Share

Jangan Takut

Penulis: Rosa Rasyidin
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-18 00:00:27

Bagian 164

Jangan Takut

“Bagaimana kabar Maira, Paman?” tanya Amran ketika mereka makan pagi bersama. Sebenarnya lelaki itu tak pernah mau melepaskan Maira sebagai istrinya. Namun, Hakim Harun telah mengupayakan segala hal, bahkan sudah mendatangkan ulama yang disegani, tetap saja putri Ali bersikukuh untuk lepas, untungnya ia sama sekali tidak buka mulut pasal perzinahan suaminya. Di satu sisi Ola tak suka suaminya menanyakan mantan yang menjadi duri dalam daging di rumah tangganya.

“Dia baik. Bekerja seperti biasa, melayani umat, mengurus kasus-kasus kriminal, terakhir kemarin Paman melihatnya mendorong seorang tua di kursi roda dan membantunya masuk ke dalam bus kota, setelah itu tidak pernah berjumpa lagi.”

“Artinya anak itu tidak tertarik dengan keluarga kita lagi, bukan?” tanya Heba. Di antara penghuni istrana ular itu dialah yang paling menyimpan banyak kebencian pada bekas menantunya.

“Tidak, dia kerja pulang kerja pulang, mengurus adiknya, sudah itu saja. Hampir setahun
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • DILEMA DUA HATI    Simpul Kehidupan

    Bagian 165 Simpul Kehidupan “Ola, aku ingin bicara padamu.” Usai makan pagi dengan keributan, lelaki manja tersebut mendekati istrinya yang cantik, jelita, bermata indah, tetapi … luar biasa jalan hidupnya. “Katakan saja, kapan aku tidak pernah menuruti kata-katamu?” Ola menyimpan cincin emas bertakhtakan berlian dalam sebuah box lalu menukar dengan model yang lain. Selama menikah dengan Amran, ia sudah dapatkan kemewahan yang dulu tidak dihiraukan oleh Maira. Baju, sepatu, tas yang dulu diberikan oleh Amran untuk putri Ali, kini sudah menjadi miliknya. Apakah Ola bahagia? Tentu saja, karena baginya selain memiliki hati Amran, juga harus memiliki waktu, dan uangnya. Tiga hal itu tidak pernah dimiliki oleh mantan sahabatnya yang kini bebas melajang. “Ayah benar-benar ingin anak lelaki dariku, bukan karena dia tak suka anak perempuan.” Amran memegang tangan istrinya yang halus dan harum. Jika ditanya apakah dia mencintai Ola, jawabannya iya. Namun, Maira tetap tersimpan di sudut hat

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-18
  • DILEMA DUA HATI    Sandiwara

    Bagian 166 Sandiwara Fahmi membagi tim menjadi tiga. Empat orang dibagi dua lagi untuk menyelidiki hal yang lain, sedangkan dirinya sendiri memilih berangkat menggunakan motor menuju kota tempatnya tinggal dulu. Ia dan Maira hanya berbeda alat transportasi saja walau tujuannya sama.Pemuda berdarah India itu memang memiliki dendam pribadi dengan tangan kanan Harun. Siapa tangan kiri hakim itu? Ia belum tahu, nanti akan dicari seiring berjalannya waktu. Sebab seingatnya ketika dibuang ke tengah padang pasir ada dua orang yang melakukan kejahatan tersebut. Setidaknya Fahmi harus tahu apa yang menjadi penyebab ia sampai harus dibuang di tempat yang kering dari sumber air. Lokasi terakhir yang ditulis oleh Maira pada selembar kertas menunjukkan bahwa tangan kanan Harun yang bernama Barza sering duduk-duduk santai di suatu gang yang sangat sepi. Maka tempat itu menjadi tujuannya. Pemuda tersebut menggunakan sorban, sebab musim panas akan segera berganti menjadi salju, dan kepala terkad

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-18
  • DILEMA DUA HATI    Makan Cinta

