Share

Ide Usaha

Author: Nur Asih
last update Last Updated: 2024-01-18 12:25:06

Mala memejamkan mata, pasrah dengan apa yang akan dilakukan Tomi. Cengkraman di dagunya juga terasa sangat sakit.

Melihat istrinya memejamkan mata, tangan Tomi yang sudah melayang ke udara tiba-tiba melandai. Tercetak jelas di netra Tomi, wajah ayu serta bulu mata lentik milik istrinya, hal yang membuat Tomi jatuh cinta pada Mala bertahun-tahun lalu.

Perlahan cengkraman di dagu Mala mengendur, pria dengan tinggi 170 cm itu menyatukan keningnya dengan kening sang istri. “Maaf,” lirih Tomi saat menyadari hampir saja dia melakukan kekerasan pada Mala, wanita yang dulu pernah membuatnya tergila-gila.

Akan tetapi, Mala malah meronta saat suaminya ingin memeluk tubuhnya. Bahkan, Tomi dibuat mundur beberapa langkah karena dorongan Mala. “Kamu benar-benar keterlaluan, Mas.” Air mata sudah mengalir deras di pipi yang masih mulus meski tak pernah tersentuh perawatan sama sekali.

“Maaf Mala aku khilaf. Aku tidak bermaksud menyakitimu.” Tomi memajukan langkah, berusaha mengikis jarak. Selama ini, pria itu memang selalu bersikap kasar pada Mala, tetapi sebisa mungkin tidak akan melakukan kekerasan fisik.

Tomi masih berpikir Mala menangis karena kekerasan darinya. Tomi tidak tahu jika ada hal yang lebih menyakitkan dari kekerasan fisik yaitu ditipu.

“Mencari pinjaman pada rentenir dengan menggadaikan sertifikat rumahku juga khilaf,” sarkas Mala.

Bukan hanya langkah Tomi yang terhenti, jantungnya pun seolah berhenti memompa untuk sesaat. Bagaimana Mala bisa tahu mengenai hutang itu?

“Kaget?!” tebak Mala.

“Kamu jangan ngarang cerita, La,” sanggah Tomi. “Aku tidak punya hutang pada rentenir manapun.” Tomi masih saja mengelak.

Tatapan Mala yang selalu lembut kini berubah nyalang, kilat amarah terlihat jelas di dalamnya. “Baiklah kalau memang Mas tidak menggadaikan rumahku pada rentenir. Mana sertifikatnya?”

Tomi gelagapan. “A … ada, sertifikat itu aku simpan di rumah Ibu,” kelit Tomi.

Wanita dengan rambut bergelombang itu mengusap air mata di pipi dengan kasar lalu menarik napas dalam. “Ambil sekarang! Jika sertifikat itu memang ada di tempat Ibu,” ucap Mala.

“Kamu ini sebenarnya kenapa, sih? Lagi pula ini sudah malam, Ibu pasti sudah tidur, La. Besok saja Mas ambil, ya,” suara Tomi melembut. Hafal dengan perangai istrinya yang sedang marah Tomi kembali maju berniat mendekati Mala dan memeluknya. Biasanya dengan berbuat seperti itu, Mala akan luluh.

“Jangan mendekat!” Mala mundur beberapa langkah. “Apa kamu tau, Mas? Tadi siang ada dua pria datang ke sini. Mereka mencarimu, memeriksa setiap sudut rumah hingga Danis ketakutan. Mau tau kenapa mereka ke sini …?” Mala menjeda kalimatnya.

“Menagih hutang!” Mala menekan kalimat yang terlontar dari bibirnya.

Skakmat. Tubuh Tomi terhuyung ke belakang hingga terduduk di sofa yang telah usang. Berniat menghindari para debtcollector dengan cara bersembunyi. Ternyata mereka malah datang ke rumahnya. Tomi menunduk, tangannya meremas rambut kasar, mulutnya terkunci rapat, bingung alasan apa yang akan dia berikan pada Mala mengenai hutangnya.

