Dua hari telah berlalu, tetapi Dimas masih belum bisa menemukan Nila. Ibunya memang khawatir, tetapi hanya sebatas kata karena tidak ada usaha untuk ikut mencari. Sandra pun sama, dia lebih memilih menghabiskan waktu di rumah sambil menonton televisi seolah kepergian Nila bukanlah masalah besar.Stress, itu yang dialami oleh Dimas. Berulang kali dia meminta bantuan Zanna, tetapi selalu ditolak. Ketika memaksanya mengakui kesalahan sebagai pelaku yang menyembunyikan Nila, dia bersikeras mengelak sebisa mungkin. Dimas yang malang, merasa sendiri menghadapi masalah.Kemarin, Zanna menyarankan padanya untuk melaporkan masalah itu pada pihak berwajib. Namun, saat Dimas menyampaikan usulan tersebut pada Sandra, justru mendapat penolakan."Mas, lapor ke polisi itu gak semudah yang kita pikir. Pakai duit juga. Terus gimana kalau misal Nila ketemu tahu-tahu sama cowoknya? Jaman sekarang anak gadis itu suka gak punya batas sama pacarnya. Udahlah, cari mandiri aja. Malu kalau tetangga tahu apala
"Mas, bukan Mbak Za. Aku justru berhutang nyawa sama dia, Mas." Nila menjelaskan sambil berusaha duduk di kursi ruang tamu.Keadaannya masih lemah, selain kurang makan, dia juga kurang tidur. Napasnya sedikit memburu. Di saat yang sama sang ibu datang dan langsung membawa Nila dalam pelukan. Rindu, tetapi tidak ada usaha menemukan seperti yang Dimas lakukan selama dua hari terakhir."Kalau bukan dia, lalu siapa? Waktu nikahan mas, dia yang terakhir bicara sama kamu, kan? Dia itu memusuhi keluarga kita, Nil. Jangan membelanya atau kamu sedang diancam?""Mas!" Suara Nila sedikit meninggi. "Mbak Za nggak pernah memusuhi kita, kitalah yang memusuhi dia selama ini. Memang benar, sebelum aku menghilang, Mbak Za yang terakhir bicara sama aku, tapi bikan dia. Ada anak kecil yang entah datang dari mana, dia melambaikan tangan. Seperti dihipnotis, aku mengikutinya. Entah apa yang terjadi, saat aku membuka mata malah berada dalam ruangan sempit tanpa jendela."Zanna tersenyum menatap Nila penuh
Semua mata kini tertuju pada Sandra. Perempuan yang tengah mengandung itu menggelengkan kepala kuat. Dia ingin lari masuk kamar begitu melihat tatapan tajam dari Dimas. Akan tetapi, kakinya terlalu sulit untuk melangkah.Sandra tidak pernah menduga tuduhan itu akan beralih padanya. Dia memang tidak menyukai Nila, tetapi bukan berarti harus menculik, begitu pikirnya. Sial karena lidah terasa kelu sampai sekarang Dimas telah mencengkram tangannya."Aku mungkin mencintai kamu, tetapi kesalahan seperti ini tidak bisa ditolerir. Sandra, ken–""Mas, kamu percaya sama omongan adik kamu? Bisa aja kan dia ngarang. Ngomong tanpa bukti itu jatuhnya fitnah, Mas. Jangan berpikir sempit dong. Aku mana ada waktu dan uang buat ngurus penculikan. Lagi pula Nila tahu dari mana coba kalau orang-orang itu suruhan aku?!""Laki-laki itu yang bilang. Katanya, dia disuruh Sandra Chandrawinata." Nila menimpali, menatap kesal pada kakak ipar yang dulu dia banggakan di depan Zanna. Sekarang, semua berbeda dan u
