Share

Kesal

Author: Thietha
last update Last Updated: 2021-04-15 12:39:23

“Tanda tangani kontrak ini, atau kamu akan menyesal!” geram pria itu mencekik Jenia penuh amarah.

“Tidak! Aku tidak akan menandatanganinya!” Jenia keras kepala, menolak untuk menandatangani surat kontrak yang ada di atas ranjangnya.

“Huh, ternyata kamu memanglah gadis yang amat keras kepala. Kamu terlalu egois, sehingga kamu tidak memikirkan keluargamu yang berada di Jakarta akan hidup menderita karenamu!”

Jenia membulatkan matanya mendengarkan ucapan pria itu yang merembet kepada keluarganya. Mungkinkah dia mengenal keluarga Jenia? ataukah ini hanya sekadar ancama belaka?

“Kamu tidak kenal siapa keluargaku!” ucap Jenia dengan bangga dengan suaranya yang ia paksakan.

Cekikan itu semakin kuat membuat Jenia merasa kesulitan untuk bernapas. Jenia merasa suaranya tercekat.

“Pikirkanlah baik-baik, jika kamu tidak ingin tanda tangani perjanjian ini, maka bersiaplah mengucapkan selamat tinggal kepada ayah tercintamu, aku bisa membuatnya mati hanya dalam waktu satu detik, dan dokter yang berada di rumah sakit tidak akan ada yang curiga bahwa aku yang membunuhnya,” pria itu seakan bangga mempermainkan hati Jenia yang semakin risau.

Jenia tidak ingin hal buruk terjadi kepada keluarganya, terlebih kepada papanya yang begitu Jenia sayangi.

“Ba… baik! Aku akan menandatanganinya, tetapi berikan aku waktu!” Jenia mulai menyerah. Kerasnya batu karang di dalam hati Jenia saat ini sudah berhasil ia robohkan. Namun, Jenia tidak ingin gegabah dalam mengambil tindakan.

Marvin melepaskan tangannya dari leher Jenia, dengan angkuhnya ia berjalan meninggalkan Jenia dengan rasa sakit yang ia tinggalkan di leher Jenia.

Pintu kamar Jenia kembali tertutup dan terkunci dari luar. Jenia mengempaskan tubuhnya di atas kasur. Tangannya tidak behenti memukul-mukul guling yang ada di dekatnya.

“Pria biadab dia sama sekali tidak berperasaan.”

Jenia kembali duduk, menghapus air mata yang menggenang di pipinya meski buliran bening itu terus saja mengalir tanpa izin.

“Aku harus bertemu dengan Cherry, bagaimanapun caranya. Dia harus menjelaskan padaku apa yang dikatakan oleh Mr. M itu.” Jenia menatap pada cermin di hadapannya. Wajahnya yang memerah seakan menunjukkan bahwa ia tengah marah pada nama yang ia sebutkan.

***

“Di mana kamu memungut gadis bodoh itu?” tanya Marvin dengan suara yang lebih lantang. Kali ini Marvin tidak mengenakan topeng di hadapan sahabatnya, Ferdinand.

Hidungnya yang mancung itu tampak memerah seperti kedua matanya yang juga memerah karena menahan emosi. Marvin tidak tahu kemana lagi ia melampiaskan rasa amarahnya yang begitu besar karena Jenia yang terus menolak untuk menandatangani kontrak dengannya.

“Kamu kenapa? Main masuk ke dalam kamarku dan marah-marah?” pria yang baru saja memutus panggilan telponnya itu menghampiri Marvin yang tidak lagi mampu menahan emosinya.

“Gadis itu benar-benar sudah membuatku emosi sehari ini,” geram  Marvin melemparkan sepatunya ke arah pintu kamar, lalu ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang kosong di dekatnya.

Pria yang berdiri di depan jendela itu menghampiri Marvin dan memandang Marvin dengan seksama. Ia terlihat stress, entah apa yang sudah dilakukan Jenia kepada Marvin menyisakan rasa penasaran di dalam hatinya.

