Home / Pernikahan / DILECEHKAN CALON SUAMIKU / ANTARA ALFIN DAN FAREL

Share

ANTARA ALFIN DAN FAREL

Author: Mata coklat
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sepanjang perjalanan, benak ini selalu teringat perkataan Farel. Apa benar selama ini ia mencariku? Apa keputusan Ayah dan Bunda mengajakku pindah secara tidak langsung menjauhkanku dari Farel? Namun, kalau saat itu kami tidak pindah, mungkin kak Alvin akan datang sesuai ucapannya yang juga mencariku untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.

Laju mobil kak Alvin melambat, aku melihat dari balik pintu banyak pengendara lalu lalang ke tengah jalan raya.

"Sepertinya habis terjadi kecelakaan," ucap kak Alvin.

"Hati-hati, Vin. Banyak orang melintas"

"Iya, Bun."

Dengan sangat pelan kak Alvin terus melajukan mobilnya. Setelah agak menjauh dari tempat kejadian, Ia pun berkendara dengan kecepatan normal lagi.

Selang beberapa menit, kami pun sampai di rumah kak Alvin. Rumah yang begitu besar, berlantai dua, dengan gaya eropa, seperti istana di negri dongeng.

Kak Alvin mengajak aku dan Bunda masuk. Di ruang tamu, sudah ada pak Ustadz Iman dan Ustadz Danu beserta istri mereka

"Assalamu'alaikum," sapa kami.

"Wa'alaikumsalam," sahut mereka berbarengan.

"Pasangan Ta'aruf kita sudang datang," ucap ustadz Danu.

Aku hanya tersenyum.

Waktu yang sudah menunjukan pukul 8.30 malam, membuat kami tidak membuang waktu. Acara makan malam pun dilanjut. Kak Alvin mengajak kami menuju meja makan.

Sesampainya di sana, aku terkejut. Ada tumpeng nasi kuning besar tersaji, lengkap dengan aneka makanan lainnya.

"Wah, ada apa ini, Vin?" tanya ustdaz Iman.

"Hari ini, hari kelahiran Zahra, Pak," jawab kak Alvin.

Aku menatap Bunda, bertanya melalui mata. Apa bunda yang memberi tahu kak Alvin? Seakan mengerti dengan arti tatapanku, Bunda mengangkat kedua bahunya sambil menggeleng.

"So sweet banget sih Alvin, tadi yang menjemput kami, supirnya perempuan. Lina kan namanya? Katanya ia yang bakal menjadi supir pribadi, Zahra," istri ustadz Iman tersenyum ke arahku. Aku hanya tersipu.

"Belum jadi suami, aja. Perhatiannya luarbiasa. Ane salut ama ente, Vin." Ustadz Iman menimpali.

"Ustadz kan pernah bilang, sebaik-baiknya akhlak seorang mukmin ialah yang baik terhadap istrinya."

"Masya Allah, enggak sia-sia ente belajar ngaji selama 4 tahun, nyerap juga tuh ilmu."

Semua yang disana terkekeh.

"Alvin, tahu darimana ini hari jadi Zahra?" tanya Bunda di tengah menikmati makan malam yang tersaji.

"Waktu ngurus buku nikah, aku melihat tanggal lahir Zahra, Bun. Di KTP," jawab kak Alvin.

"Lihat tanggal lahir atau lihat foto Zahra?" goda istri ustadz Iman.

Sekali lagi aku tersipu, pasti kak Alvin juga merasa malu saat ini. Tergambar dari gelagat tubuhnya yang kian canggung.

Makan malam selesai, kami berniat melanjutkan ngobrol di ruang tamu.

"Zahra!" kak Alvin menghentikan langkahku.

Sementara semua sudah keluar, hanya ada aku, kak Alvin dan 2 orang pelayan yang sedang membereskan meja.

"Iya," lirihku.

"Ini, untuk kamu," ucap kak Alvin memberikan sebuah bingkisan kepadaku.

"Terimakasih," tangan ini menyambutnya.Pandangan masih tidak saling bertemu. Namun, aku melihat ada perban kecil membalut jarinya.