"Mas, kamu ini pendek akal banget, sih? Bodohnya mudah percaya sama orang asing!" balas Sandra setengah berteriak.Bagaimana pun, dia tidak akan pernah terima apabila dirinya diperlakukan semena-mena seperti tadi. Sandra bukan pengemis cinta, hanya saja janin dalam kandungan memaksa agar dia bertahan sedikit lagi. Sandra juga tidak boleh pergi dengan tangan kosong."Bu Sandra–""Kamu lagi. Berdiri sekarang! Jangan buat suami saya salah paham sama kamu ya. Sejak kapan saya nyuruh kamu buat culik Nila?!"Genta berdiri, dia memasang raut wajah bingung, kemudian menjelaskan pada Dimas bahwa dirinya tidak sedang berbohong. Genta memulai karangannya dengan mengatakan Sandra memaksa agar Genta menculik seorang gadis bernama Nila sambil menyerahkan selembar foto. Namun, Genta tidak pernah tahu kalau Nila adalah adik ipar Sandra.Semua kejadian di rumah hitam Genta ceritakan sesuai ajaran dari Zanna tanpa menyebut nama Zanna dan juga Alyssa. Melakukan segala cara agar bisa meyakinkan Dimas kal
POV Dimas__________________Dimas. Aku tertawa kecil saat menyadari bahwa aku memiliki nama itu. Sebuah nama yang dulunya tersemat dalam hati Zanna. Kami, sepasang kekasih yang berhasil menjadi pengantin setelah melewati banyak rintangan. Dia selalu setia menemani, tidak peduli hujatan terus menggema di sekitar kami.Terkadang aku merasa gamang apabila ibu meminta agar kami berpisah. Sekarang perpisahan itu benar-benar nyata dan aku telah memiliki pengganti Zanna. Tidak, ini hanya sebatas status, pada akhirnya aku mengaku sulit melupakan. Kepergian Zanna yang kupikir sebuah karunia, ternyata bagai duri dalam daging.Sandra sedang dalam perjalanan ke klinik bersama ibu, sementara aku dan Nila menunggu di rumah. Bukankah tidak pantas berada di posisi ini? Seharusnya aku lah yang paling berjuang membawa Sandra ke klinik untuk periksa kandungan karena stress. Untung saja aku bisa memberi alasan."Bu, naik motor ke klinik rasanya nggak mungkin apalagi udah jelang magrib. Mending Ibu yang
Selesai makan, aku langsung masuk kamar, mengambil ponsel sebelum akhirnya melangkah cepat ke ruang tamu. Sandra tidak boleh tahu tentang aku kloningan ini atau dirinya bisa curiga. Misi harus dijalankan dengan baik, siapa pun pelaku penyebar video itu harus dihukum seberat mungkin. Rupanya ada satu balasan dari Fang Yin lagi. Aku melipat bibir, sesaat kemudian menarik napas panjang dan menghembuskan perlahan. Suasana menyejukkan karena di luar sana angin sepoi berembus begitu tenang. Akan tetapi, pikiran kusut seperti berdiri dalam keramaian. Fang Yin : Cobalah bicara dari hati ke hati dengan suamimu. Barangkali dia dan perempuan itu hanya teman. Perhatikan juga gerak-geriknya, tapi kalau setiap hari marah tanpa alasan, bisa jadi dia memang ingin berpisah darimu. Orang yang tidak saling mencintai biasanya meninggikan suara ketika berbicara karena hati mereka berjauhan. Berbeda dengan orang yang saling mencintai, tanpa suara pun bisa mengerti maksud lawan bicara. Begini, Sulis, aku
POV AUTHOR__________________"Papa bener mau tinggal di Spanyol?" Zanna memasang tampang sedih berharap Pak Arsenio membatalkan rencananya."Iya, Sayang. Niat papa sudah bulat. Nanti kamu sama Alyssa bisa berkunjung ke sana. Ini demi kalian juga karena papa mau kalian selalu hidup dalam kecukupan. Satu pesan papa, jangan pernah mau tunduk pada orang yang ingin menginjak harga dirimu.""Pa, tidak ada manusia di dunia ini yang ingin harga dirinya diinjak-injak." Alyssa ikut membuka suara. Dia datang dari arah kamar Pak Arsenio bersama dua pelayan yang membawa koper besar.Hati Zanna semakin sedih. Padahal dia masih merindukan sang papa, tetapi takdir justru kembali memisahkan mereka. Memang benar bahwa dia bisa saja berkunjung ke tempat papanya di Spanyol. Namun, semua tidak akan sama jika berkumpul di rumah kebanggaan mereka."Semoga urusan kamu sama Dimas cepat selesai dan menemukan pengganti yang lebih baik. Kalau sudah kelar, jangan menganggapnya ada di dunia ini. Papa tidak mau ka