“Baru juga satu hari, emangnya apa yang sudah Jenia lakukan padamu?” tanya pria itu yang tak lain adalah Ferdinand, adik dari Jonathan, sahabat Marvin.

“Kamu tahu, aku sangat tidak suka mendapatkan bantahan dari siapapun, tetapi kali ini gadis yang kamu berikan kepadaku, dia sangat keras kepala. Dia berani membantahku dan enggan menandatangani kontrak yang aku berikan padanya, bahkan ia sama sekali tidak takut kepadaku maupun ancamanku yang bisa berlaku padanya, padahal aku sudah memberinya pelajaran!”

“Hahaha… bagaimana ceritanya seorang Marvin Hadijaya Sasena dibantah oleh seorang gadis lugu seperti Jenia?” terkekeh Ferdinand mendengarkan cerita Marvin yang begitu menggebu.

Tawa Ferdinand membuat Marvin semakin kesal. Marvin menendang kursi kayu yang ada di dekatnya sehingga Ferdinand diam sembari menahan tawanya.

“Ini semua karena kamu tidak berkompeten dalam mencari gadis yang cocok untuk melahirkan darah dagingku sendiri!”

“Marvin … Marvin … kamu itu adalah sahabat terbaikku, aku tidak akan mungkin salah memilihkan dia untukmu, itu semua karena dia adalah satu-satunya gadis yang menurutku masih original,”

“Kamu pikir dia kopi apa pakai original segala,”

“Iya, dia seperti kopi yang langka, dia gadis baik-baik, jangankan keluar malam dan main di bar, pacaran saja dia tidak pernah!”

“Apa kamu seakrab itu dengannya?”

“Aku mendapatkan informasi ini dari sahabatnya sendiri,”

“Mungkin apa yang kamu katakan memang benar, dia memang… ah… sudahlah, harus aku apakan dia sehingga dia bersedia untuk menandatangani kontrak yang kubuat?”

“Sepertinya kamu hanya harus bersikap lebih baik dan lebih ekstra lagi dalam bersabar menghadapi seorang gadis sepertinya,”

“Apa? Aku harus bersikap baik kepadanya dan  memiliki kesabaran ekstra untuk gadis seperti dia? Bagaimana bisa? Kamu tahu bukan, aku tidak bisa melakukan hal seperti itu, karena kebaikan dan ketulusanku hanya untuk Nania, istriku seorang!”

Ferdinand diam, ia seakan tidak ingin membangkitkan kesedihan di dalam hati sahabatnya itu. Marvin sudah cukup menderita dengan kepergian sang istri yang meninggal karena sakit keras. Bahkan Marvin menyembunyikan kematian istrinya dari keluarga besar hingga ia memiliki seorang anak. 

Marvin enggan dijodohkan oleh kakeknya, jika kakeknya tahu bahwa istri Marvin telah meninggal dunia. Desakan sang kakek membuat Marvin harus mendengarkan rencana yang disampaikan Ferdinand padanya. 

Sedangkan Ferdinan berencana untuk memberikan Jenia kepada Marvin dengan harapan Marvin bisa membuka sedikit hatinya untuk Jenia dan melupakan istrinya yang sudah tiada dengan dalih Jenia sebagai seorang yang akan melahirkan anak untuk Marvin.

Namun, Marvin begitu mencintai sang istri. Buktinya, Marvin tidak bersedia untuk bersikap baik kepada Jenia karena baginya kebaikan di hatinya hanyalah milik Nania sang istri yang sudah lebih dahulu menghadap pada sang ilahi.

“Vin, setidaknya kamu harus bersabar menghadapi gadis itu sampai dia melahirkan anak untukmu, agar kakek Sasena tidak lagi mengancammu dengan ancaman akan memberikan harta warisannya kepada anak yatim!”

“Apa aku harus melakukan semua itu?” keluh Marvin lesu.

“Ya!”

“Tidak, aku tidak bisa. Bisa jatuh harga diriku dengan bersikap lembut kepada gadis itu, bisa besar kepala dia nanti!”

