannya.“Bawa mereka ke dalam mobil. Terlalu banyak bicara, bosan aku mendengarnya.” Perintah suruhan Harun. Lalu dua orang itu diangkat dalam keadaan terikat dan dimasukkan ke dalam mobil. Sebuah alat berat datang dari belakang hendak menghancurkan mobil Maira dan orangnya di dalam sekalian. Para pesuruh Harun sudah bepergian dan tinggal supir alat berat itu saja dan satu orang pengawas.“Ast

DMCA.com Protection Status