Zanna menghabiskan waktu dengan belanja sampai mobilnya dipenuhi paper bag. Dia bukan sengaja ingin menghamburkan uang, tetapi kata orang, datang ke mall itu terkadang bisa memperbaiki mood. Apalagi kalau belanja sesuka hati walau tetap saja kesepian.Di kursi panjang berwarna putih, Zanna duduk menatap langit biru. Sore hari di kala masih gadis, Zanna memang sering berkunjung ke taman bersama teman-temannya. Dia juga pernah ditemani Dimas. Namun, sekarang sudah berbeda, Zanna tidak lagi memiliki keduanya.Begitu temannya tahu wanita itu kembali hidup kaya, mereka langsung mengirim pesan pada Zanna. Memintanya datang ke salah satu restoran mahal tempat kumpul mereka dulu. Namun, Zanna menolak tanpa sepatah kata dengan cara memblokir sosial media dan kontak Whats-App mereka."Zanna? Kamu Zanna, kan?" Seorang lelaki berdiri di hadapan Zanna. Senyum mengambang sempurna seperti orang yang dipertemukan dengan pujaan hati setelah berpisah belasan tahun.Postur tubuh ideal, kulit sehat teraw
“Mencintai itu insan. Rasa luka itu insan. Namun, masih mencintai di kala terluka adalah malaikat.”—Maulana Jalaluddin Rumi____________________________Cinta sejati tidak selalu lahir dari pertemuan indah yang melahirkan kenangan paling romantis. Cinta sejati bisa juga bermula dari kisah kelam, saling menghunus pedang, saling membunuh dengan harapan menang.Itu pernah terjadi di masa lalu dan dialami oleh banyak pasang manusia. Bukan hanya cinta jadi benci, tetapi benci jadi cinta pun ada. Itu kenyataan, bukan sebatas dongeng yang sering diceritakan oleh para manusia pecinta buku.Seperti Rosaline. Perempuan bergelar janda kembang itu senantiasa mengunjungi mantan suaminya bahkan kerap kali membantu Zanna untuk mengurus Alvino. Sejak dua hari yang lalu, keajaiban turun atas kemurahan hati Sang Pencipta. Lelaki itu membuka mata, keadaannya pun kian membaik. Sekarang tengah berada di ruang perawatan.Saat waktunya makan siang dan Zanna masih mengurus pekerjaan, Rosaline langsung mengam
"Minggir!" teriak Alvino sekeras mungkin di antara derasnya hujan.Enam manusia itu langsung menoleh bersamaan. Salah satu dari mereka tertawa kencang ketika yang lain mengunci pergerakan perempuan itu. Jika Alvino taksir, mungkin sekitar tiga puluh tahun.Seorang lelaki memakai ikat kepala merah di tengah. Sial. Mereka kembali bertemu. Namun, saat ini mungkin tidak ada gadis pembawa traffic cone karena sedang menuju rumah bersama kakaknya.Situasi yang sama untuk tujuan yang berbeda. Apakah ada yang memahami perasaan Alvino saat ini? Tentu saja dia ingin menyelamatkan perempuan itu. Dia paling tidak bisa melihat kekacauan apalagi mengingat bahwa dulu sang bunda pernah menderita.Tolong-menolonglah dalam kebaikan. Begitu nasihat yang selalu ayahnya tekankan."Kamu mau jadi pahlawan?!" bentak lelaki itu. Tubuhnya lebih tinggi dan kekar daripada Alvino sendiri.Dalam derasnya hujan, rasa takut mendominasi. Amarah membara di dalam dada menepis rasa dingin yang seharusnya membuat mereka s