“Gadis mana yang akan melahirkan anak untukmu sedangkan kamu tidak mampu bersabar dan menahan emosi di hadapannya? Jika dia membangkang, itu wajar karena dia masih terkejut dengan kehadiranmu yang tiba-tiba di dalam hidupnya.”

 “Ah… persyaratan itu begitu sulit untukku yang sangat tidak bisa bersikap lembut kepada wanita pembangkang seperti dia.”

“Lalu, kamu mau bagaimana? Ingat ya, uang yang sudah kamu berikan kepadaku tidak bisa aku kembalikan lagi, uang itu sudah habis.” Ferdinand melangkah menuju jendela kamarnya yang terbuka, kemudian ia menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya.

“Uang 1,5 M sudah kamu habiskan begitu saja?” tanya Marvin tidak percaya kepada sahabatnya yang satu ini.

Angka yang tidak sedikit untuk Marvin mendapatkan seorang anak dari rahim Jenia yang telah ia berikan kepada Ferdinand. Namun, Ferdinand merasa kecewa dengan sikap Jenia yang telah berani melawan sahabatnya.

“Kamu jangan khawatir, Fer, aku tidak akan meminta kembali apa yang telah aku berikan kepadamu,” Marvin menepuk pundak Ferdinand.

“Lagi pula, jika pun kamu memintanya kembali, aku tidak akan memberikannya karena uang itu telah habis,”

“Boros sekali dirimu, kemana kamu habiskan uang itu dalam waktu semalam?”

“Aku menginvestasikannya dengan membeli saham sebuah perusahaan yang sedang berkembang pesat sekarang ini,”

“Wah… wah, kamu lebih cerdas dari Jonathan. Perusahaan mana yang sedang berkembang saat ini?” tanya Marvin penasaran.

“Aku tidak bisa mengatakannya kepadamu, masih rahasia!” kekeh Ferdinand.

“Baiklah, aku akan mengatakannya kepada Jonathan,”

“Jangan-jangan. Baik aku akan mengatakannya padamu, tetapi jangan sekali-kali membocorkan hal ini kepada Kak Jonathan, rahasiakan semua ini darinya, okey!”

“Ya, baiklah, Katakan!”

“Perusahaan Mahezalver,”

“Sepertinya aku tidak merasa asing dengan perusahaan itu,”

“Ya, itu perusahaan tekstil milik calon mertuaku,”

Marvin menggeleng-gelengkan kepalanya, ia tidak menyangka sahabatnya yang satu ini ternyata lebih cerdas dalam menentukan masa depan yang akan ia bangun bersama keluarga calon istrinya kelak.

*** Bersambung ***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • DICINTAI LELAKI KAYA   Kabur

    Jenia sudah memikirkan dengan matang cara untuk keluar dari vila itu. Ia tidak akan peduli dengan hasil yang akan ia capai. Namun, Jenia percaya diri, bahwa ia bisa terbebas dari genggaman pria bertopeng itu meskipun ia harus mempertaruhkan nyawanya. “Aku pasti bisa menjalankan rencanaku ini,” ucapnya yakin meskipun ada sedikit kegetiran di dalam hatinya. Jenia tersenyum memandang pada langit yang mulai kelam. Seharian ini pria bertopeng itu tidak mendatanginya, membuat ia merasa sedikit lega dan dapat memulihkan kesehatannya setelah kemarin ia harus menahan rasa sakit yang diberikan oleh pria kejam itu. Jenia menatap vas bunga berbahan kaca yang ada di atas lemari kayu dekat kamar mandi. Jenia mengelus vas bunga itu dengan senyum penuh harapan. “Vas bunga yang sangat cantik, aku harap kamu sangat berguna di dalam kehidupanku ini!” tukas Jenia tidak luput pandangannya dari memandangi vas bunga dan mengelus benda yang ada di hadapannya itu.

