Share

22. Bab 22

Penulis: Siti Aisyah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-26 20:07:44

DIKIRA MISKIN 22

"Bu," kataku seraya memegang lengan Ibu. Aku merasa tidak enak dengan sikap Mbak Wiwid hari ini. Aku bukannya mengalah, tapi, aku hanya ingin hidup tenang. Uang bisa di cari, tapi, ketenangan harus diciptakan.

"Biarkan saja, kalau nggak sekali-kali dikasih pelajaran bisa tuman, berlaku seenaknya pada kamu." Ibu mengusap pundakku dengan lembut. Alhamdulillah, Ibu sekarang benar-benar berubah, akhirnya kesabaranku berbuah manis.

"Apa yang kamu lakukan pada Ibu sehingga ia berubah, pakai pelet? Kamu bisa mempengaruhi Ibu, tetapi, aku tidak, dengar itu!" Kata Mbak Wiwid dengan tatapan tajam kearahku. Tangannya kini menunjuk mukaku.

"Sudah biarkan saja dia pergi!" kata Ibu kembali mengusap lenganku dengan lembut.

"Ish." Melihat Ibu yang terus membelaku, tentu saja membuat Mbak Wiwid kalap, dia keluar dengan membawa amarah sehingga pintu yang tidak bersalah pun terkena sasaran, brakk.

Sampai di luar, mulut Mbak Wiwid tiada henti mengomel.

"Itulah akibatnya kalau kita terlal
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • DIKIRA MISKIN   23. Bab 23

    DIKIRA MISKIN 23Usai bilang kalau Mas Yudi adalah seorang anak yang tidak pernah diinginkan, tatapan Ibu menerawang seperti adegan dalam sebuah sinetron. Terlihat ia menghela napas perlahan dan menghembuskannya. Aku melihat ada gurat penyesalan di sana.Aku dan Mas Yudi terdiam menunggu kata-kata Ibu yang akan meluncur dari mulutnya dengan sabar. Aku benar-benar menyesal telah lancang menanyakan hal yang seharusnya menjadi rahasia Ibu di masa lalunya. Maafkan aku, Bu, akibat jiwa kekepoanku, harus membuka kembali luka lama yang mungkin sudah terpendam selama berpuluh-puluh tahun."Bu," ucapku dengan meraih pergelangan tangannya. Aku tidak mampu melanjutkan kata-kata lagi, lidahku kelu dan bingung mau bicara apa. Aku benar-benar merasa bersalah sekarang."Ibu menyesal, Nak?" Hanya kalimat itu yang meluncur dari mulut Ibu, bibirnya tampak bergetar saat mengucapkannya."Tidak seharusnya Ibu membedakan kasih sayang antara anak satu dengan yang lain. Laki-laki atau perempuan sama saja, k

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-26
  • DIKIRA MISKIN   24. Bab 24

    DIKIRA MISKIN 24"Oh, iya, aku sedang bikin kue." Tepuk jidat dan langsung berlari ke dapur untuk melihat kue yang tadi kubuat. Mematikan kompor dan membuka oven, kue yang sedang kupanggang sudah hitam karena gosong."Kenapa, Tik?" Ibu dan Mas Yudi menyusulku ke dapur."I--ini, Bu," kataku terbata dengan tangan memegang kue yang sudah tidak layak makan. Ya Allah, baru saja aku merasa bahagia karena Ibu sudah mulai sayang, sekarang aku malah ceroboh membuat kue gosong. Apa memang aku dan Ibu tidak ditakdirkan untuk akur dan saling menyayangi?"Ha ha ha ha," Ibu tertawa lebar melihat kue di tanganku."Ibu nggak marah?" Tanyaku heran melihat Ibu malah tertawa, padahal dalam bayanganku Ibu akan marah dan memakiku karena sudah membuat oven miliknya gosong dan aku sudah berencana bilang akan menggantinya."Jangan marah sama Antika ya, Bu, masalah oven, nanti Yudi yang akan belikan," kata Mas Yudi. Lagi, pikiran kami sama."Siapa yang marah? Kalau hanya oven Ibu bisa beli lagi, Ibu juga puny