Kini giliran Mala yang maju. Duduk di lantai tepat di depan Tomi, Mala mengguncang kaki Tomi. “Untuk apa uang sebanyak itu Mas … untuk apa?”

“Untuk … untuk usaha tentunya,” jawab Tomi.

Mata Mala memicing lalu mendorong kaki Tomi kasar. “Bohong!” bentak Mala. “Kamu pasti menggunakannya untuk judi, kan?”

“Terserah kalau kamu tidak percaya.” Tomi terus berkilah.

Merasa percuma bicara dengan Tomi, Mala bangkit berlalu menuju kamar. Namun, sedetik kemudian Mala menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap suaminya dan berucap, “Mala tidak peduli Mas menggunakan uang itu untuk apa. Yang Mala mau segera tebus sertifikat itu bagaimana pun caranya!”

“Argh!” Tomi terus mengacak rambutnya, bagaimana cara mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat.

Di dalam kamar, Mala masih terus menangis. Namun, sebisa mungkin dia tidak bersuara di dalam tangis karena saat ini dia tengah memeluk Danis, satu-satunya tempat ternyaman yang dia punya.

Tomi, pria yang dulu dia anggap pahlawan kini justru menyengsarakannya. Ingin mengadu, tapi pada siapa? Ayahnya sudah berpulang sejak dia menginjak umur enam belas tahun sedangkan ibunya berpulang setelah melahirkannya.

Di ruang tamu, Tomi masih termenung. Cicilan tiga juta perbulan. Ternyata sangat memberatkan. Awalnya, hutang Tomi hanya empat puluh juta, tetapi bunga yang tinggi membuat hutangnya membengkak. Perkataan Tomi tentang hutang yang digunakan untuk usaha bukan suatu kebohongan. Sebagian memang dia gunakan untuk modal usaha. Usaha trading yang ternyata abal-abal. Orang yang mengaku CEO dari perusahaan trading kabur setelah berhasil mengeruk keuntungan. Jadilah uang Tomi ikut raib.

Akan tetapi, tuduhan Mala tentang judi online juga tidak salah. Uang hampir dua puluh juta ludes untuk membeli chip.

Cukup lama Tomi berdiam diri. Pria itu menyingkap tirai pembatas kamar. Mala mendekap Danis erat, mata perempuan yang sebenarnya masih bertahta di hatinya terlihat sembab.

Tomi memutuskan untuk keluar rumah. Berharap mendapatkan solusi dari permasalahan yang tengah dia hadapi.

Dan, disinilah Tomi. Di rumah Didit —temannya— sesama penggila judi online.

“Kenapa muka, Lo. Sedari tadi ditekuk mulu?” tanya Didit.

“Biasa … bertengkar dengan Mala.” Kepulan asap keluar dari bibir Tomi.

“Ikut gue, yuk!”

“Kemana?”

“Udah, ikut aja. Kita senang-senang. Ngilangin suntuk. Gue yang traktir. Gue hadis dapet jackpot,” bisik Didit di telinga Tomi.

“Iya, tapi kemana?” Tomi masih penasaran dengan tujuan Didit.

“Pokoknya ikut aja. Ntar juga tau, yuk!” Didit sudah duduk di jok motor miliknya.

Dahi Tomi mengernyit saat sampai di sebuah tempat dengan lampu yang berkelap-kelip di bagian depan sebuah cafe, lebih tepatnya tempat karaoke.

“Yuk, masuk!” ajak Didit setelah mereka memarkir sepeda motor.

Tomi mengekor di belakang Didit, ini pengalaman pertamanya mengunjungi tempat hiburan malam.

Didit menghampiri meja resepsionis, sedangkan Tomi masih mematung di tempat. Memperhatikan sekitar, para wanita berpakaian minim duduk berjajar, sesekali mengedipkan mata nakal. Hingga suara Didit terdengar di telinga, “Yuk!”

Keduanya memasuki sebuah ruangan temaram dengan lampu kelap-kelip, terdapat sofa berbentuk L dengan meja persegi di depannya. Televisi besar berukuran tiga puluh dua inc juga tersedia.