Aku pun menyusul Bunda ke ruang tamu. Tidak enak dengan yang mereka pikirkan. Belum menikah sudah berduaan.

"Nah, itu mereka!" seru Bunda menyambut kami.

Aku pun duduk disamping Bunda, sementara kak Alvin yang tadinya berada dibelakangku, langsung duduk di sofa yang terpisah.

"Lusa Zahra sudah halal, Vin. Kamu bisa ngajak dia ngobrol berdua sepuasnya. Sekarang, ditahan dulu," goda Ustadz Danu.

"Iya pak Ustadz," lirihnya

"Udah, Bi. Jangan godain Alvin lagi. Abi juga dulu waktu ta'aruf sama Umi, selalu ngajak santri lain untuk ketemuan sama Umi."

"Yah, Umi kok buka kartu sih."

Kami pun terkekeh mendengar candaan ustadz Danu bersama sang istri.

Sungguh indah cara Allah menyatukan umatnya, yang awalnya tidak saling mengenal, dengan jalan ta'aruf menjadikan kisah cinta lebih berwarna. Semoga aku bisa terus berpegang teguh akan niat hati yang ingin memperbaiki diri. Semoga cinta Farel yang kembali datang tidak meruntuhkan cintaku akan jalan takdirNYA.

Lama kami mengobrol santai, malam yang semakin larut menjadi pemisah. Semua Ustadz pulang diantar Lina, supir pribadi yang kak Alvin siapkan untukku. Sementara aku dan Bunda, kembali diantar kak Alvin.

Menaiki mobil mewah miliknya, kami bertiga di hadapkan kembali pada suasana penuh kebisuan ini.

"Alvin, Zahra. Didalam tubuh manusia ada organ yang disebut Hati. Apabila hati itu buruk, maka buruk pula akhlaknya. Namun, sebaliknya. Bila hati kita baik, maka baik pula Akhlaknya. Bunda yakin, kalian sama-sama sedang belajar memperbaiki hati yang sempat hancur di masa lalu. Dengan terus berjalan di jalan Allah. Kalian pasti akan menjadi keluarga yang sakinah."

"Amiin," lirihku dan kak Alvin berbarengan menjawab doa Bunda.

Perjalanan terasa lebih cepat karena sudah tidak ada kemacetan seperti saat kami berangkat tadi. Hari yang sudah malam membuat kak Alvin langsung pamit begitu sampai di rumahku, ia tidak mampir. Tidak mau mengundang fitnah dari para tetangga.

Seperginya kak Alvin, aku langsung masuk ke dalam kamar. Kubuka bingkisan hadiah yang kak Alvin beri untukku.

Kaligrafi berlafaz "Assalamu'alaikum" terukir indah. Terbuat dari kulit kerang yang dihancurkan, susunanya sungguh rapi. Mata ini terus menyelusuri keindahannya, hingga terhenti di sudut huruf "Mim" . Ada noda darah di sana, apa mungkin perban kecil yang melingkar dijari kak Alvin, karena tertusuk serpihan kulit kerang? Saat ia membuat kaligrafi ini.

"Kak Alvin," gumamku.

Kuletakan Kaligrafi di atas meja, lalu aku membuka surat yang ada di dalam bingkisan.

"Assalamu'alaikum, Zahra. Bidadari calon penghuni hatiku. Semoga semakin bertambahnya usiamu, Allah selalu melimpahkan kebahagiaan dan keberkahan disetiap ayunan langkahmu. Amiin."

Apa yang akan terjadi lusa?

Farel telah mengingatkanku akan ayat-ayat cinta yang dulu kami rangkai bersama dalam sebuah kitab. Sementara kak Alvin, ia mengajakku terus bertasbih dalam naungan cinta Illahi Robbi.

Hamba ikhlas ya Allah.