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-26
  • DIKIRA MISKIN   25. Bab 25

    DIKIRA MISKIN 25"Antika?" Mbak Ranti kaget melihat kedatanganku.Tangan Mbak Ranti dengan cepat memungut benda yang ia jatuhkan tadi, sebuah lipstick."Kok kamu sudah pulang? Bukankah tadi kamu ke sawah? Ngapain kamu kemari?" Pertanyaan konyol terlontar dari mulut Mbak Ranti. Begitulah tingkah orang yang sudah ketangkap basah, aneh."Hellow, Mbak, ini kamarku dan Mas Yudi? Apa nggak kebalik Mbak bertanya seperti itu?" Jangan bilang kalau ini rumah ini milik Ibu jadi, Mbak Ranti bebas keluar masuk tanpa izin, aku bosan mendengar alasan itu, Mbak.""Ya, aku, kangen aja dengan kamar ini, ini, kan dulu memang kamarku? Lihat, wallpaper-nya saja berwarna pink. Aku ingin bernostalgia dengan kamar ini," jawab Mbak Ranti meringis."Terus lipstick itu milikku, kan?" Tanyaku lagi dengan menunjuk lipstick berwarna merah yang berada di tangan Mbak Ranti."Oh, ini, aku diajak oleh Mas Gani kondangan ke acara nikahan temannya sesama pegawai negeri, apalagi ia juga kepala sekolah. Beliau mengundang

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-26
  • DIKIRA MISKIN   26. Bab 26

    DIKIRA MISKIN 26Mata Mbak Ranti berkedip-kedip dan mengangguk kearah Ibu. Aku dan Ibu hanya saling berpandangan, meski tahu kalau Mbak Ranti sedang mencari pembelaan dari Ibunya."Kamu kenapa, Tik? Kedip-kedip gitu? Mata kamu kelilipan atau kesurupan?" Tanya Ibu. syukurin kamu, Mbak. Aku ingin tertawa melihat Mbak Ranti yang salah tingkah, matanya memerah dan tangannya menggaruk kepalanya yang mungkin memang gatal karena ia baru pulang dari sawah dan belum mandi.Mbak Ranti tidak menjawab, ia masih saja mengedipkan mata seperti tadi pada Ibu."Em em em em," kata Mbak Ranti."Apa, sih em em em em?" Tanya Ibu dengan tatapan tajam melihat kelakuan putrinya yang mulai aneh akhir-akhir ini. Apa yang terjadi denganmu Mbak?"Aku salah masuk kamar tadi." Kini Mbak Mawar nyengir dan mengangkat dua jari tangannya, kemudian ngeloyor keluar."Tadi bilang ingin bernostalgia dengan kamar ini dan sudah minta izin ibu, sekarang bilang salah kamar, Mbak masih waras, kan?" Tanyaku.Mbak Ranti berhenti

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-26
  • DIKIRA MISKIN   27. Bab 27

    DIKIRA MISKIN 27"Plis, Bu, apa susahnya bilang jujur kalau Ibu sudah ngasih uang pada Antika biar aku nggak mengejar terus," kata Mbak Ranti."Sudahlah lah, Bu, iyakan saja, biar Mbak Ranti senang," kataku"Nah, tu, kan, Antika saja mau ngaku. Sudahlah aku mau pulang sekarang." Kata Mbak Ranti dengan bersungut-sungut."Lipsticknya Mbak?" Tanganku terulur untuk meminta lipstick yang masih berada dalam genggaman tangannya."Aku mau pinjam, sekalian baju yang kemarin kamu jemur, mana!" Kata Mbak Ranti ketus."Yakin mau pinjam bajuku? Kalau nanti gatel gimana?" "Kalau takut gatel, nanti aku bisa mencucinya lagi, kalau perlu bilas sampai tujuh kali dan salah satunya pakai tanah," jawab Mbak Ranti."Astaghfirullah, emangnya bajuku itu terkena najis berat, sampai harus di cuci kayak gitu?" Kataku seraya mengurut dada."Habis kamu banyak tanya mulu, pinjamin aja kenapa, sih?" Kaya Mbak Ranti mengerucutkan bibir."Ran, yang namanya orang mau pinjam itu harus baik, pintar mengambil hatinya, b