Pintu kembali terbuka, dua wanita berpakaian minim datang. Salah satu dari mereka membawa nampan berisi minuman.

Didit terlihat bahagia bernyanyi dengan kedua wanita tadi. Sementara Tomi hanya memperhatikan setiap gerak-gerik temannya. Didit yang tidak segan memberikan uang ratusan ribu kepada dua wanita yang menemaninya bernyanyi membuat mata Tomi membola. Semudah itu mereka mendapatkan uang, hanya modal pakaian seksi dan suara yang ….

Ah, bahkan suara Danis lebih merdu. Wajah dua wanita itu juga tidak secantik istrinya.

Sepulang dari tempat karaoke, Tomi memilih menginap di rumah Didit. Bau alkohol ditambah Mala yang mungkin saja masih marah menjadi faktor utama.

Keesokan harinya.

“Dit, pinjamin gua uang satu juta buat modal usaha, dong,” pinta Tomi.

Entahlah kira-kira usaha apa yang Tomi pikirkan.

Related chapters

  • DIJUAL SUAMI JADI PEMANDU LAGU   Modal usaha

    Perkataan Tomi yang ingin meminjam uang padanya, membuat wedang jeruk yang Didit minum untuk meredakan rasa pengar dari pengaruh alkohol semalam, menyembur membasahi lantai. "Buat apa?""Kan, udah gua bilang buat modal usaha," jawab Tomi.“Usaha apa?” tanya Didit dengan kedua alis menyatu. “Lo jangan aneh-aneh, ya, Tom. Udahlah, sekarang, kan Lo kerja di bengkel gue. Meski bayarannya nggak besar, gua rasa cukup untuk nafkahin Mala dan Danis.”“Ayolah, Dit. Satu juta … aja!” Tomi memelas.“Lo mau ikut trading abal-abal lagi, ya?” tebak Didit. “Mending nggak usah, utang Lo sama Bang Oji udah membengkak kayak gajah. Lo nggak kapok,” tutur Didit.“Justru itu. Gua mau usaha biar utang gua cepet lunas. Jadi, pinjamin modal dulu, ya. Lo bisa potong dari gaji gua, dah,” rayu Tomi.“Beneran, ya, potong gaji,” ucap Didit.“Suer.” Tangan Tomi membentuk huruf V.“Bukannya apa-apa. Lo tau ndiri, kan ini uang bengkel.”“Iya, gua tau. Maka dari itu, Lo bisa potong dari gaji gua nanti,” tutur Tomi.“

    Last Updated : 2024-01-18
  • DIJUAL SUAMI JADI PEMANDU LAGU   Udang dibalik bakwan

    “Banyak sekali baju yang harus kamu setrika. Mas bantuin, ya,” ucap Tomi menawarkan bantuan.Mata Mala membola, dahinya mengernyit. Tomi ingin membantu pekerjaannya. Apa Mala tidak salah dengar? Atau … matahari terbit dari barat.“Kenapa? Ada yang salah,” ucap Tomi karena raut wajah istrinya tampak bingung.Bukannya menjawab Mala justru meletakkan punggung tangannya di kening Tomi. “Kamu nggak sedang sakit kan, Mas?”Tomi memegang tangan Mala lalu menciumnya dan berucap, “Mas sehat, kok.” Mala dibuat terpesona dengan senyuman Tomi yang merekah, entah kapan terakhir kali Mala melihatnya. Saking lamanya Mala sampai terlupa. Ekonomi yang memburuk berpengaruh besar pada rumah tangga Mala. Pertengkaran terjadi hampir setiap hari.“Kenapa bengong?” Tomi menangkup wajah ayu istrinya kemudian mencium puncak kepala Mala dengan lembut. Rona merah terlihat jelas di pipi Mala meskipun hampir lima tahun menikah. Perlakuan manis Tomi selalu membuat Mala tersipu. Apa Mala mencintai Tomi? Entahlah