Related chapters

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    FAREL MENGALAMI KECELAKAAN

    Pagi ini cuaca benar-benar mewakili hatiku. Tidak ada hangatnya sinar mentari, tertutup oleh awan mendung. Mampukah aku menghalau awan hitam itu? Sementara sang mentari saja ikhlas akan takdirnya."Zahra, apa yang sedang kamu pikirkan?" Bunda menghampiriku yang sedang duduk di teras rumah."Tidak ada, Bun," jawabku singkat. Mata Bunda menerawang jauh ke depan. "Rasulullah pernah bersabda. Jika datang melamar kepadamu orang yang engkau ridhoi akan agama dan akhlaknya, maka nikahkan lah dengannya, jika kamu tidak menerima lamarannya niscaya terjadi fitnah dibumi dan kerusakan yang luas."Pandangannya tidak beralih. "Alvin adalah lelaki yang telah menghancurkan hidupmu. Namun, saat dia datang memintamu berjalan bersama untuk mencari ridho Allah, Bunda tidak kuasa menolaknya. Berada di posisimu mungkin sangat berat, karena Bunda yakin, kamu masih mencintai Farel."Di hadapkannya tubuh Bunda ke arahku. "Besok, kamu akan menikah. Apa kamu bisa menjaga kehormatan Bunda dengan menjadi istr

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    ALVIN MENEMANIKU MENJENGUK FAREL

    Kami pun langsung melangkah menuju mobil. Kak Alvin menyalakan mobilnya, mengantar aku dan Bunda menjenguk Farel di rumah sakit. "Vin, besok kalian akan menikah. Bunda tidak ingin Zahra terus menyimpan masalalunya sehingga menjadi duri dalam rumah tangga kalian." Bunda memegang tanganku, matanya dilirikan ke arah kak Alvin yang sedang menyetir.Aku pun mengerti maksud Bunda. "Kak, mantan kekasihku mengalami kecelakaan, tadi kakaknya memintaku untuk menemuinya, sekarang kita akan menjenguk."Siiit! Mendadak kak Alvin menghentikan mobilnya. Terlihat kalau ia sangat terkejut dengan perkataanku. "Ma-af," Ia kembali menjalankan mesin mobilnya. "Apa Alvin keberatan dengan permintaan, Bunda? Mengantar Zahra ke rumah sakit?" tanya Bunda. "Tidak, Bun. Bukankah menjenguk orang sakit adalah sunah, apa lagi dia adalah orang yang kita kenal."Bukan hanya kenal, Kak. Dia juga orang yang aku sayan

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    ALVIN MENGOPERASI TATONYA

    hari pernikahanpun tiba, sesuai permintaanku tidak ada kemeriahan, hanya beberapa keluarga yang datang" Saya terima nikah dan kawinnya Zahra Nur Aulia binti Khosim dengan maskawin tersebut. Tunai! "" Sah? ""Sah !""Alhamdulillah "Kak Alvin menyematkan cincin di jari manisku, dan untuk pertama kalinya aku memberanikan diri mencium punggung tangannya.Setelah malam itu, tanganku kembali tersentuh olehnya . Dulu disertai rasa takut, sedangkan sekarang dengan menyebut nama Allah terasa nyaman. Dia suamiku.Akan nikah selesai semua tamu berangsur pulang, termaksud Bunda. Hiasan pengantin yang memang tidak terlalu banyak, tidak memakan waktu lama untuk merapikan kembali.Walau tidak ada resepsi atau pesta yang mewah , namun hari ini begitu melelahkan. Aku letih.*****" Kita sholat sunah dulu," Ajak kak Alvin.Kami pun menunaikan sholat 2 rakaat. Setelah selesai sholat kak Alvin membuka baju kokoh

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    BERZIARAH KE MAKAM MAMAH PAPAH,DAN AYAH

    Cahaya mentari pagi sudah mulai masuk melalui cela cela jendela yang sengaja aku buka. Hari ini aku dan kak Alvin berencana berziarah ke makam mamah, papah, dan ayah.Aku membantu kak Alvin mengenakan pakaiannya, nampak jelas kalau dia masih merasa sakit di bagian punggungnya.Sesekali pandangan kami bertemu, menimbulkan rasa canggung dan membuat tanganku gugup kalau harus memasukkan kancing satu persatu kemejanya.Setelah selesai bersiap kami langsung berangkat ke pusara Mamah dan papah terlebih dahulu. Masih dalam kebisuan, di dalam mobil kami seperti orang asing bukan layaknya pasangan suami istri."Zahra,apa hobi kamu?" tanya kak Alvin mengajakku mengobrol." Menulis,kak," jawab ku singkat." Makanan favorit?"" Nasi"Seperti ada yang aneh dengan jawabanku, kak Alvin malah terkekeh. Aku langsung menatapnya."Ma'af" ia menghentikan tawanya. suasana kembali hening. Hingga mobil berhenti di lahan parkir tempat p