    Bagian 167 Makan Cinta Dua bola mata Maira dan Fahmi sama-sama tak percaya atas apa yang mereka lihat di depannya. Sebuah pemukiman orang miskin yang luasnya jauh berkali-kali lipat dari pemukiman Fahmi dulunya. Ragam anak-anak mengais sampah untuk mencari makan, belum lagi orang tua renta yang berjalan sangat kepayahan. Ibu-ibu yang bahkan bajunya sudah robek dan ditambal sana sini, persis keadaan umat muslim dulu ketika masa-masa Islam baru tumbuh dan mendapatkan penyerangan di sana-sini. “Ini tidak mungkin,” ucap Maira yang membuka kacamatanya.“Bagiku mungkin, aku saja dulu pernah tinggal di tempat seperti ini,” Fahmi menarik napas panjang. Teringat dengan sulitnya hidup dulu jangankan untuk makan, bertemu air bersih saja bagaikan menemukan emas. “Rekam dan dokumentasikan tempat ini. Kirim kepada temanmu yang ahli IT sebagai bukti. Akan kita gunakan di waktu yang tepat!” tegas Maira, satu demi satu kejahatan Asad akan ia kuliti. Tiga bulan waktu yang diberikan, sekarang sudah

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-18
  • DILEMA DUA HATI    Gejolak Hati

    Bagian 168Gejolak Hati Asad mengamuk di dalam rumahnya. Kursi makan, sofa, guci, dan piring ia pecahkan semuanya. Gia meringkuk ketakutan di dalam kamar, Heba tak tahu harus berbuat apa, sedangkan Hakim Harun hanya diam membiarkan kakaknya melampiaskan kemarahan yang begitu memuncak. Bukan karena ulah Amran. Meliankan kedatangan mendadak Khalifah dan Gubernur Latif tiba-tiba ke wilayahnya dan dijumpai sudah satu tempat yang dua hari lalu didatangi oleh Maira juga Fahmi. “Sudah aku tutupi baik-baik selama ini. Sudah aku suap para polisi dan semua petugas, sampai hartaku tinggal setengah. Tapi kenapa bisa ketahuan juga?” Lelaki tua itu seharusnya sadar dengan umur. Marah-marah di usia udzur takutnya dia mati mendadak dan tak sempat bertaubat lagi. “Pasti kita kecolongan. Ada yang diam-diam mengunjungi tempat itu.” Harun duduk di sebelah kakaknya. Setelah suaminya selesai marah-marah baru Heba berani bergabung. Sedangkan rumah yang kotor itu akan menjadi urusan Gia nantinya, istri m

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-18
  • DILEMA DUA HATI    Teror

    Bagian 169 Teror Untuk Sebuah Nyawa “Namanya, Fahmi Idris, Tuan Harun. Dia polisi baru jadi, satu wilayah dengan Humaira, si perempuan bermulut tajam itu.” Barza menyerahkan beberapa foto Fahmi yang ia dapatkan berkat menyewa jasa seorang ahli IT. “Ada hubungan mereka berdua?” “Sejauh ini tidak ada, Tuan. Fahmi bergerak sendirian. Dan asal kau tahu, dia ini dulu anak kecil yang kau suruh buang ke padang pasir.” “Oh, yang beberapa tahun lalu dibawa Maira karena perutnya lapar itu?” tanya Hakim Harun, ingatannya akan kejadian ketika ia dipermalukan itu sangat membekas di hati. Barza mengangguk. “Bukankah kau kusuruh untuk membuangnya di tengah padang pasir sampai dia mati kehausan. Tolol! Ternyata kau tak menjalankan pekerjaanmu dengan baik. Ini namanya kita kecolongan dua kali. Pergi Maira datang Fahmi, tak habis-habis urusan kita dengan tikus kecil seperti ini. Kau lihat akibatnya, kakakku rugi tak tanggung jumlahnya. Bodoh, makan dan minum saja yang kau tahu.” Keluar sudah tabi

