"Mas, kamu ini pendek akal banget, sih? Bodohnya mudah percaya sama orang asing!" balas Sandra setengah berteriak.Bagaimana pun, dia tidak akan pernah terima apabila dirinya diperlakukan semena-mena seperti tadi. Sandra bukan pengemis cinta, hanya saja janin dalam kandungan memaksa agar dia bertahan sedikit lagi. Sandra juga tidak boleh pergi dengan tangan kosong."Bu Sandra–""Kamu lagi. Berdiri sekarang! Jangan buat suami saya salah paham sama kamu ya. Sejak kapan saya nyuruh kamu buat culik Nila?!"Genta berdiri, dia memasang raut wajah bingung, kemudian menjelaskan pada Dimas bahwa dirinya tidak sedang berbohong. Genta memulai karangannya dengan mengatakan Sandra memaksa agar Genta menculik seorang gadis bernama Nila sambil menyerahkan selembar foto. Namun, Genta tidak pernah tahu kalau Nila adalah adik ipar Sandra.Semua kejadian di rumah hitam Genta ceritakan sesuai ajaran dari Zanna tanpa menyebut nama Zanna dan juga Alyssa. Melakukan segala cara agar bisa meyakinkan Dimas kal
POV Dimas__________________Dimas. Aku tertawa kecil saat menyadari bahwa aku memiliki nama itu. Sebuah nama yang dulunya tersemat dalam hati Zanna. Kami, sepasang kekasih yang berhasil menjadi pengantin setelah melewati banyak rintangan. Dia selalu setia menemani, tidak peduli hujatan terus menggema di sekitar kami.Terkadang aku merasa gamang apabila ibu meminta agar kami berpisah. Sekarang perpisahan itu benar-benar nyata dan aku telah memiliki pengganti Zanna. Tidak, ini hanya sebatas status, pada akhirnya aku mengaku sulit melupakan. Kepergian Zanna yang kupikir sebuah karunia, ternyata bagai duri dalam daging.Sandra sedang dalam perjalanan ke klinik bersama ibu, sementara aku dan Nila menunggu di rumah. Bukankah tidak pantas berada di posisi ini? Seharusnya aku lah yang paling berjuang membawa Sandra ke klinik untuk periksa kandungan karena stress. Untung saja aku bisa memberi alasan."Bu, naik motor ke klinik rasanya nggak mungkin apalagi udah jelang magrib. Mending Ibu yang
Selesai makan, aku langsung masuk kamar, mengambil ponsel sebelum akhirnya melangkah cepat ke ruang tamu. Sandra tidak boleh tahu tentang aku kloningan ini atau dirinya bisa curiga. Misi harus dijalankan dengan baik, siapa pun pelaku penyebar video itu harus dihukum seberat mungkin. Rupanya ada satu balasan dari Fang Yin lagi. Aku melipat bibir, sesaat kemudian menarik napas panjang dan menghembuskan perlahan. Suasana menyejukkan karena di luar sana angin sepoi berembus begitu tenang. Akan tetapi, pikiran kusut seperti berdiri dalam keramaian. Fang Yin : Cobalah bicara dari hati ke hati dengan suamimu. Barangkali dia dan perempuan itu hanya teman. Perhatikan juga gerak-geriknya, tapi kalau setiap hari marah tanpa alasan, bisa jadi dia memang ingin berpisah darimu. Orang yang tidak saling mencintai biasanya meninggikan suara ketika berbicara karena hati mereka berjauhan. Berbeda dengan orang yang saling mencintai, tanpa suara pun bisa mengerti maksud lawan bicara. Begini, Sulis, aku
POV AUTHOR__________________"Papa bener mau tinggal di Spanyol?" Zanna memasang tampang sedih berharap Pak Arsenio membatalkan rencananya."Iya, Sayang. Niat papa sudah bulat. Nanti kamu sama Alyssa bisa berkunjung ke sana. Ini demi kalian juga karena papa mau kalian selalu hidup dalam kecukupan. Satu pesan papa, jangan pernah mau tunduk pada orang yang ingin menginjak harga dirimu.""Pa, tidak ada manusia di dunia ini yang ingin harga dirinya diinjak-injak." Alyssa ikut membuka suara. Dia datang dari arah kamar Pak Arsenio bersama dua pelayan yang membawa koper besar.Hati Zanna semakin sedih. Padahal dia masih merindukan sang papa, tetapi takdir justru kembali memisahkan mereka. Memang benar bahwa dia bisa saja berkunjung ke tempat papanya di Spanyol. Namun, semua tidak akan sama jika berkumpul di rumah kebanggaan mereka."Semoga urusan kamu sama Dimas cepat selesai dan menemukan pengganti yang lebih baik. Kalau sudah kelar, jangan menganggapnya ada di dunia ini. Papa tidak mau ka