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    FAREL MENINGGAL

    " Tadi Aku mampir ke rumah bunda" kak Alvin melepaskan genggaman tangannya." Kata Bunda, Farel tidak bisa di selamatkan"DegDetakan jantungku melemah, tulang tulang di tubuhku seakan copot dari persendian, mata ini tidak bisa menahan untuk terpejam. Semua gelap."Zahra! Bangun Zahrah!"Aroma minyak kayu putih menyengat di hidungku, perlahan ku buka mata ini. Terdengar suara kak Alvin memanggilku." Kak Alvin" lirihku mendudukan tubuh ini yang awalnya terbaring di atas ranjang." Kamu, gak apa apa?" tanya kak Alvin, raut wajahnya begitu panik."Aku baik baik saja,Kak . Maaf" tangisku pun pecah. Ia langsung memelukku yang menundukkan kepala." Maafkan aku, Kak. Ampuni aku!"Sungguh hati ini tidak bisa menahan duka yang sedang menyelimuti. Meski kucoba tegar, namun tidak bisa di pungkiri, perasaanku terhadap Farel masih ada. Ya Allah hina sekali diri ini." Istirahatlah Zahrah""

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    ASISTEN ALVIN YANG MENGALAMI KECELAKAAN

    Aku menguatkan hati dan tubuh ini, mengajak Lina mengantarku menuju rumah sakit yang di beritakan di tv, aku ingin memastikan kalau berita itu salah.Berulang kali aku menghubungi ponsel kak Alvin, namun selalu berada di luar jangkauan. Di balik kegelisahan ini, tak henti aku memainkan jemariku memutar tasbih menyebut asmaNYA.Sampai Ba'da Dzuhur mobil belum juga sampai di rumah sakit, akupun memutuskan sholat di masjid pinggir jalan raya." Aku akan lebih belajar menjadi istri yang baik ya Allah. Ku mohon beri aku kesempatan!" Doaku, ku khususkan untuk kak Alvin.Selesai sholat, kami melanjutkan perjalanan.Satu jam kami berkendara akhirnya sampai di rumah sakit.Aku berlarian menuju kamar mayat yang di tunjuk salah satu perawat, ketika aku bertanya tentang korban kecelakaan dengan menggunakan mobil kak Alvin.Setibanya di depan ruangan itu, terlihat ada beberapa polisi, dan kak Alvin? apa dia benar kak Alvin? Ku langkahkan

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    KESIBUKAN KAK ALVIN

    "Sayang bangun" bisik kak Alvin terdengar di telingaku.Aku mengedipkan mata beberapa kali, rasanya enggan terbuka. Tubuhku masih terasa lemas akibat pertarungan semalam. Bukan pertarungan mencari siapa yang menang atau yang kalah, melainkan awal dari pembuahan cinta kami."Hari ini kita akan datang ke pemakaman Beni" lirihnya, masi berada di atas wajahku. Hembusan nafasnya tercium menyegarkan dengan aroma mint." Bagaimana aku akan bangun, kalau kakak terus berada di atas ku" ucapku tersipu." Maaf!" kak Alvin salah tingkah dan langsung menggeser tubuhnya. Ia pun berdiri kemudian duduk di sofa mengambil Al-Qur'an kecil.Menunggu untuk sholat subuh berjamaah. Sementara itu, aku berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Waktu subuh sudah mau habis, sepertinya matahari tidak sabar menunjukkan Kilauan cahayanya.Sholat subuh selesai, sarapan pun sudah di habiskan. Kami bergegas menuju tempat Beni di kebumikan.