    Last Updated : 2021-04-15
  • DICINTAI LELAKI KAYA   Begal Cantik

    Jenia mengandalkan segala kepandaiannya kali ini. Ia tidak bisa terus berlari sedangkan para pengawal itu terus saja mengejarnya, lagi pula, Jenia tidak tahu jalan mana yang harus ia telusuri agar terbebas dari tempat gelap dan dipenuhi pepohonan itu. Di hadapan Jenia ada sebuah pohon yang menjulang tinggi dan begitu banyak dahan di pohon yang bisa Jenia andalkan kali ini. Jenia tersenyum senang, seakan kepintarannya memberikan keberuntungan padanya. Ia tidak peduli dengan kemungkinan-kemungkinan binatang yang ada di atas pohon itu. Jenia berusaha untuk memanjat pohon itu setingginya, hingga para pengawal yang terus saja mengejarnya tidak dapat menemukan keberadaannya. Dari atas pohon, Jenia bisa mendengarkan suara para pengawal yang masih mengejarnya dan mencari-cari keberadaannya. Ia meneguk salivanya ketika seokor ular putih berada di dekatnya. Ia berusaha untuk tetap diam dan tenang, saat ular pohon menjulur melewati tubuhnya. Rasa

    Last Updated : 2021-04-15
  • DICINTAI LELAKI KAYA   Ketulusan hati

    “Apa maksud ucapanmu itu?” tanya Jenia dengan nada yang mulai meninggi. Jonathan meneguk salivanya, jakunnya turun naik mendengarkan suara Jenia yang bernada tinggi dan memekakan telinganya. Sepertinya kali ini ia telah salah dalam berkata sehingga memancing kemarahan gadis yang tengah terpuruk di belakangnya saat ini. “Maaf, aku hanya bercanda saja, aku tidak bersungguh-sungguh dalam mengucapkannya!” Jonathan berusaha untuk meyakinkan Jenia dengan menggeleng-gelengkan kepala, menunjukkan bahwa ia adalah pria yang baik-baik. “Kenapa kalian para pria selalu saja seenaknya dalam bicara? Bukankah kamu tahu apa yang kamu katakan barusan itu adalah salah satu pelecehan terhadap wanita?” “Tolong, jangan berpikir seperti itu tentangku, aku sungguh-sungguh, sama sekali tidak bermaksud seperti itu, aku hanya bercanda saja,” gagap Jonathan. “Dalam situasi seperti ini, kamu masih bisa membuat guyonan kepadaku?” “Baiklah, aku minta maaf! Aku menga

    Last Updated : 2021-04-15
  • DICINTAI LELAKI KAYA   Gadis menyebalkan

    Marvin tengah dirawat oleh seorang Dokter karena luka akibat vas bunga itu begitu dalam. Sedangkan Ferdinand mondar-mandir di luar ruangan menantikan Dokter keluar dari dalam dan memberikan kabar padanya. “Dasar bodoh! Kenapa kalian bisa melepaskan gadis itu begitu begitu saja!” berang Marvin pada salah seorang pengawal yang bertugas untuk menjaga Jenia. Tangan Ferdinand tidak hentinya menampar dan memukuli wajah pria di hadapannya itu, dengan kekesalan yang mendalam dan amarah yang memuncak. “Aku tidak mau tahu, sekarang kalian cari gadis itu sampai dapat dan pastikan kalian membawanya kembali ke hadapanku!” tegas Ferdinand. Pengawal itu pergi setelah mendapatkan perintah dari Ferdinand. Ferdinand begitu merasa kesal. Bagaimana tidak, ia merasa takut jika saja Marvin bangun dan mempertanyakan keberadaan gadis itu. Marvin pasti akan marah besar padanya dan membatalkan semua kerja sama yang sudah ada di depan mata karena gadis itu. Ferdin