Pada tahun itu, dia tidak melakukan kesalahan. Hanya keadaan yang memaksanya pergi; mengikuti takdir yang berjalan.Melepaskan sosok yang dicintai adalah pengorbanan besar—terutama jika demi kebaikanmu—lalu berjuang untuk lepas dari rasa sakit.Membunuh perasaan sendiri?Oh, tidak. Wajahmu telah terlukis indah di hatinya, tidak akan terlupakan, kecuali hati itu telah mati .... Kamu percaya dengan apa yang aku katakan?Jangan! Terkadang aku mengatakan sesuatu yang tidak pantas dibenarkan.~ Rosaline_________________Janda muda yang masih berstatus gadis itu menyempatkan diri untuk mengunggah status di Insta-gram ketika menepikan mobil karena minta oleh Xavier. Lelaki yang hatinya tengah menangis pilu itu ingin mengademkan siri di alfa dengan membeli minuman kesukaan juga beberapa roti.Sudah bukan hal baru apabila mendapat masalah, maka Xavier akan mengademkan diri, berusaha untuk memendam sendiri serta meninggalkan makan sekalipun terasa lapar. Rosaline sendiri duduk merenung du dala
“Keindahan yang kamu miliki telah terlukis dalam hati, Tuan. Aku tidak akan melupakannya kecuali hati ini telah mati.”—Rosaline.____________________________"Kamu yakin?" Rosaline mencekal pergelangan tangan sang kakak yang baru saja menyambar kunci mobil.Lelaki tampan, hidung bangir dan tubuh jangkung itu telah siap. Cukup memakai kemeja dan celana jeans serta tatanan rambut rapi tanpa lupa menyemprot parfum pada sisi kanan dan kiri tubuhnya. Sudah hampir pukul delapan malam dan dia harus segera ke sana karena Jenni bilang belum memberi tahu kakak dan papanya.Dia ingin pura-pura terkejut sehingga mereka tidak tahu bahwa malam itu ada rencana yang harus disusun. Lagi pula, semuanya sesuai saran dari Rena yang telah memahami betul bagaimana sifat Lucky dan papanya. Malam itu ... bisa menjadi jalan mereka bersama."Xavier!" panggil Rosaline lagi. Dia geram karena merasa diabaikan."Iya, yakin. Aku sudah bicara sama Jenni, kan? Tidak ada pilihan lain. Ini ibarat kesempatan terakhir da
“Cinta dan benci adalah dua hal yang tidak bisa bersatu seperti minyak dan air dalam satu wadah. Mustahil ada cinta kalau berselimutkan benci, mustahil membenci kalau ada cinta sekalipun pujaan hati melakukan sebuah kesalahan. Jika benih cinta mulai tumbuh, maka rasa benci seketika memudar. Begitupun sebaliknya, cinta akan terkikis apabila benci sudah mulai mendominasi.”—Bintu Hasan.____________________________Waktu bergerak begitu lambat bagi Xavier karena belum menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang masih bersarang di otak. Pikiran terusik. Keinginannya untuk mempersunting Jenni semakin bulat agar tidak ada lagi alasan untuk berpisah. Sayang sekali, setitik keraguan tentang restu justru makin menyebar.Serupa virus yang menjangkiti sesuatu untuk merusaknya. Begitu juga prasangka buruk, merusak pola pikir. Xavier menghela napas panjang. Dia menyempatkan diri curhat pada Rosaline tadi dan juga ibu angkatnya. Mereka setuju untuk membuat jalinan cinta itu menyatu dengan kua
“Oh, Tuhan ... selamatkan aku dari kerinduan yang terus tumbuh.”—Jenni._______________________________Aku lelah. Rasanya terlalu pusing menjalani kehidupan setelah kejadian beberapa hari ini. Aku pikir, pulang ke rumah hanya untuk mengenang tentang Mama Naf dan Mama Lisa, berdamai dengan Papa dan juga Kak Lucky.Entah bagaimana akhir kisah cinta yang terjalin cukup lama ketika mereka justru berbalik menentang. Tidakkah cukup ketulusan Xavier—terlukis di kedua matanya—menjadi jawaban?Ini berat. Sepanjang perjalanan tadi, Kak Rena hanya sibuk meracau. Aku tidak tahu bagaimana akan memberi respon, selain kami belum terlalu dekat semenjak aku tinggal di Makassar, dia juga belum tentu benar-benar berpihak.Bercerita tentang dendam dari masa lalu, semoga Tuhan mengampuni dosa kami. Aku sudah sering mendengar cerita dari mereka ketika berkumpul di rumah. Tentu saja yang dibahas adalah hal menarik, tetapi terkadang Kak Alvino meminta saran pada Kak Lucky dan Kak Rena.Aku penasaran, pura-p