    Last Updated : 2024-01-18
  • DIJUAL SUAMI JADI PEMANDU LAGU   Seperti Gadis

    “Wow, Bunda sangat cantik,” puji Danis. Pria kecil itu sengaja mengedipkan sebelah matanya, seolah dia adalah pria dewasa yang sedang menggoda lawan jenis. Lengkungan sempurna tercetak di bibir Mala karena godaan dari pria kecilnya. Teramat gemas perempuan berkulit putih itu mencubit pipi gembul Danis, kemudian mengangkat putranya ke dalam gendongan. Ciuman bertubi-tubi mendarat berkali-kali di pipi Danis dari Mala. “Geli, Bunda.” Danis sedikit mendorong wajah ibunya menjauh.“Ini hukuman karena menggoda Bunda,” sahut Mala yang kembali mencium pipi gembul putranya.Hanyut sepersekian detik oleh pemandangan indah di depannya, Tomi tanpa sadar tersenyum tipis. Namun tidak lama kesadarannya kembali, buru-buru Tomi meraih Danis dari gendongan Mala.“Sini, biar Ayah gendong. Kasian Bunda pasti capek gendong kamu yang gemoy.” Tomi mengulurkan tangannya pada Danis.“Nggak apa-apa, Mas, kan, sudah biasa Mala gendong Danis setiap hari.”“Hari ini spesial. Kamu akan Mas jadikan ratu sehari,”

    Last Updated : 2024-02-07
  • DIJUAL SUAMI JADI PEMANDU LAGU   Happy Karaoke

    “Urusan penting apa memangnya?” Farida berbicara sambil menikmati teh buatan Mala.“Em … pokoknya penting, Bu. Ayolah Bu semalam saja nitip Danis.” Pandangan Tomi yang memelas membuat Farida luluh. “Iya, iya.”“Terima kasih. Ibu memang terbaik.” Dua jempol Tomi terangkat.“Sip, rencana berjalan mulus,” batin Tomi.“Ibu mau pulang dulu. Tadi Ibu ke sini niatnya mau ketemu Danis. Eh, dianya tidur ternyata.” Meski Farida tidak menyukai Mala, tetapi dia sangat menyayangi Danis cucunya. “Kalau kalian mau keluar, antarkan saja Danis ke rumah Ibu,” imbuh Farida.“Iya, Bu,” ucap Tomi. Mala duduk di tepi ranjang memandang putranya yang tertidur lelap. Diusapnya rambut Danis perlahan-lahan. “Kenapa perasaan Bunda tidak enak, ya, Nak?”Usapan lembut sang bunda membuat Danis menggeliat. Ada seulas senyum yang terukir di bibirnya. Mala menunduk lalu mencium pucuk kepala Danis. Waktu menunjukkan jam delapan malam. Mala dan Tomi makan malam bersama. “La, nanti Mas mau ajak kamu ke suatu tempat.”

    Last Updated : 2024-02-08
  • DIJUAL SUAMI JADI PEMANDU LAGU   Janda bersuami

    Bab 8 Janda BersuamiSenjata andalan Tomi selain Danis tentu saja rahasia masa lalu Mala. Hanya dia dan Mala yang tahu mengenai peristiwa kelam lima tahun lalu. Lima tahun lalu, di suatu malam. Mala yang tinggal sendirian di rumah selepas orang tuanya meninggal terbangun di tengah malam. Dia yang tengah tertidur lelap merasa kesulitan untuk bernafas. Saat netra berwarna coklat milik Mala terbuka, sosok pria dengan penutup wajah tengah berkuasa atas tubuhnya. Sebelum sempat berteriak, pria itu terlebih dulu membekap Mala. Malam itu, malam terkelam di hidup Mala. Seorang gadis yatim piatu harus hancur di usia tujuh belas tahun. Setelah puas menghancurkan Mala, pria itu pergi begitu saja. Mala terus menangis di sudut kamar, tangannya menggenggam erat sebuah benda. Kalung emas —berliontin jangkar— milik si pria yang tanpa sengaja Mala tarik saat melakukan perlawanan. “Dek … Dek!” Suara panggilan diikuti ketukan dari luar mengejutkan Mala.Dengan tertatih Mala keluar dari kamar. Kea