    Last Updated : 2021-04-15
  • DICINTAI LELAKI KAYA   Rasa Bersalah

    Jonathan merasa tubuhnya begitu ringan kali ini, padahal dengan jelas semalam ia tidur sembari mendekap Jenia. Ia tidak bisa merasakan keberadaan gadis yang semalam menggigil kedinginan di dalam dekapannya. Jonathan membuka matanya ia segera membetulkan posisi duduknya. Jenia sudah tidak ada di dekatnya. Ia menatap ke sekitar, Jenia sudah tidak ada di dalam ruangan itu. Jonathan berdiri dan mencari Jenia keluar. Berharap gadis itu masih berada di dalam apartemennya. “Gadis itu sudah pergi, dia pasti berpikir yang tidak-tidak tentangku!” pikirnya sembari memukul-mukul kepalanya. Jonathan merasa bersalah pada Jenia, karena gadis itu baru saja keluar dari masalahnya dan kini ia memberikan masalah baru pada Jenia. “Bodoh… bodoh… bodoh!” ucap Jonathan mengatai dirinya sendiri. Jenia pasti tidak akan menerima alasannya hingga ia harus mendekap Jenia semalaman. Jonathan tidak bisa berpikir lain, selain memikirkan tanggapan Jenia kepadanya.

    Last Updated : 2021-04-15
  • DICINTAI LELAKI KAYA   Kembali Pulang

    Jonathan kembali ke rumah sakit. Sedangkan Jenia tidak ingin berlama-lama berada di kamar kossan Cherry. Setelah mendengarkan cerita Bu Yuni panjang lebar, Jenia memberanikan dirinya untuk kembali pulang ke rumah. “Aku pulang!” sapa Jenia dengan lemas. Julia, Ibu tiri Jenia tengah sibuk membaca majalah harian terkejut dengan kedatangan Jenia kali ini. Ia berdiri bertolak pinggang menatap Jenia dengan tatapan yang begitu kejam berselimut amarah. “Oh, enak sekali ya hidupmu, setelah pergi tanpa kabar kamu pulang begitu saja!” omel Julia dengan nada tinggi. “Ma, aku lelah. Aku tidak ingin berdebat dengan Mama!” ucap Jenia terus melangkah masuk ke dalam rumahnya berusaha untuk mengabaikan Julia yang memerah karena marah. Julia berjalan menghampiri Jenia. Ia merasa kesal dengan sikap Jenia yang mengabaikannya. Plak!!! Satu tamparan melesat di pipi Jenia sehingga pipi itu berjejak merah. Jenia memegang pipinya yang terasa sakit. Ia b

    Last Updated : 2021-04-15
  • DICINTAI LELAKI KAYA   Cerita Pria

    Jonathan kembali masuk ke dalam ruangan di mana Ferdinand tampak tegang. Entah apa yang sedang mereka bicarakan kali ini membuat rasa penasarannya semakin membuncah. “Apa yang sedang kalian bicarakan? Kenapa sikap kamu seperti kawat tegang begitu?” tanya Jonathan menepuk pundak Ferdinand yang tengah berusaha menyembunyikan wajahnya dari sang kakak. “Ha, enak saja, lihat ini, bahkan aku lebih tampan darimu!” keluh Ferdinand. “Kami hanya sedang membicarakan pertemuan kita yang gagal.” “Oh ya, aku juga minta maaf karena ada hal yang mendesak sehingga aku tidak bisa mengunjungimu tadi malam!” ucap Jonathan penuh sesal. “Hal mendesak apa yang pernah kamu lakukan kak, selain pekerjaan? Bukankah semua pekerjaan sudah beres?” tanya Ferdinand merasa curiga. Ferdinand merasa heran karena kakaknya selalu menyibukkan diri dengan pekerjaan, bahkan dari yang Ferdinand tahu selama ini, Cherry berniat memutuskannya karena Jonathan tidak pernah memilik