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    PARFUM WANITA DI KEMEJA KAK ALVIN

    Kesibukan kak Alvin membuat jarak di antara kami. Dengan susah payah aku menepis jarak ini agar bisa melupakan masa lalu dan membuka lembaran baru dengan kak Alvin. Namun, sudah hampir dua bulan kak Alvin selalu di sibukkan dengan pekerjaannya.Ponselnya selalu berdering hampir setiap saat.Berangkat pagi dan pulang malam, malah kadang sampai dini hari. Mungkin karena dia belum dapat asisten pribadi yang baru. Semua pekerjaan dia yang pegang.Malam ini kak Alvin terlihat sangat letih. ia membuka kemejanya dan langsung merebahkan dirinya di atas ranjang." Udah sholat?"tanyaku, menghampiri."Sudah" jawabnya singkat. Ia memaksakan tubuhnya yang letih untuk menuju ke kamar mandi." Aku mandi dulu yah" ucap kak Alvin meninggalkanku.Sementara kak Alvin mandi, aku memunguti kemejanya yang berserakan. Namun, hidungku seakan mencium bau parfum wanita. Aku pun memastikan sekali lagi dengan mendekatkan hidungku di kemeja kak Alvin.Memang b

Latest chapter

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    PARFUM WANITA DI KEMEJA KAK ALVIN

    Kesibukan kak Alvin membuat jarak di antara kami. Dengan susah payah aku menepis jarak ini agar bisa melupakan masa lalu dan membuka lembaran baru dengan kak Alvin. Namun, sudah hampir dua bulan kak Alvin selalu di sibukkan dengan pekerjaannya.Ponselnya selalu berdering hampir setiap saat.Berangkat pagi dan pulang malam, malah kadang sampai dini hari. Mungkin karena dia belum dapat asisten pribadi yang baru. Semua pekerjaan dia yang pegang.Malam ini kak Alvin terlihat sangat letih. ia membuka kemejanya dan langsung merebahkan dirinya di atas ranjang." Udah sholat?"tanyaku, menghampiri."Sudah" jawabnya singkat. Ia memaksakan tubuhnya yang letih untuk menuju ke kamar mandi." Aku mandi dulu yah" ucap kak Alvin meninggalkanku.Sementara kak Alvin mandi, aku memunguti kemejanya yang berserakan. Namun, hidungku seakan mencium bau parfum wanita. Aku pun memastikan sekali lagi dengan mendekatkan hidungku di kemeja kak Alvin.Memang b

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    KESIBUKAN KAK ALVIN

    "Sayang bangun" bisik kak Alvin terdengar di telingaku.Aku mengedipkan mata beberapa kali, rasanya enggan terbuka. Tubuhku masih terasa lemas akibat pertarungan semalam. Bukan pertarungan mencari siapa yang menang atau yang kalah, melainkan awal dari pembuahan cinta kami."Hari ini kita akan datang ke pemakaman Beni" lirihnya, masi berada di atas wajahku. Hembusan nafasnya tercium menyegarkan dengan aroma mint." Bagaimana aku akan bangun, kalau kakak terus berada di atas ku" ucapku tersipu." Maaf!" kak Alvin salah tingkah dan langsung menggeser tubuhnya. Ia pun berdiri kemudian duduk di sofa mengambil Al-Qur'an kecil.Menunggu untuk sholat subuh berjamaah. Sementara itu, aku berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Waktu subuh sudah mau habis, sepertinya matahari tidak sabar menunjukkan Kilauan cahayanya.Sholat subuh selesai, sarapan pun sudah di habiskan. Kami bergegas menuju tempat Beni di kebumikan.