Hati atau raga, mana yang lebih penting?Kalimat itu terngiang-ngiang. Ya, tadi Xavier mengiriminya sebuah pesan, tepat ketika azan asar berkumandang merdu di semua tempat peribadatan umat muslim.Jam masih menunjuk angka lima sore dan Akmal tetap setia menunggu adiknya selesai mengurus pekerjaan yang katanya tinggal sedikit. Pembicaraan mereka tentang dua anak manusia yang saling mencintai harus terhenti karena ada panggilan dari orang penting dan Akmal bisa memahami hal demikian.Bagaimana jika ternyata Ricky menolak untuk memberi restu setelah tahu bahwa putrinya jatuh cinta pada seorang anak yang di dalam dirinya mengalir darah seorang Sandra? Siapa pun—termasuk Akmal sendiri—pasti memiliki rasa khawatir jika ternyata di kemudian hari terjadi hal-hal buruk.Sebut saja tentang pembalasan dendam. Dari wajah saja sudah tergambar dengan jelas bagaimana perangai Xavier. Garis wajah tegas menunjukkan bahwa prinsipnya tidak mudah digoyahkan, mungkin pengecualian jika dia sedang dilanda b
"Cinta itu bukan sebatas siapa yang paling berkorban, tetapi juga berjuang. Jika masih bisa diusahakan bersama, mengapa harus melangkah mundur?"—Bintu Hasan.________________________________Harapan itu menjelma menjadi sepasang sayap yang mengepak indah, melambung begitu tinggi saat kata-kata romansa lahir dari mulut-mulut mereka yang mengaku cinta, baik tulus ataupun tidak.Ketika sayap dipatahkan dengan satu atau banyak akibat, maka sulit untuk terbang sebelum luka kembali pulih. Sakit? Tentu saja. Seketika dunia terasa seperti penjara di mana anak manusia tidak lagi bisa melangkah ke mana pun dia ingin.Malam-malam meskipun dipenuhi dengan jutaan bintang serta cahaya dewi malam, tetap terlihat mendung. Tidak, mata tidak patut disalahkan, hati lah yang menjadi penyebabnya. Seseorang yang sedang dirundung duka, dia pasti menganggap bumi seolah-olah berhenti berputar.Tidak ada perbedaan besar antara kaum Adam dan Hawa. Mereka sejatinya sama. Akan tetapi, sebagian lain begitu mampu m
PoV JenniMungkin memang benar bahwa kita tidak boleh memaksakan cinta karena sesuatu yang dipaksakan selalu berakhir menyakitkan. Aku Jenni, anak bungsu dari dua bersaudara. Terlahir dari keluarga ... sulit dijelaskan apalagi sampai menggambarkan dengan kata-kata indah.Tidak ada yang indah, semua hanya kesemuan, menyakiti hati kami anak-anaknya. Andai saja boleh membuka suara, sudah lama kuminta Mama Naf untuk berpisah dari papa karena melihat bagaimana lelaki bergelar suami dan ayah itu lebih condong pada istri muda.Ini bukan tentang siapa yang melahirkan karena pada hakikatnya Mama Naf mengambil banyak peran penting dalam hidup. Lupakan tentang keluarga, aku pun selalu kalah dalam masalah cinta dan semoga kali ini memenangkannya.Jatuh cinta pada sosok lelaki yang aku kenal dari grup Whats-App karena diajak kenalan, mengobrol singkat. Sebenarnya aku tidak cinta, tetapi dia mengutarakan rasa dan katanya sudah lama dipendam. Entah seberapa lama, tetapi bagi aku baru sebentar.Sebag