    Last Updated : 2024-02-09
  • DIJUAL SUAMI JADI PEMANDU LAGU   Teman baru

    “Kita tidak akan melakukan hal itu,” ucap Nina.Ada kelegaan di hati Mala saat mendengar ucapan Nina.“Di sini kita hanya menemani mereka bernyanyi tidak lebih. Bos Bara tidak menyediakan jasa ‘seperti itu’. Bahkan, pria tua itu akan memberi sanksi tegas pada LC-nya bila ketahuan berbuat ‘seperti itu' di sini. Kalau diluar, ya, silakan,” imbuh Nina. “Atau kalau kamu ingin …?” Goda Nina sambil menaik-turunkan alisnya.“Tidak … tidak. Aku tidak ingin,” sanggah Mala cepat. Bekerja di tempat ini saja sudah suatu bencana baginya. Apalagi sampai ….Ah, hal itu jauh dari pikirannya.“Sudah siap?”Nina dan Mala menoleh ke arah sumber suara. Bara sudah berdiri di ambang pintu.“Sudah, Bos,” jawab Nina. Bara mendekat ke arah mereka. “Untuk beberapa hari kedepan. Dia ikut kamu dulu, Nin. Ajari dia apa yang harus dilakukan di sini,” tutur Bara pada Nina. Mata yang selalu menatap tajam pada lawan bicaranya itu meredup saat menatap Mala. Ada hal yang terus menggelitik di hati, yang dia sendiri tid

    Last Updated : 2024-02-09
  • DIJUAL SUAMI JADI PEMANDU LAGU   Aroma Jasmine

    Niko terus memperhatikan wanita yang berada di sisi kanannya. Parfum beraroma jasmine menggelitik indera penciuman pria berhidung mancung itu. Mata Niko bahkan sampai terpejam, saat menghirup aroma parfum yang beterbangan di udara. Rasanya dia ingin terlelap di dalam aroma sang wanita.Entah tidak tahu atau … memang wanita yang duduk di sampingnya terlalu abai dengan sekitar. Sampai-sampai melirik ke arah Niko saja tidak. Menertawakan diri sendiri, ternyata ada wanita yang abai dengan pesonanya. Padahal mereka hanya bersekat sebuah kursi.“Maaf, Bu. Bolehkah saya titip Danis sebentar. Sepertinya saya akan sedikit terlambat menjemputnya. Terima kasih.”Siapa Danis? Pertanyaan muncul ketika Niko mencuri dengar pembicaraan si wanita dengan seseorang melalui ponsel.Niko bersedekap dada, memejamkan mata, tapi menajamkan pendengarannya. Ponsel si wanita berkulit putih berdering.Akan tetapi, suara si wanita tidak selembut tadi. Kali ini, suaranya terdengar sedikit ketus di telinga Niko.

    Last Updated : 2024-02-10
  • DIJUAL SUAMI JADI PEMANDU LAGU   Aroma yang sama

    Ditempat lain Niko tengah pegal hati, sedari tadi Andi terus saja mengoceh ke sana ke mari tidak jelas. Mereka duduk bersandar di ranjang milik Niko. Kedatangan Andi menggagalkan rencana Niko untuk tidur lebih awal.“Aku sakit hati, Nik. Sakit.” Andi berkata dengan menunjuk dada sebelah kirinya. “Aku kurang apa coba? Teganya si Rani selingkuh dariku,” keluh Andi pada sahabatnya.“Kurang kaya, kurang ganteng, pokoknya banyak lah kurangmu,” jawab Niko tak acuh. Tangannya terus memainkan ponsel. “Aduh!” pekik Niko saat sebuah bantal mendarat tepat di wajah tampannya. “Rese, Lo.” Niko mengembalikan bantal yang dilemparkan Andi.“Eits! Nggak kena,” ejek Andi saat dia berhasil mengelak lemparan Niko. “Aku ini lagi sedih, Nik.” Pria bertubuh tinggi itu beralih tempat duduk ke samping Niko. Tangannya bergelayut manja di lengan Niko.“Ish, apaan, sih. Jijik aku.” Niko melepas tangan Andi yang bergelayut padanya. Hal yang membuatnya bergidik.“Lah, aku lagi sedih. Kamu malah gitu,” rengek Andi