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-26
  • DIKIRA MISKIN   28. Bab 28

    DIKIRA MISKIN 16Kutarik tangan Mbak Wiwid. Ia yang tengah memegang tangan Ibu yang terus meronta meminta agar dilepaskan. Semakin Ibu meronta, semakin kuat juga mereka memegangnya. Mbak Ranti memegang kepala Ibu. Ya Allah, setan apa yang sudah merasuki dua anak kesayangan itu.Dua lawan satu, tentu saja aku kalah. Saat aku hendak menolong Ibu, Mbak Ranti mendorongku hingga jatuh terjengkang. Ibu terus menggelengkan kepalanya pertanda ia tidak mau minum air yang yang diberikan paksa oleh Mbak Ranti dan Mbak Wiwid.Ibu kalah tenaga dengan keduanya, hingga akhirnya cairan dalam botol itu berhasil masuk ke dalam mulut Ibu. Mbak Ranti dan Mbak Wiwid tertawa puas melihatnya."Sebenarnya kalian memberi ibu minuman apa? Kok rasanya aneh?" Tanya Ibu masih dengan napas tersengal. Ibu berusaha memuntahkan kembali air yang tadi sudah terlanjur masuk ke dalam mulutnya. "Jangan bilang kalau itu racun ya, Mbak? Tega ya, sama Ibu sendiri?" Kataku seraya bangkit dari tempatku terjatuh sambil meringi

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-27
  • DIKIRA MISKIN   29. Bab 29

    DIKIRA MISKIN 29"Ayo katakan, Ran, sebenarnya kamu dapat duit sebanyak itu dari mana? Jangan bilang kalau kamu nyolong. Ibu malu punya anak seorang pencuri. Atau jangan-jangan kamu pelihara tuyul, ya di rumah?" cecar Ibu."Dengarkan aku dulu, Mas Gani, kan seorang Pegawai Negeri Sipil yang selalu berpakaian rapi tidak seperti Yudi. Mas Gani punya penghasilan tetap setiap bulan, ada gaji pokok, serta tunjangan yang lumayan. Nah, kalau Yudi, kan gajinya tidak menentu. Kadang banyak, kadang sedikit, namanya juga jualan. Kadang laris kadang sepi. Aku yakin pasti lebih sering sepi dari pada rame. Jadi, pasti lebih sering tidak punya uang, kan? Makanya sekarang betah di rumah Ibu biar bisa makan secara cuma-cuma alias gratis alias tidak perlu pusing memikirkan uang bulanan." Kata Mbak Ranti dengan senyum sinis."Mbak kita ini hanya mau tanya dari mana Mbak mendapatkan uang, lah kok jawabannya malah jadi membanding-bandingkan antara Mas Gani dan Mas Yudi, sih?" Kesal, dada ini terasa berg

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-27
  • DIKIRA MISKIN   30. Bab 30

    DIKIRA MISKIN 30Aku mengangkat telepon yang berdering, kulihat dari notif, Alvin--orang kepercayaan Mas Yudi yang melakukan panggilan. "Halo? Mas Alvin?" Sapaku setelah menempelkan ponsel di pipi."Ini, Mas, Dek. Ponselnya ada di rumah ya? Ini aku pinjam ponselnya Alvin?" tanya Mas Yudi dari seberang sana. "Iya, Mas," "Syukurlah kalau begitu. Mas pikir hilang. Oh, ya, hari ini mungkin nggak bisa pulang karena ada persiapan untuk besok. Sebuah pesta pernikahan memesan makanan di restoran kita dalam jumlah besar." kata Mas Yudi."Iya, Mas, jaga diri baik-baik, ya," jawabku.Ibu, Mbak Ranti dan Mbak Wiwid mengikutiku masuk kamar. Mereka memang suka kepo, apalagi saat melihat ponsel yang berada ditanganku ini. Ponsel milik Mas Yudi yang ketinggalan."Ponsel siapa ini? Bukan milik kamu, kan? Aku melihat ponsel kamu saat ngasih tahu tentang pasal pencemaran nama baik itu, tidak seperti ini ponselnya?" Tanya Mbak Ranti dengan dahi mengernyit dan celingukan ke sana kemari mencari sesuatu.