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-18
  • DILEMA DUA HATI    Licik

    Bagian 170 Licik Maira turun dari mobilnya. Sultan menoleh dan tersenyum. Seharusnya keponakannya itu datang menggunakan baju seragam atau paling tidak gamis hitam. Namun, yang ada di depannya kini Maira yang dulu imut-imut dan kerap meminta dibelikan es krim padanya. Sultan seperti mengulang masa lajangnya dulu. Begitu juga dengan anggota yang lain mereka ingin tertawa sedikit, tapi tak berani mengingat pangkat Maira dua tingkat di atas mereka. “Mana gamismu? Ya Allah, Maira,” tanya Sultan ketika melihat keponakannya menggunakan baju tidur, memang kainnya tebal dan longgar, tetapi coraknya jadi tidak matching dengan Maira yang keras kepala. “Tak sempat memikirkan itu, aku buru-buru ke sini takut meninggalkan moment penting,” jawab Maira. Untung saja dia bisa menyambar jaket tebal, kaus kaki, kerudung dan penutup wajah. “Ya, ya, keponakanku yang imut-imut, mau minta dibelikan es krim apa?” Sultan menepuk kepala Maira berkali-kali, persis ketika ia masih gadis kecil. “Ah, aku tak

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-18
  • DILEMA DUA HATI    Mengumpulkan Bukti

    Bagian 171 Mengumpulkan Bukti Fahmi dan Musa terus mengendarai motor dengan kecepatan tinggi hingga ke batas kota. Mereka berburu dengan waktu atau lebih tepatnya khawatir ada yang mengikuti dari belakang. Tak bisa bohong, pasti pergerakan mereka sudah mulai ada yang curiga. Maira memang hanya pembimbing, tapi tak mungkin juga wanita itu hanya diam saja tanpa melakukan apa pun. Kejadian matinya tahanan di dalam penjara tentu akan ia cari tahu sampai dapat. “Pekerjaan kita ini menantang nyawa sekali ya, kalau dipikir-pikir. Yang kita hadapi sekelas Gubernur Asad. Aku tak yakin tim kita masih utuh dalam tiga bulan ke depan,” ujar Musa ketika Fahmi baru menghentikan motornya. Mereka telah sampai di satu tempat yang ditengarai sebagai tempat tinggal si mandor bernama Hamzah. “Berdoa saja, kalau memang usia kita berakhir dalam amar ma’ruf nahi mungkar semoga menjadi jalan buat selamat dari api neraka,” jawab Fahmi. Dua petugas polisi berpakaian bebas itu mulai mencari keberadaan rumah

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-26
  • DILEMA DUA HATI    Dua Sahabat

    Bagian 172 Dua Sahabat Maira bangun pagi agak terlambat. Tadi malam ia pulang diam-diam, pun ketahuan oleh Ali, tidurnya jadi terlambat dan semua serba terakhir. Tak bisa bohong, wanita itu mulai berpikir keras tentang keterlibatan Ola. Mungkin terjadi sebab ia sudah masuk dalam lingkaran keluarga Asad. Gia saja terkena percikannya apalagi bekas sahabatnya yang pada dasarnya licik itu.“Hati-hati di jalan, Maira. Percayalah sejak tim itu dibentuk hidupmu tidak baik-baik saja, apalagi ketika mereka sadar kau masih ikut campur urusan keluarga gubernur,” ucap Ali pada putrinya. Wanita itu menggangguk mengiyakan kata ayahnya. Iya naik ke mobil tapi turun lagi. Mahar dari Amran itu dipikir-pikir memang mewah dan terlihat mencolok, orang sudah tahu yang di dalam sana pasti Maira. Agak susah jadinya polisi wanita itu bergerak. “Ayah, tukar mobil, ya,” pinta Maira pada Ali. Lelaki bermata abu-abu itu heran, mobil miliknya sudah tua tetapi mesinnya masih bagus, berbeda dengan milik putrinya