    Last Updated : 2024-02-11

Latest chapter

  • DIJUAL SUAMI JADI PEMANDU LAGU   ending

    Sore yang indah untuk menikmati secangkir teh hangat dan dan cemilan. Seperti halnya yang dilakukan Anan saat ini. “Duduk sini! Papa mau bicara.” Anan menepuk kursi rotan disampingnya. Menyuruh istrinya duduk setelah menghidangkan secangkir teh dan sepiring biskuit.“Mau bahas soal Niko,” sarkas Anggi. Dia sudah bisa menebak apa yang akan dibicarakan suaminya.Namun, Anan belum menanggapi. Pria itu menyeruput teh buatan istrinya. “Teh buatan Mama memang paling nikmat,” puji Anan.Anggi melipat tangannya, wajahnya semakin ditekuk. “Langsung pada intinya saja, Pa.”Anan meletakkan kembali tehnya. “Apa tidak berniat mencari tau dulu tentang calon Niko?”“Untuk apa cari tau. Mama sudah tau dia wanita nggak bener,” sarkas Anggi. “Papa heran, Mama tau dari siapa, sih soal Mala?” “Dari Eve.”Anan tertawa terbahak. “Dari Evelyn mantan Niko itu.”

  • DIJUAL SUAMI JADI PEMANDU LAGU   Terhalang restu

    Bibir Mala terkembang melihat Niko berlari ke arahnya. Sore ini Niko, Danis, dan Mala jalan-jalan ke taman kota.“Danis aktif sekali.” Niko mendaratkan tubuhnya di samping Mala. Mereka duduk di rerumputan yang ada di taman. “Aku sampai kewalahan menemaninya.” Napas Niko terdengar naik-turun setelah menemani Danis bermain.“Terima kasih sudah menyayangi Danis, Nik.” Mala menatap pria di sampingnya dengan sangat dalam.Memberanikan diri, Niko menggenggam tangan Mala. Ditatapnya mata wanita yang bertahta di hatinya itu dengan sangat dalam. Lengkungan yang indah terbit di bibir tebal Niko.“Ya, siapa tau setelah melihat ketulusanku menyayangi putranya, Bundanya akan luluh. Dan mau menerima keberadaanku di hidupnya.” Niko mencoba berkelakar. Meskipun dia tahu mungkin jawabannya akan sama. Namun, dia bertekad sebanyak Mala menolaknya, sebanyak itu dia akan menyatakan cintanya.Mala mengalihkan pandanganny

  • DIJUAL SUAMI JADI PEMANDU LAGU   Paman yang hilang

    “Bos,” lirih Mala. Dia begitu terkejut karena Bara memeluknya secara tiba-tiba. Bahkan pelukan pria itu begitu erat. “Maaf … Mala … Maaf.” Bara melepaskan pelukannya pada Mala. “Aku begitu bahagia.” Nampak Bara menyentuh sudut netranya. “Sekarang dimana ibumu?” Bara mengedarkan pandangannya.“Ibu saya, Bos?” Mala keheranan. Kenapa Bara mencari ibunya.“Iya Ibumu dimana, dia?” Meski Bara meneteskan air mata, tapi terlihat binar bahagia di wajahnya.“Ibu saya sudah meninggal.” “Apa?” Bara nampak terkejut, bahkan pria itu sampai terduduk di lantai. “Tidak mungkin adikku Naima sudah tiada,” raung Bara.“Maksud Bos apa?” Mala berjongkok, mensejajarkan diri dengan Bara.“Ibumu adikku Mala.”Lalu Bara menceritakan tentang kisahnya dan ibu Mala. Keduanya yatim piatu sejak kecil mereka terpaksa hidup di jalanan dan berpindah-pindah. Tidak tega, Bara mengirim Naima ke panti asuhan