    Last Updated : 2021-04-15
  • DICINTAI LELAKI KAYA   Bangkit

    Jenia menyeka air mata yang terus-terusan tumpah karena penyesalan atas diri yang tidak bisa ia jaga. Ia tidak ingin terus berada di ambang kehancuran seperti yang ia rasakan. Ia berdiri di depan pintu, berniat untuk keluar kamar. Namun, Jenia mengurungkan niatnya ketika mendengar suara perdebatan antara Erliza dan Erlina di depan kamarnya. Di luar kamar, Erlina membawakan makanan untuk Jenia. Ia merasa iba kepada Jenia, meskipun Jenia hanyalah adik tirinya saja, tetapi rasa sayangnya kepada Jenia sama besar dengan kasih sayang yang Erlina berikan kepada Erliza. “Kakak kenapa selalu bersikap sok baik sama Jenia? Biarkan saja dia mati kelaparan karena tidak makan. Siapa suruh dia mengurung diri saja di kamar sejak dia pulang?” gerutu Erliza merasa cemburu melihat Erlina yang selalu baik kepada Jenia. “Za, kamu tidak boleh berkata kasar seperti itu, bagaimanapun Jenia adalah adikku, aku tidak ingin terjadi sesuatu hal kepadanya,” “Dia hany

    Last Updated : 2021-04-28

Latest chapter

  • DICINTAI LELAKI KAYA   Jujurlah Padaku

    Jenia menyentak tubuh Jonathan ke dinding. Jonathan terpaku dengan sikap yang ditunjukkan Jenia kepadanya. Ia tidak menyangka gadis itu begitu kuat dan terpancar aura kemarahan darinya“Apa rahasia yang kamu ketahui tentang Cherry?” tanya Jenia lagi dengan nada memaksa.“Rahasia apa? Aku tidak tahu apa-apa,” sahut Jonathan kaget dengan sikap Jenia yang tiba-tiba bersikeras ingin mengetahui sesuatu darinya.“Ah, aku benar-benar merasa gila sekarang. Bagaimana mungkin aku berada di sini, sedangkan aku tidak tahu di mana keberadaan Cherry saat ini,” keluh Jenia.“Je, aku benar-benar bingung, sebenarnya apa hubunganmu dengan Cherry? Maksudku, saat itu kamu enggan untuk menjawab pertanyaanku yang menanyakan hubungan antara kamu dengan Cherry, tetapi sekarang kamu yang ingin membahas ini,”sahut Jonathan.Jenia membuka matanya dengan lebar. Apa yang dikatakan Jonathan memang benar. Selama ini Jenia ber

  • DICINTAI LELAKI KAYA   Rahasia yang disembunyikan

    Pintu terbuka lebar, begitupun dengan netra hitam pekat yang berdiri di hadapan Jenia saat ini. Matanya tidak berkedip sedetikpun melihat keberadaan Jenia di hadapannya saat ini.“Siapa ya?” tanya Jenia lagi.“Kamu kenapa bisa ada di sini?” tanya pria itu segera masuk ke dalam rumah meskipun Jenia belum memberikan ia aba-aba untuk masuk.“Tunggu dulu, kamu siapa?” tanya Jenia kemudian ia menutup pintu.“Kamu pasti sudah lupa padaku, tetapi aku masih ingat dengan jelas siapa kamu,” ujarnya duduk di atas sofa dengan kaki bersilang.“Hmm ….” Jenia berusaha mengingat kembali sosok yang ada di hadapannya saat ini. Ingatan Jenia sangatlah buruk, ia tidak bisa mengingat sosok yang baru sekali ia temui.“Hai, Dave!” sapa Jonathan yang baru saja keluar dari dapur dengan apron yang masih melekat di tubuhnya.“Hai, Jo. Aku tidak sedang mengganggu kalian berdua k