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-26

Bab terbaru

  • DILEMA DUA HATI    Home Sweet Home

    Bagian 195 Home Sweet Home Maira melebarkan bola matanya, dua bulan menikah dengan Fahmi berat badannya sudah bertambah empat kilogram. Bayangkan kalau setahun jadi berapa, dan ia pun jadi bertambah gemuk dan gemuk saja. Bagaimana tidak, masakan milik Fahmi jauh lebih enak daripada masakannya. Awal mulanya Maira letih melihat cara memasak orang India yang begitu rumit dan banyak sekali proses yang harus dilalui. Wajar saja kalau dapurnya besar. Lama-lama dicoba makanan itu enak sekali rasanya. Terus-terusan dimasak oleh Fahmi ditambah pula ekstra kentang goreng yang merupakan makanan favorit Maira dari kecil. Sedikti demi sedikit dimakan, enak, tambah lagi, begitu saja terus sampai perut Maira yang kemarin-kemarin rata, mulai menggembung. “Ya Allah, sebentar lagi akan ada lipatan lemak di mana-mana.” Putri Ali memandang cermin di kamarnya. Ia naikkan seragam kepolisian dan benar celana yang longgar itu mulai teras sesak. Ia tarik napas baru terlihat ramping lagi seperti dulu, tapi

  • DILEMA DUA HATI    Bersama Zahra

    Bagian 194 Bersama Zahra Maira tiba-tiba memeluk suaminya karena rasa bahagia yang membuncah dalam dadanya. Dulu, jangankan rayuan, membaca doa saja Amran tak pernah ingat. Untung saja tidak ada jejak yang tertinggal dalam diri Maira dulu sehingga tak perlu repot-repot mengurus anak seorang diri. Fahmi terkejut dengan reaki istrinya. Tentu saja reaksi yang menimbulkan aksi. Lelaki itu tek henti-hentinya menyentuh puncak kepala Maira, wanita yang ia cintai sejak masih ingusan.Diam saja Fahmi, hanya sampai di sana lalu tidak ada pergerakan fluktuatif yang menunjukkan grafik peningkatan amat pesat. Maira jadi bertanya-tanya sendiri. Mengapa suaminya jadi berubah lagi, padahal tadi rayuan maut sudah dilontarkan, giliran dia sudah menyerah, malah membeku di musim panas. Payah sekali Fahmi. ‘Apa aku harus memulai terlebih dahulu?’ tanya putri Ali di dalam hatinya. Ia menjauh sejenak dari pelukan Fahmi, tapi tak bisa, lelaki itu masih mendekapnya sangat erat. “Sesak napas aku lama-lama,

  • DILEMA DUA HATI    Gombal

    Bagian 193 Gombal Fahmi menyodorkan minuman dingin untuk istrinya. Satu botol besar, dan habis sekali napas oleh Maira. Tertegun lelaki itu melihat cara makan dan minum Maira. 11 12 dengan Naima, hanya saja putri Ali lebih mudah gendut, karena itu ia menjaga makan. Namun, untuk hari ini tidak ada kata diet. Maira makan semua yang ada di meja. “Kau lapar?” tanya Fahmi daripada tak ada bahan yang dibicarakan. “Tinggal batu saja yang belum aku makan,” jawab Maira, ia merobek bungkusan cokelat dan sekali hap sudah tinggal setengah batang. “Wow,” gumam Fahmi. “Mau aku belikan kentang?” tawarnya. Wajar Maira lapar, jadi pengantin kemarin ia susah buka mulut karena pengaruh kerudung dan riasan. Terus waktu berjalan sampai pagi ia sibuk mengatur lalu lintas dan bertengkar dengan suaminya. Semua kegiatan itu membutuhkan tenaga ekstra. “Dua bungkus,” ujar Maira. Fahmi pun lekas pergi, agak jauh sedikit penjual kentang goreng itu tapi ia datangi saja karena cinta. Setengah jam kemudian tig