  • DIJUAL SUAMI JADI PEMANDU LAGU   Sertifikat yang kembali

    Niko mengajak Aksa menemui Mala sore ini. Karena sepupunya itu harus menghadiri beberapa sidang hari ini. Mobil melaju membelah padatnya lalu lintas hingga mereka sampai di sebuah rumah kontrakan. Di teras kontrakan, seorang gadis dengan cenala jeans belel dan kaos crop top terlihat bangkit dari duduknya. Menyambut kedatangan keduanya.“Kita sudah sampai,” kata Niko setelah mematikan mesin mobil.Aksa tersenyum samar. “Oke juga selera Niko.” Pandangannya tertuju pada Nina.“Lama banget, sih.” Nina mencebik kesal.“Dia masih banyak urusan.” Niko melirik Aksa. “Oh.” Nina memperhatikan penampilan Aksa. “Dia yang mau bantuin Mala?”“He em. Oh, ya, kenalkan dia Aksa sepupuku.” Niko memperkenalkan Nina dengan Aksa.“Hallo Pak Aksa kenalkan saya Nina.” Gadis cantik itu mengulurkan tangannya, dengan senyuman indah yang membingkai di wajahnya.“Aksa.” Aksa merasakan sesuatu yang berbeda saat bersalaman dengan Nina. “Mau duduk di sini atau di dalam.” Nina memberi opsi.“Di sini saja,” sahut

  • DIJUAL SUAMI JADI PEMANDU LAGU   Bantuan Niko

    Perkataan Tomi tentu membuat ayah Tina murka. Pria yang rambutnya mulai memutih itu bahkan sampai menggebrak meja. “Kurang ajar kamu Tomi!” hardik ayah Tina. “Setelah kamu menggagahi anak saya, kamu mau lepas tanggung jawab?”“Dia sendiri yang menawarkan tubuhnya pada saya,” ucap Tomi diikuti tatapan benci pada Tina.“Jaga ucapmu!” Ayah Tina menunjuk wajah Tomi, Ayah mana yang rela anaknya dihina. Ibu Tina mencoba menenangkan suaminya, dia mengusap lengan suaminya selembut mungkin. “Sabar Pak … sabar.”Sementara Tina hanya bisa tersenyum getir. Serendah itukah dia di mata Tomi.“Sabar Pak … ini bisa dibicarakan baik-baik. Jangan emosi dulu.” Farida mencoba menengahi.“Terserah kamu mau bilang apa Mas yang pasti … kamu harus menikahiku. Karena sekarang aku sedang mengandung anakmu.”Perkataan Tina jelas semakin memperkeruh suasana. Terutama Tomi. Kepala seakan hampir meledak. Masalah Mala belum selesai, masalah baru muncul. Berbeda dengan putranya, Farida justru bahagia mendengar pe

  • DIJUAL SUAMI JADI PEMANDU LAGU   Tomi pelakunya

    Melihat kediaman Tomi, Mala semakin naik pitam. “Jawab Tomi … jangan diam saja!” Teriakan Mala semakin memekakkan telinga. Bahkan urat-urat leher wanita itu sampai terlihat jelas. Air mata juga terus mengalir deras di pipinya. Hancur, marah, sedih, dan kecewa menjadi satu. Bukan tanpa sebab, kotak kecil yang ditemukan Farida berisi sebuah kalung emas berliontin jangkar. Kalung itu satu-satunya bukti yang Mala miliki.Bukti yang ditinggalkan oleh pria biadab yang lima tahun lalu merenggut mahkotanya. Menghancurkan hidupnya. Membuatnya terjebak dalam pernikahan toxic. Tomi semakin meraung, merengkuh kaki Mala. “Ampuni aku Mala!” Tomi tidak bisa berkelit. “Aku mohon. Aku terpaksa … aku … aku terlalu mencintaimu.”Mala membungkuk, melepaskan rengkuhan Tomi dari kakinya hingga Tomi terdorong ke belakang. Tamparan pun Mala layangkan pada Tomi.“Biadab kamu Tomi. Brengsek … bajingan ….” Segala sumpah serapah Mala ucapkan.“Hey …!” Farida yang melihat perlakuan Mala pada putranya berteri