Zanna menghabiskan waktu dengan belanja sampai mobilnya dipenuhi paper bag. Dia bukan sengaja ingin menghamburkan uang, tetapi kata orang, datang ke mall itu terkadang bisa memperbaiki mood. Apalagi kalau belanja sesuka hati walau tetap saja kesepian.Di kursi panjang berwarna putih, Zanna duduk menatap langit biru. Sore hari di kala masih gadis, Zanna memang sering berkunjung ke taman bersama teman-temannya. Dia juga pernah ditemani Dimas. Namun, sekarang sudah berbeda, Zanna tidak lagi memiliki keduanya.Begitu temannya tahu wanita itu kembali hidup kaya, mereka langsung mengirim pesan pada Zanna. Memintanya datang ke salah satu restoran mahal tempat kumpul mereka dulu. Namun, Zanna menolak tanpa sepatah kata dengan cara memblokir sosial media dan kontak Whats-App mereka."Zanna? Kamu Zanna, kan?" Seorang lelaki berdiri di hadapan Zanna. Senyum mengambang sempurna seperti orang yang dipertemukan dengan pujaan hati setelah berpisah belasan tahun.Postur tubuh ideal, kulit sehat teraw
"Atha, jadi kamu sengaja ninggalin aku demi ketemu perempuan ini?!" bentak si Gadis begitu jarak di antara tersisa satu meter saja.Dia adalah Cindy. Seorang gadis yang sudah dua tahun ini mengikuti Atha ke mana pun dia pergi. Bukan karena mereka sepasang kekasih, melainkan keinginan orang tua. Meski dijodohkan, Atha belum bisa menerima. Selain karena Cindy terlalu manja, Atha masih tertawan pada sebuah nama."Maksud kamu apa, Ndy?""Kamu selingkuh sama dia, Tha? Sejak kapan?" Cindy mengalihkan pandangannya pada Zanna. "Heh, Gadis Kampungan! Kalau nggak laku, jangan ngambil pacar orang. Susah ya kalau udah punya mental pelakor!"Zanna berdiri, dia mencengkram tangan Cindy yang hendak menamparnya. Memberi tatapan tajam, sedikit menusuk kalbu, menciutkan nyali siapa pun yang melihat. Zanna bisa melakukannya dengan baik, hanya saja selama ini terlalu mengutamakan rasa iba."Gadis kampungan?" Zanna tersenyum sinis. "Kalau Atha pacar kamu, silakan bawa dia pergi!""Tidak, Za. Kamu jangan s
Sesampainya di rumah, Zanna langsung membersihkan diri begitu pun dengan Alyssa. Mereka akan kembali bertemu di taman belakang pukul tujuh malam. Di sepanjang perjalanan tadi Zanna menjadi pendengar terbaik.Alyssa bercerita banyak hal tentang Pak Arsenio selama menunggu jadwal penerbangan. Lelaki tua yang terlihat muda karena merawat diri itu mengaku sulit meninggalkan kedua anak perempuannya. Terutama Zanna. Sekalipun usia telah memasuki taham dewasa, tetap saja Pak Arsenio menganggapnya seperti anak kecil.Masalah dalam rumah tangga, tentu saja cukup menguras pikiran Zanna. Apalagi dibumbui dengan perdebatan mertua dan adik ipar. Menjadi babu di rumah suami sendiri, sedangkan saat masih gadis, Zanna bahkan tidak pernah mencuci piring kotor.Lupakan tentang masa lalu. Waktu berputar begitu cepat, sekarang jarum jam panjang menunjuk angka tujuh malam. Sesuai janji, kini mereka duduk di bangku panjang taman. Taman yang Alyssa rawat segenap hati di waktu luang dan kini ada banyak bunga
Hari berganti minggu, minggu pun berganti bulan. Tanpa terasa, Zanna telah menerima surat perceraian. Dengan demikian, dia sudah bebas dari masalah yang selama ini mengganggunya. Akan tetapi, dendam itu selalu ada dan harus dibalas hingga tuntas.Zanna sudah bersumpah akan membuat Dimas sekeluarga membayar kelakuannya selama ini dengan kepahitan yang tidak bisa mereka lupakan. Tidak peduli bagaimana pendapat orang, Zanna harus menuntaskan semuanya agar bisa tersenyum menang. Jika pun nanti sampai pada kematian, Zanna tidak akan menyesal.Masih teringat ketika Alyssa bilang ingin mengenalkannya pada seorang teman. Setelah makan malam waktu itu, Zanna mengutarakan perasaannya pada sang kakak. Dia mengaku belum bersedia membuka hati sampai surat resmi perceraian dengan Dimas sudah di tangan."Jadi, apa rencanamu selanjutnya? Sandra jadi pengangguran karena hamil, Dimas pun tidak punya pekerjaan. Merasa puas?" Alyysa menghampiri Zanna yang sibuk berkutat dengan laptop."Belum, Kak. Setela