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-27

Bab terbaru

  • DIKIRA MISKIN   87. Bab 87

    DIKIRA MISKIN 87Kami hanya terdiam mendengar permintaan sang keponakan yang sudah beranjak remaja itu. Rifki masih saja menggoyangkan lengan Mas Yudi dan berharap agar ia mau menuruti permintaannya mengizinkan papanya ikut tinggal dengan kami.Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan yang cukup keras dari arah belakang. Kami menoleh serempak."Hebat, kamu, Mas?" kata Elvira dengan masih bertepuk tangan dan berjalan mengitari Mas Ajun."Pak Atmaja?" Mas Ajun pucat pasi saat melihat kedatangan mantan istri dan mertuanya serta Mas Fikar."Pintar sekali kamu mengarang cerita dan memutar balikkan fakta. Kamu layak untuk menjadi aktor yang pandai berakting dan bersandiwara di depan kamera, ck ck ck," ucap Elvira tersenyum sinis."Ada apa ini? Kenapa kalian datang ke sini beramai-ramai?" tanya Mbak Ranti."Kami mendengar kabar kalau Wiwid meninggal. Ya, meski aku benci dengannya, tapi bagaimanapun juga ia adalah calon dari bagian keluarga kami. Saat Mas Fikar menikah dengan Mbak Ranti, otoma

  • DIKIRA MISKIN   86. Bab 86

    DIKIRA MISKIN 86Aku terpaku di samping jenazah Mbak Wiwid. Lidahku terasa kelu, tidak mampu berkata lagi.Masih teringat dengan jelas saat Mbak Wiwid bilang kalau saat kami datang menjenguknya, ia sudah tidak bernyawa. Sekarang ucapannya itu menjadi nyata. Apakah ini yang disebut dengan ucapan adalah do'a?Semoga Mbak Wiwid sudah bertaubat saat meninggal. Meski banyak harapan yang belum terwujud.Aku ngeri saat melihat wajah Mbak Wiwid yang sudah pucat karena memang nyawa sudah lepas dari raganya. Itu artinya darahnya sudah berhenti mengalir, jantung sudah tidak berdetak dan organ tubuh sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya."Wiwid. Kenapa kamu pergi secepat ini? Mbak sayang kamu, Wid," seru Mbak Ranti sambil memeluk Mbak Ranti yang matanya sudah tertutup rapat."Sabar, Mbak. Ikhlaskan kepergian Mbak Wiwid." Aku mengusap pundak Mbak Ranti dengan lembut.Kami kembali terdiam, larut dakam pikiran masing-masing. Bagaimana dengan ibu? Ibu pasti shock jika mengetahui kenyataan ini, p

  • DIKIRA MISKIN   85. Bab 85

    DIKIRA MISKIN 85"Bagaimana, Yud? Apakah kamu berhasil menemui Ajun dan mengancamnya?" tanya Mbak Ranti. Mas Yudi baru saja pulang dari menjalankan misi yang diminta wanita yang akan segera menikah itu."Tidak," jawab Mas Yudi. Tanganya meraih gelas di hadapannya dan segera meminum habis minuman yang tersaji di meja."Maksudmu tidak, apa?" tanya Mbak Ranti dengan dahi mengernyit."Aku tidak berhasil menemui Ajun karena ternyata dia sudah pisah dengan Elvira," kata Mas Yudi."Apa?" "Tadi aku ke rumah Elvira. Awalnya dia marah-marah padaku, dia bilang aku tidak becus menjaga kakak sehingga Mbak Wiwid berbuat nekat. Pusing aku, Mbak Wiwid yang berbuat, aku harus ikut menanggung akibat." Mas Yudi mengusap pelipisnya. Aku segera duduk di sampingnya dan memberikan sentuhan hangat."Terus Ajun sekarang tinggal di mana?" tanya Mbak Ranti. "Mana aku tahu, Mbak. Intinya Mbak tidak perlu khawatir, jika menikah dengan Fikar, Ajun tidak akan ada di sana. Keluarganya tidak akan tahu kalau Mbak Ra