  • DIJUAL SUAMI JADI PEMANDU LAGU   fakta menyakitkan

    Melihat Mala yang terus menangis, Nina ikut menangis. “Sudah, La, jangan nangis! Lelaki kayak gitu tidak pantas kamu tangisi.” Nina mendekap Mala sangat erat.Awalnya Mala pikir, dia tidak akan sedih dan terluka saat mendapati Tomi selingkuh. Nyatanya, tidak. Hatinya tetap saja merasa sesak, seperti dihimpit bongkahan batu.Air mata yang sekian lama mampu dia tahan, tumpah juga. “Kupikir aku akan baik-baik saja, Nin. Ternyata disini.” Tunjuk Mala pada dada sebelah kanan. “Rasanya sakit sekali.” Suara Mala begitu parau dan memilukan.Nina mengelus surai Mala, mencoba menenangkan sahabatnya. Tubuh Mala terus berguncang hebat. “Apa salahku, Nin. Hingga Mas Tomi selalu menyakitiku.”“Kamu tidak salah La tapi, Tomi saja yang brengsek,” geram Nina. Matanya juga memerah karena ikut menangis.“Kita jemput Danis, Nin.”“Ya, kita memang harus menjemput Danis. Kita ke alamat yang tadi, Pak.”

  • DIJUAL SUAMI JADI PEMANDU LAGU   terbongkarnya perselingkuhan

    Mala tersenyum sinis memandangi Tomi yang tertidur sangat lelap. Di aplikasi hijau semua bukti terpampang nyata. Bukan hanya ada chat mesra, tapi juga banyak foto tidak senonoh yang Tina kirim pada Tomi.Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Mala memotret dan memvideokan semua bukti perselingkuhan suaminya. “Anggap saja ini jalan dari Tuhan untuk lepas dari suamimu Mala,” lirih Mala.Saat akan mengembalikan ponsel milik Tomi, tatapan Mala tertuju pada kemeja Tomi yang sedidik tersingkap di bagian dada. Ada sebuah tanda yang Mala paham betul, tanda apa itu.“Oh, jadi si perempuan ini sengaja meninggalkan jejak rupanya.” Mala berdecak pelan.Mala mondar-mandir di ruang tamu, dia sudah punya bukti. Namun, dia tidak boleh gegabah. Dia harus memikirkan sebuah cara untuk membongkar perselingkuhan Tomi. Perselingkuhan Tomi juga semakin meyakinkan Mala untuk berpisah. Meski dia harus menanggung konsekuens

  • DIJUAL SUAMI JADI PEMANDU LAGU   Bohong itu dosa

    Mala mengekor langkah ibu mertuanya, tapi ternyata Danis dan ibu mertuanya sudah masuk ke kamar mandi.“Buk, biar Mala saja yang memandikan Danis.” Pintu kamar mandi Mala ketuk dari luar.Di dalam kamar mandi, Farida bingung. Kalau dia membiarkan Mala masuk, nanti menantunya itu tanya-tanya tentang keberadaan Tomi pada Danis. Namun, kalau dia tidak membuka pintu bisa-bisa Mala curiga.Tidak ada pilihan lain, Farida memegang bahu cucunya. “Nenek mau minta tolong sama Danis.”“Minta tolong apa, Nek?” tanya Danis polos.“Nanti kalau Bunda tanya-tanya soal Ayah. Danis bilang saja Ayah ke pasar, seperti yang Nenek bilang tadi.” Instruksi Farida.“Tapi kan Ayah dari semalam tidak pulang, Nek,” ucap Danis apa adanya.“Sstt.” Farida menutup bibir mungil Danis dengan telunjuk, kepalanya menoleh ke arah pintu. Takut Mala mendengar percakapan mereka. “Jangan keras-keras! Danis, kan, anak yang penu

DMCA.com Protection Status