  • DICINTAI LELAKI KAYA   Pertemuan Tidak Diinginkan

    Jenia berusaha untuk menghindari sosok pria yang terus melangkah mendekatinya. Semakin dekat, membuat Jenia dapat melihat dengan jelas sosok pria bertopeng di hadapannya saat ini. Dua bulan sudah berlalu. Namun, dalam tempo yang singkat itu masih belum bisa membuat Jenia lupa pada sosok pria bertopeng di hadapannya saat ini. Pria angkuh yang selalu memperlakukannya secara kasar selama dua hari berada di sebuah Vila yang Jenia sendiri tidak ingat dengan pasti di mana Vila itu berada. Pria yang selalu menyodorkan surat kontrak agar Jenia bersedia hamil dan melahirkan anak untuknya, tetapi Jenia tidak memiliki hak atas anak yang dikandungnya, dialah pria itu. “Mr.M!” risik Jenia terus berjalan mundur sedangkan pria itu semakin melangkah cepat mendekati Jenia. “Kamu masih ingat padaku gadis nakal?” suara itu menggelegar di telinga Jenia, membuat bulu remang Jenia bergidik merinding mendengarkannya. Suara itu begitu menakutkan di telinga Jen

  • DICINTAI LELAKI KAYA   Naluri Wanita

    saJenia menyeka air matanya. Penuturan sang kakak membuat dirinya terasa semakin lemah. Hati siapa yang tidak merasa sedih dengan pertanyaan yang ia sodorkan? Jenia beranjak, membelakangi Erlina yang masih duduk menantikan jawabannya. Ia berniat untuk meninggalkan Erlina tanpa memberikan jawaban, tetapi Jenia mengurungkan niatnya. Jenia kembali duduk, menghadap pada kakak yang selama ini selalu ia anggap baik, tetapi sejak saat ini, Jenia merasa ragu dengan sikap yang ia tunjukkan saat ini. “Kak, apa kakak bukan seorang wanita? Kenapa kakak mempertanyakan hal ini kepadaku?” tanya Jenia. Kali ini, gentian Erlina yang terdiam mendengarkan pertanyaan Jenia. Tidak ada kegentaran sama sekali di wajah Jenia. “Bukankah kakak sendiri tahu apa yang benar dan apa yang salah di dunia ini? Selama ini aku selalu kagum pada kakak yang rajin mengikuti kegiatan keagamaan, bahkan dari yang aku lihat, setiap malam kakak selalu membaca kitab,” tutur Jenia.

  • DICINTAI LELAKI KAYA   Pertemuan dengan Erlina

    Jenia kembali mengemasi barang-barangnya dan bersiap-siap untuk pergi meninggalkan tempatnya saat ini. Jonathan hanya bisa memandang tanpa bisa berkata apa-apa lagi.Bukan karena Jonathan tidak berusaha untuk menahan Jenia untuk tetap berada di tempatnya sementara waktu, tetapi Jenia terus bersikeras untuk mencari tempat tinggal lain.“Je, jika kamu bersedia, kamu bisa tinggal di sini,” ucap Jonathan mengulang ucapan yang sudah pernah ia katakan sebelumnya.“Jonathan, bagaimana bisa seorang wanita dan pria yang belum menikah tinggal bersama? Kita ini berada di sebuah Negara yang taat akan hokum,” Jenia beralasan.“Ya, aku tahu, tetapi jika kamu mau untuk tinggal di sini, aku bisa tinggal di tempat yang lain,” ucap Jonathan berusaha untuk membuat Jenia mengerti.“Bagaimana bisa aku tinggal di rumah ini, sedangkan pemiliknya harus terusir karena aku?” tutur Jenia lagi.Bagaimanapun Jonathan sudah

  • DICINTAI LELAKI KAYA   Terusir

    “Apa kita harus ke rumah sakit?” tanya Jonathan bersiap untuk melajukan kendaraannya.“Seharusnya aku yang mengatakan hal itu kepadamu, kamu terluka dan wajahmu juga memar!” ucap Jenia menunduk merasa bersalah karena telah menjadi penyebab luka di wajah Jonathan.“Kamu tidak perlu mengkhawatirkan aku, karena aku begitu khawatir melihat kamu jatuh tersungkur karena pria banci itu,” geram Jonathan mengingat kejadian beberapa menit lalu.“Aku tidak apa-apa, hanya merasa sakit sedikit saja! Sebaiknya kita ke rumah sakit untuk mengobati lukamu ini,” ucap Jenia.“Tidak, aku tidak akan ke rumah sakit hanya karena luka kecil ini.” Jonathan bersikeras untuk tidak ke rumah sakit, “lama sekali temanmu datang membawakan barang-barangmu,”sambung Jonathan.Jenia hanya diam tidak menjawab, karena Jenia sendiri tidak tahu kenapa Dion begitu lama membawakan koper miliknya. Tidak lama mereka men