  • DILEMA DUA HATI    Terlalu Polos

    Bagian 192 Terlalu Polos Selesai shalat Maghrib, Fahmi tak langsung pulang. Jujur saja dia agak takut dengan istrinya. Termenung lelaki itu di dalam masjid, duduk bersila, kepala ditundukkan, mata terpejam, seolah-olah sedang dzikir panjang, padahal hatinya sedang memikirkan Maira. Untuk kali ini dia memang tak bisa tenang, sekali ini dzikirnya tak fokus. “Kupikir dia kan pemalu seperti gadis-gadis yang ada dalam cerita,” gumam lelaki berdarah India itu perlahan. Malu kalau didengar orang lain. “Apa karena dia sudah janda, jadi pengalamannya lebih banyak, dan tak sabar untuk mengulanginya? Begitukah? Aduh mana aku minus ilmu hal-hal begitu. Apakah aku terlalu polos jadi laki-laki?” Putra Naina menggaruk kepalanya yang tak gatal.“Tak bisa, tak boleh seperti ini. Walau bagaimanapun aku adalah pemimpin. Aku harus jadi yang, aduh, Ya Allah kenapa kepalaku jadi pusing. Aku harus terlihat pemberani dan tegas di matanya. Sudah cukup di kantor dia jadi atasanku jangan sampai di rumah jug

  • DILEMA DUA HATI    Lelaki Yang Gugup

    Bagian 191 Gak ada Judul Khalifah memberikan penghargaan bagi para polisi juga tentara yang jujur dan amanah dalam mengemban tugas. Tentu saja nama Humaira dan lima orang timnya disebutkan. Barisan telah disusun, untuk polisi perempuan sangat sedikit sekali jumlahnya, dan baru dibuka penerimaan besar-besaran setelah berhasil membuang semua pengaruh Ex Gubernur Asad yang telah tewas. Satu demi satu mereka maju menerima penghargaan. Fahmi dan empat polisi yang lain naik pangkat satu tingkat, sedangkan Maira mendapatkan lencana kesetiaan walau pangkat tidak bertambah. Seharusnya semuanya pulang, tapi tidak dengan lima polisi yang pernah dikumpulkan jadi satu oleh Maira itu. Mereka berkumpul mengenang masa-masa indah ketika masih bertugas bersama-sama. Sekarang sudah kembali ke kota masing-masing. Maira melihat mereka dari jauh, walau bagaimanapun dia masih punya perhitungan pada Fahmi juga Musa. Kenapa Musa? Terserah dia, karena ikut-ikutan mengelabuhinya. “Ehm.” Kedatangan Maira me

  • DILEMA DUA HATI    Benang Merah

    Bagian 10 Benang Merah Ali menelan kekecewaan saat ke rumah Fahmi. Ternyata orangnya tidak ada. Ia pun tak berniat masuk ke rumah ketika kepala keluarga itu tidak ada di tempat. Sudahlah lelah, jauh, musim panas lagi. Sang kapten yang seharusnya sudah pensiun itu pun kembali ke kotanya. Menaiki kereta api super cepat. Beruntungnya di musim panas, siang sangat lama daripada malam, walau angin yang bertiup jadi ikut-ikutan panas. Beberapa jam kemudian ia sampai di pemberhentian kotanya, dan bertemu dengan teman lamanya lagi yang sama-sama kecewa—Hamdan.“Kenapa mukamu ditekuk begitu?” tanya Ali yang langsung menghampiri temannya. “Yang dicari tak ada di rumah,” jawab Hamdan. Mereka memang tak selemah orang-orang tua pada umumnya, tetapi kalau disuruh bepergian dan yang dicari tak ada juga, lelah terasa tubuh mereka. “Sama kalau begitu. Sudah lelah pergi ke sana, salahku juga, kenapa tak memberi tahu dulu.” Ali menarik napas panjang. Ia melirik jam tangannya, Dzuhur masih panjang sek