  • DIKIRA MISKIN   84. Bab 84

    DIKIRA MISKIN 84"Pokoknya aku tidak mau punya kakak ipar dari keluarga Atmaja." Mbak Wiwid masih saja cemberut, sementara Mbak Ranti sudah pergi membawa rasa jengkel."Aku sudah merestui hubungan mereka. Orangtuanya juga sudah datang melamar dan kita tinggal menentukan tanggal untuk melangsungkan acara pernikahan," ucap Ibu."Aku akan menggagalkan pernikahan mereka. Bagaimanapun caranya." Tangan kurus Mbak Wiwid mengepal."Bagaimana caranya, Mbak, kan ada di sini? Sakit lagi," tanya Mas Yudi."Aku akan mati dan arwahku akan gentayangan, kemudian mengganggu Mbak Ranti dan Mas Fikar sehingga mereka tidak akan bisa hidup tenang dan pernikahan pun gagal. Aku yang sudah berada di alam lain akan tertawa saat melihat Mbak Ranti menangis karena gagal nikah dengan lelaki kaya." Mbak Wiwid tersenyum puas. Ia pasti sedang membayangkan kalau menjadi arwah penasaran itu menyenangkan. "Suatu pemikiran yang konyol. Memangnya ada arwah penasaran? Mbak Wiwid ini korban film horror kayaknya. Tidak ad

  • DIKIRA MISKIN   83. Bab 83

    DIKIRA MISKIN 83Kami saling berpandangan saat Mbak Ranti bilang nama calon suaminya sama dengan yang dibilang Mbak Wiwid. Apa mungkin hanya namanya saja yang sama? Atau memang yang mereka maksud itu orang yang sama? Kenapa bisa kebetulan banget begitu?"Kamu kenal dengan lelaki yang bernama Zulfikar Atmaja?" Bukan hanya aku yang penasaran, Mas Yudi juga."Kalau Zulfikar Atmaja, aku kenal, tapi entah dia yang kumaksud atau orang lain. Mungkin hanya namanya yang sama, kan?" Mbak Wiwid tersenyum."Ya, mungkin hanya namanya yang kebetulan sama. Dia seorang manager di sebuah perusahaan bonafit. Dia sering datang ke resto-ku," jelas Mas Yudi. Pernyataannya menjawab rasa penasaranku."Oh." Mbak Siwid hanya ber 'oh' ria dan tidak bertanya lagi."Kamu yakin tidak mau kusewakan pengacara agar masa tahanan kamu bisa berkurang, Mbak?" tanya Mas Yudi mengalihkan pembicaraan."Iya, aku mau di sini sampai masa tahananku habis sambil memperbaiki diri. Lagi pula aku juga tidak mau utangku semakin me

  • DIKIRA MISKIN   82. Bab 82

    DIKIRA MISKIN 82Rifki histeris melihat kondisi mamanya, pun dengan kami. Apalagi Ibu, ia bahkan sampai gemetar melihat anak yang selama ini ia manja dan ia rindukan sedang mengalami masa kritis.Ibu terus melantunkan istigfar. Tangannya mengusap lengan Mbak Wiwid."Ya Allah, sembuhkanlah anakku, berilah ia kesempatan untuk memperbaiki diri. Kami sudah memaafkan kesalahannya," ucap Ibu tulus.Mata Mbak Wiwid yang awalnya melotot dan seperti menahan sakit, tiba-tiba terpejam dan tubuhnya mendadak lemas setelah beberapa saat sebelumnya terlihat kaku."Kenapa dengan anak saya, Dok? Dia akan baik-baik saja, kan?" Ibu panik."Tenang, Bu. Pasien hanya pingsan," jawab Dokter Rudy."Dokter tidak bohong, kan? Anak saya tidak mati, kan?" tanya Ibu lagi seraya memeluk Mbak Wiwid yang mata kini sudah terpejam. Aku melihat ada seukir senyum di bibirnya.Mbak Wiwid masih hidup, terlihat dengan jelas dadanya masih naik turun. Saat tanganku mendekat di lubang hidung, masih ada embusan napas di sana.