  • DICINTAI LELAKI KAYA   Sang Pecundang

    Seperti biasanya, di dapur toko kue itu, Jenia selalu disandingkan dengan Dion dalam bekerja karena mereka sama-sama juru masak di sana.Dion selalu memberikan cerita-cerita kocak di sela kerjanya karena ia menganggap hal lucu akan membuat pekerjaan terasa ringan dan lebih santai, karena setiap harinya mereka selalu berkelibut dengan tepung dan adonan kue, sehingga akan sangat jarang berjumpa dengan orang lain selama mereka berada di dapur.“Je, kamu tahu, ternyata aku salah, aku pikir dia adalah seorang wanita karena memiliki rambut yang panjang dan indah, tetapi ternyata dia adalah seorang pria,” kekeh Dion sejadinya mengingat ceritanya yang sempat terjeda.Selama Dion menceritakan kisah-kisah kocaknya, Jenia hanya tersenyum simpul dan tidak ikut tertawa. Jenia tidak ingin Lila kembali salah paham jika melihatnya tertawa bersama dengan Dion, pria yang disukai Lila.“Dion, sudahlah jangan bercerita lagi, aku takut jika Bos Justin datang

  • DICINTAI LELAKI KAYA   Salah Paham

    Mata Jenia seakan sulit untuk berkedip, ia merasa lebih nyaman memandang sesuatu dengan focus, meskipun Dion, rekan satu kerja dengannya tahu bahwa saat ini Jenia tidak hanya sekadar memandang ke arah langit yang indah akan bintang-bintang berkilauan di angkasa, tetapi Jenia sedang melamun.“Je, ada apa denganmu? Sedari tadi kamu hanya melamun saja, bahkan kamu tidak menyantap makan malammu ini.” Kehadiran Dion mengejutkan Jenia yang melamun.“Eh, Dion, kamu bilang apa tadi? Aku tidak mendengarkannya, maafkan aku!” pinta Jenia.“Je, ada apa? Sejak kamu datang, aku perhatikan kamu seperti bukan dirimu saja. Ragamu memang berada di sini, tetapi pikiran dan hatimu seperti berada di tempat lain. Apa kamu sedang patah hati?” terka Dion.“Tidak, Dion, Aku tidak apa-apa. Aku juga sedang tidak patah hati, toh selama ini juga aku tidak pernah jatuh cinta,” sahut Jenia berusaha untuk menunjukkan senyuman terbaiknya.

  • DICINTAI LELAKI KAYA   Kabar kehamilan Jenia

    Marvin masih sibuk memutar-mutar pena yang ada di tangannya. Ia masih menunggu kabar dari anak buah yang ia kerahkan untuk mencari keberadaan Jenia. Sudah dua bulan, Marvin tidak lagi mendengarkan kabar tentang Jenia, bahkan ia juga sudah meminta Ferdinand menghubungi Cherry.“Mereka berdua pasti sudah bersekongkol untuk mengelabui kita,” ucap Marvin kepada Ferdinand yang masih duduk kaku di atas sofa di dalam ruangan kerja itu.“Aku tidak yakin jika mereka berdua bersekongkol untuk mengelabui kita, karena Cherry sangat membenci gadis itu,”“Apa kamu yakin? Para wanita itu sangat mudah untuk membohongi orang lain dengan mimic wajah mereka,” ucap Marvin.“Ya, aku sangat yakin. Aku rasa, gadis itu masih berada di Bandung, Vin!”“Aku merasa yakin bahwa dia kembali ke Jakarta dan kembali pulang ke keluarganya,” ucap Marvin merasa yakin dengan apa yang terpikir di otaknya.“Itu dia

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status