  • DILEMA DUA HATI    Pertandingan Sepak Bola

    Bagian 189 Pertandingan Sepak Bola Pagi-pagi selepas Shubuh Maira sudah siap dengan seragam lengkapnya, minus rompi anti peluru saja, pistol dan HT turut serta ia bawa. Ia ada pekerjaan penting dari pagi sampai sore, makan dan sholat di sana saja. Namun, sebelum pergi ia sempat berpamitan pada Ali yang memandangnya agak berbeda pagi itu. “Ayah pergi menonton sepak bola nanti?” tanya Maira. “Tidak, Ayah sudah cukup tua untuk urusan itu, biar yang muda-muda saja.” “Terus rapi sekali pagi ini, Ayah mau pergi ke mana?” Agak curiga Maira. “Ada urusan penting, demi keluarga ini juga.” Ali menyembunyikan tujuannya hari itu pada putrinya. Jika Maira tahu sedang dicarikan jodoh, bisa-bisa ia mengelak lagi. “Oh, kabari bagaimana hasilnya, ya. Aku pergi dulu.“ Pagi itu Maira menggunakan mobil polisi karena tugas besar yang ia emban. Maira memimpin tim untuk menjaga keamanan pertandingan sepak bola di salah satu stadion olahraga. Putri Ali mengawasi di tempat duduk khusus perempuan, yang

  • DILEMA DUA HATI    Pengorbanan Seorang Ayah

    Bagian 188 Pengorbanan Seorang Ayah. Gu dan tiga putrinya pulang ke kota tempat tinggal mereka menggunakan kereta cepat. Di dalam kendaraan ekpres itu, Maira hanya diam membisu memandang salju yang terus turun dari langit. Salju sebentar lagi akan berhenti, dan Hira kembali sekolah menyelesaikan pendidikannya, lalu Zahra yang masuk pendidian tingkat pertama. Maira sendiri? Tetap bekerja. Kantor tempatnya mengabdi juga mengalami revolusi besar-besaran, imbas dari kasus Gubernur Asad. Jadi sampai musim panas nanti putri Ali akan sangat sibuk. Namun, tak mengapa, dia jadi bisa melupakan Fahmi. “Kau pasti sudah kembali hidup di kota asalmu. Semoga kita tak akan pernah berjumpa lagi,” gumam Maira dalam keheningan. Ibu dan dua adik kandungnya sedang terlelap, jadi polisi wanita itu menjaga mereka dengan baik. Masalah luka hatinya, ia yakin akan membaik dengan sendirinya. Sampai juga empat perempuan beda generasi itu di stasiun. Tadinya Gu ingin menelepon Ali untuk menjemput mereka. Na

  • DILEMA DUA HATI    Selesai

    Bagian 187 Selesai Fahmi dan Maira membuka matanya perlahan-lahan ketika dua ember air dingin disiramkan ke wajah mereka. Dingin di tengah musim salju yang masih turun. Mereka saling melihat diri masing-masing. Tubuh keduanya terikat dan berada di sebuah gedung kosong juga luas. “Maira, Fahmi. Kalian dua parasit pengganggu, gara-gara kalian, saudaraku banyak yang tewas ditembak.” Lelaki itu duduk di depan keduanya. “Ya, kematian sebenarnya terlalu mudah buat kalian, tapi aku yakin di alam kubur juga kalian kena cambuk malaikat,” jawab putri Ali, sedangkan Fahmi berusaha membuka ikatan di tangannya.“Bawa mereka ke dalam mobil. Terlalu banyak bicara, bosan aku mendengarnya.” Perintah suruhan Harun. Lalu dua orang itu diangkat dalam keadaan terikat dan dimasukkan ke dalam mobil. Sebuah alat berat datang dari belakang hendak menghancurkan mobil Maira dan orangnya di dalam sekalian. Para pesuruh Harun sudah bepergian dan tinggal supir alat berat itu saja dan satu orang pengawas.“Ast

DMCA.com Protection Status