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    ASISTEN ALVIN YANG MENGALAMI KECELAKAAN

    Aku menguatkan hati dan tubuh ini, mengajak Lina mengantarku menuju rumah sakit yang di beritakan di tv, aku ingin memastikan kalau berita itu salah.Berulang kali aku menghubungi ponsel kak Alvin, namun selalu berada di luar jangkauan. Di balik kegelisahan ini, tak henti aku memainkan jemariku memutar tasbih menyebut asmaNYA.Sampai Ba'da Dzuhur mobil belum juga sampai di rumah sakit, akupun memutuskan sholat di masjid pinggir jalan raya." Aku akan lebih belajar menjadi istri yang baik ya Allah. Ku mohon beri aku kesempatan!" Doaku, ku khususkan untuk kak Alvin.Selesai sholat, kami melanjutkan perjalanan.Satu jam kami berkendara akhirnya sampai di rumah sakit.Aku berlarian menuju kamar mayat yang di tunjuk salah satu perawat, ketika aku bertanya tentang korban kecelakaan dengan menggunakan mobil kak Alvin.Setibanya di depan ruangan itu, terlihat ada beberapa polisi, dan kak Alvin? apa dia benar kak Alvin? Ku langkahkan

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    FAREL MENINGGAL

    " Tadi Aku mampir ke rumah bunda" kak Alvin melepaskan genggaman tangannya." Kata Bunda, Farel tidak bisa di selamatkan"DegDetakan jantungku melemah, tulang tulang di tubuhku seakan copot dari persendian, mata ini tidak bisa menahan untuk terpejam. Semua gelap."Zahra! Bangun Zahrah!"Aroma minyak kayu putih menyengat di hidungku, perlahan ku buka mata ini. Terdengar suara kak Alvin memanggilku." Kak Alvin" lirihku mendudukan tubuh ini yang awalnya terbaring di atas ranjang." Kamu, gak apa apa?" tanya kak Alvin, raut wajahnya begitu panik."Aku baik baik saja,Kak . Maaf" tangisku pun pecah. Ia langsung memelukku yang menundukkan kepala." Maafkan aku, Kak. Ampuni aku!"Sungguh hati ini tidak bisa menahan duka yang sedang menyelimuti. Meski kucoba tegar, namun tidak bisa di pungkiri, perasaanku terhadap Farel masih ada. Ya Allah hina sekali diri ini." Istirahatlah Zahrah""

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    BERZIARAH KE MAKAM MAMAH PAPAH,DAN AYAH

    Cahaya mentari pagi sudah mulai masuk melalui cela cela jendela yang sengaja aku buka. Hari ini aku dan kak Alvin berencana berziarah ke makam mamah, papah, dan ayah.Aku membantu kak Alvin mengenakan pakaiannya, nampak jelas kalau dia masih merasa sakit di bagian punggungnya.Sesekali pandangan kami bertemu, menimbulkan rasa canggung dan membuat tanganku gugup kalau harus memasukkan kancing satu persatu kemejanya.Setelah selesai bersiap kami langsung berangkat ke pusara Mamah dan papah terlebih dahulu. Masih dalam kebisuan, di dalam mobil kami seperti orang asing bukan layaknya pasangan suami istri."Zahra,apa hobi kamu?" tanya kak Alvin mengajakku mengobrol." Menulis,kak," jawab ku singkat." Makanan favorit?"" Nasi"Seperti ada yang aneh dengan jawabanku, kak Alvin malah terkekeh. Aku langsung menatapnya."Ma'af" ia menghentikan tawanya. suasana kembali hening. Hingga mobil berhenti di lahan parkir tempat p

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    ALVIN MENGOPERASI TATONYA

    hari pernikahanpun tiba, sesuai permintaanku tidak ada kemeriahan, hanya beberapa keluarga yang datang" Saya terima nikah dan kawinnya Zahra Nur Aulia binti Khosim dengan maskawin tersebut. Tunai! "" Sah? ""Sah !""Alhamdulillah "Kak Alvin menyematkan cincin di jari manisku, dan untuk pertama kalinya aku memberanikan diri mencium punggung tangannya.Setelah malam itu, tanganku kembali tersentuh olehnya . Dulu disertai rasa takut, sedangkan sekarang dengan menyebut nama Allah terasa nyaman. Dia suamiku.Akan nikah selesai semua tamu berangsur pulang, termaksud Bunda. Hiasan pengantin yang memang tidak terlalu banyak, tidak memakan waktu lama untuk merapikan kembali.Walau tidak ada resepsi atau pesta yang mewah , namun hari ini begitu melelahkan. Aku letih.*****" Kita sholat sunah dulu," Ajak kak Alvin.Kami pun menunaikan sholat 2 rakaat. Setelah selesai sholat kak Alvin membuka baju kokoh