  • DIKIRA MISKIN   81. Bab 81

    DIKIRA MISKIN 81"Ada apa, Yud?" Ibu meletakkan sendok dan menatap Mas Yudi dengan nada khawatir."Enggak tahu, Bu. Kita hanya diminta untuk datang menjenguk Mbak Wiwid," jawab Mas Yudi."Ya Allah, apa yang terjadi dengan anakku itu?" "Maafkan aku, Bu. Seharusnya sudah sejak tadi kalian menjenguk Wiwid, tapi gara-gara acara ini, jadi tertiuda hingga harus di telepon lagi," ucap Mbak Ranti seraya menggigit bibir bawah."Ini bukan salah kamu, Nak. Berdo'a saja agar Wiwid tidak apa-apa." Ibu berusaha tersenyum meski aku yakin hatinya perih membayangkan hal buruk yang terjadi dengan anaknya yang ada di dalam penjara. Ya, semarah-marahnya seorang Ibu, ia tidak mungkin menginginkan hal buruk menimpa anaknya."Ibu sudah memaafkan Mbak Wiwid, kan? Ikhlaskan dia Bu, agar Allah mengampuni dosanya," ucapku seraya mengusap pundak Ibu."Innalillah, memangnya Wiwid is dead," ucap Mbak Ranti dengan nada tinggi, matanya melotot kemudian menutup mulutnya dengan kedua tangan."Siapa yang bilang?" tany

  • DIKIRA MISKIN   80. Bab 80

    DIKIRA MISKIN 80Aku dan Mbak Ranti yang baru saja selesai memasak untuk persiapan nanti malam terkejut dengan kedatangan Mas Yudi dan teriakan ibu."Kita harus menjenguk Wiwid. Pantas saja beberapa hari ini perasaanku tidak enak. Tidur juga sering mimpi buruk. Apa ini ada hubungannya dengannya yang sakit parah itu?" kata ibu.Aku dan Mbak Ranti saling berpandangan. Kulihat aneka makanan yang sudah siap untuk acara istimewa nanti. Jika ibu dan Mas Yudi menjenguk Mbak Wiwid, bagaimana dengan acara ini?"Bu," ucap Mbak Ranti seraya mengusap tangan ibu."Kamu tidak usah khawatir, Ran. Ibu akan menjenguk Wiwid, tetapi tidak sekarang karena ini hari istimewa yang kamu tunggu dan tidak mungkin dibatalkan," ucap ibu tersenyum."Kalau Ibu mau jenguk Wiwid, aku juga tidak akan protes kok, Bu. Aku tahu, dari dulu Wiwid memang selalu yang diutamakan karena ia adalah anak emasnya Ibu dan Bapak," ucap Mbak Ranti menunduk.Ya, meski aku tidak bersama mereka dari kecil, tetapi aku tahu, Mbak Wiwid s

  • DIKIRA MISKIN   79. Bab 79

    DIKIRA MISKIN 79Ibu berjalan keluar ruangan dan Wiwid berusaha mengejarnya, tetapi seorang petugas menahannya. Ibu sudah tidak menggubris Wiwid lagi. Mungkin ibu sudah terlanjur kecewa."Ibu, maafkan aku!" Mbak Wiwid meronta dalam cekalan tangan seorang petugas, tetapi ibu sudah tidak peduli lagi. Ibu malah semakin mempercepat langkahnya. Ia memilih masuk mobil dan menguncinya rapat-rapat.Aku dan Rifki menyusul ibu ke dalam mobil. Sementara Mas Yudi membuat laporan mengenai Mas Wahyu yang telah menganiaya Rifki. Semoga prosesnya cepat sehingga ia segera mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatannya."Tik," ucap ibu seraya memelukku erat, air matanya terus bercucuran. Bahunya terguncang."Alhamdulilah, laporan kita sudah dalam proses. Polisi akan segera mencari keberadaan Mas Wahyu. Setelah ini ia tidak akan hidup tenang lagi. Ke manapun ia pergi , polisi pasti akan menemukannya. Meski masuk ke lubang semut sekalipun," kata Mas Yudi."Ya, orang jahat memang harus mendapat bal

DMCA.com Protection Status