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    ALVIN MENEMANIKU MENJENGUK FAREL

    Kami pun langsung melangkah menuju mobil. Kak Alvin menyalakan mobilnya, mengantar aku dan Bunda menjenguk Farel di rumah sakit. "Vin, besok kalian akan menikah. Bunda tidak ingin Zahra terus menyimpan masalalunya sehingga menjadi duri dalam rumah tangga kalian." Bunda memegang tanganku, matanya dilirikan ke arah kak Alvin yang sedang menyetir.Aku pun mengerti maksud Bunda. "Kak, mantan kekasihku mengalami kecelakaan, tadi kakaknya memintaku untuk menemuinya, sekarang kita akan menjenguk."Siiit! Mendadak kak Alvin menghentikan mobilnya. Terlihat kalau ia sangat terkejut dengan perkataanku. "Ma-af," Ia kembali menjalankan mesin mobilnya. "Apa Alvin keberatan dengan permintaan, Bunda? Mengantar Zahra ke rumah sakit?" tanya Bunda. "Tidak, Bun. Bukankah menjenguk orang sakit adalah sunah, apa lagi dia adalah orang yang kita kenal."Bukan hanya kenal, Kak. Dia juga orang yang aku sayan

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    FAREL MENGALAMI KECELAKAAN

    Pagi ini cuaca benar-benar mewakili hatiku. Tidak ada hangatnya sinar mentari, tertutup oleh awan mendung. Mampukah aku menghalau awan hitam itu? Sementara sang mentari saja ikhlas akan takdirnya."Zahra, apa yang sedang kamu pikirkan?" Bunda menghampiriku yang sedang duduk di teras rumah."Tidak ada, Bun," jawabku singkat. Mata Bunda menerawang jauh ke depan. "Rasulullah pernah bersabda. Jika datang melamar kepadamu orang yang engkau ridhoi akan agama dan akhlaknya, maka nikahkan lah dengannya, jika kamu tidak menerima lamarannya niscaya terjadi fitnah dibumi dan kerusakan yang luas."Pandangannya tidak beralih. "Alvin adalah lelaki yang telah menghancurkan hidupmu. Namun, saat dia datang memintamu berjalan bersama untuk mencari ridho Allah, Bunda tidak kuasa menolaknya. Berada di posisimu mungkin sangat berat, karena Bunda yakin, kamu masih mencintai Farel."Di hadapkannya tubuh Bunda ke arahku. "Besok, kamu akan menikah. Apa kamu bisa menjaga kehormatan Bunda dengan menjadi istr

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    ANTARA ALFIN DAN FAREL

    Sepanjang perjalanan, benak ini selalu teringat perkataan Farel. Apa benar selama ini ia mencariku? Apa keputusan Ayah dan Bunda mengajakku pindah secara tidak langsung menjauhkanku dari Farel? Namun, kalau saat itu kami tidak pindah, mungkin kak Alvin akan datang sesuai ucapannya yang juga mencariku untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Laju mobil kak Alvin melambat, aku melihat dari balik pintu banyak pengendara lalu lalang ke tengah jalan raya. "Sepertinya habis terjadi kecelakaan," ucap kak Alvin. "Hati-hati, Vin. Banyak orang melintas" "Iya, Bun."Dengan sangat pelan kak Alvin terus melajukan mobilnya. Setelah agak menjauh dari tempat kejadian, Ia pun berkendara dengan kecepatan normal lagi. Selang beberapa menit, kami pun sampai di rumah kak Alvin. Rumah yang begitu besar, berlantai dua, dengan gaya eropa, seperti istana di negri dongeng. Kak Alvin mengajak aku dan Bunda masuk. Di ruang tamu, sudah ada pak Ustadz Iman dan Ustadz Danu beserta istri mereka"Assalamu'al

DMCA.com Protection Status