Selesai makan, aku langsung masuk kamar, mengambil ponsel sebelum akhirnya melangkah cepat ke ruang tamu. Sandra tidak boleh tahu tentang aku kloningan ini atau dirinya bisa curiga. Misi harus dijalankan dengan baik, siapa pun pelaku penyebar video itu harus dihukum seberat mungkin. Rupanya ada satu balasan dari Fang Yin lagi. Aku melipat bibir, sesaat kemudian menarik napas panjang dan menghembuskan perlahan. Suasana menyejukkan karena di luar sana angin sepoi berembus begitu tenang. Akan tetapi, pikiran kusut seperti berdiri dalam keramaian. Fang Yin : Cobalah bicara dari hati ke hati dengan suamimu. Barangkali dia dan perempuan itu hanya teman. Perhatikan juga gerak-geriknya, tapi kalau setiap hari marah tanpa alasan, bisa jadi dia memang ingin berpisah darimu. Orang yang tidak saling mencintai biasanya meninggikan suara ketika berbicara karena hati mereka berjauhan. Berbeda dengan orang yang saling mencintai, tanpa suara pun bisa mengerti maksud lawan bicara. Begini, Sulis, aku
POV AUTHOR__________________"Papa bener mau tinggal di Spanyol?" Zanna memasang tampang sedih berharap Pak Arsenio membatalkan rencananya."Iya, Sayang. Niat papa sudah bulat. Nanti kamu sama Alyssa bisa berkunjung ke sana. Ini demi kalian juga karena papa mau kalian selalu hidup dalam kecukupan. Satu pesan papa, jangan pernah mau tunduk pada orang yang ingin menginjak harga dirimu.""Pa, tidak ada manusia di dunia ini yang ingin harga dirinya diinjak-injak." Alyssa ikut membuka suara. Dia datang dari arah kamar Pak Arsenio bersama dua pelayan yang membawa koper besar.Hati Zanna semakin sedih. Padahal dia masih merindukan sang papa, tetapi takdir justru kembali memisahkan mereka. Memang benar bahwa dia bisa saja berkunjung ke tempat papanya di Spanyol. Namun, semua tidak akan sama jika berkumpul di rumah kebanggaan mereka."Semoga urusan kamu sama Dimas cepat selesai dan menemukan pengganti yang lebih baik. Kalau sudah kelar, jangan menganggapnya ada di dunia ini. Papa tidak mau ka
Zanna menghabiskan waktu dengan belanja sampai mobilnya dipenuhi paper bag. Dia bukan sengaja ingin menghamburkan uang, tetapi kata orang, datang ke mall itu terkadang bisa memperbaiki mood. Apalagi kalau belanja sesuka hati walau tetap saja kesepian.Di kursi panjang berwarna putih, Zanna duduk menatap langit biru. Sore hari di kala masih gadis, Zanna memang sering berkunjung ke taman bersama teman-temannya. Dia juga pernah ditemani Dimas. Namun, sekarang sudah berbeda, Zanna tidak lagi memiliki keduanya.Begitu temannya tahu wanita itu kembali hidup kaya, mereka langsung mengirim pesan pada Zanna. Memintanya datang ke salah satu restoran mahal tempat kumpul mereka dulu. Namun, Zanna menolak tanpa sepatah kata dengan cara memblokir sosial media dan kontak Whats-App mereka."Zanna? Kamu Zanna, kan?" Seorang lelaki berdiri di hadapan Zanna. Senyum mengambang sempurna seperti orang yang dipertemukan dengan pujaan hati setelah berpisah belasan tahun.Postur tubuh ideal, kulit sehat teraw
"Atha, jadi kamu sengaja ninggalin aku demi ketemu perempuan ini?!" bentak si Gadis begitu jarak di antara tersisa satu meter saja.Dia adalah Cindy. Seorang gadis yang sudah dua tahun ini mengikuti Atha ke mana pun dia pergi. Bukan karena mereka sepasang kekasih, melainkan keinginan orang tua. Meski dijodohkan, Atha belum bisa menerima. Selain karena Cindy terlalu manja, Atha masih tertawan pada sebuah nama."Maksud kamu apa, Ndy?""Kamu selingkuh sama dia, Tha? Sejak kapan?" Cindy mengalihkan pandangannya pada Zanna. "Heh, Gadis Kampungan! Kalau nggak laku, jangan ngambil pacar orang. Susah ya kalau udah punya mental pelakor!"Zanna berdiri, dia mencengkram tangan Cindy yang hendak menamparnya. Memberi tatapan tajam, sedikit menusuk kalbu, menciutkan nyali siapa pun yang melihat. Zanna bisa melakukannya dengan baik, hanya saja selama ini terlalu mengutamakan rasa iba."Gadis kampungan?" Zanna tersenyum sinis. "Kalau Atha pacar kamu, silakan bawa dia pergi!""Tidak, Za. Kamu jangan s
Sesampainya di rumah, Zanna langsung membersihkan diri begitu pun dengan Alyssa. Mereka akan kembali bertemu di taman belakang pukul tujuh malam. Di sepanjang perjalanan tadi Zanna menjadi pendengar terbaik.Alyssa bercerita banyak hal tentang Pak Arsenio selama menunggu jadwal penerbangan. Lelaki tua yang terlihat muda karena merawat diri itu mengaku sulit meninggalkan kedua anak perempuannya. Terutama Zanna. Sekalipun usia telah memasuki taham dewasa, tetap saja Pak Arsenio menganggapnya seperti anak kecil.Masalah dalam rumah tangga, tentu saja cukup menguras pikiran Zanna. Apalagi dibumbui dengan perdebatan mertua dan adik ipar. Menjadi babu di rumah suami sendiri, sedangkan saat masih gadis, Zanna bahkan tidak pernah mencuci piring kotor.Lupakan tentang masa lalu. Waktu berputar begitu cepat, sekarang jarum jam panjang menunjuk angka tujuh malam. Sesuai janji, kini mereka duduk di bangku panjang taman. Taman yang Alyssa rawat segenap hati di waktu luang dan kini ada banyak bunga
Hari berganti minggu, minggu pun berganti bulan. Tanpa terasa, Zanna telah menerima surat perceraian. Dengan demikian, dia sudah bebas dari masalah yang selama ini mengganggunya. Akan tetapi, dendam itu selalu ada dan harus dibalas hingga tuntas.Zanna sudah bersumpah akan membuat Dimas sekeluarga membayar kelakuannya selama ini dengan kepahitan yang tidak bisa mereka lupakan. Tidak peduli bagaimana pendapat orang, Zanna harus menuntaskan semuanya agar bisa tersenyum menang. Jika pun nanti sampai pada kematian, Zanna tidak akan menyesal.Masih teringat ketika Alyssa bilang ingin mengenalkannya pada seorang teman. Setelah makan malam waktu itu, Zanna mengutarakan perasaannya pada sang kakak. Dia mengaku belum bersedia membuka hati sampai surat resmi perceraian dengan Dimas sudah di tangan."Jadi, apa rencanamu selanjutnya? Sandra jadi pengangguran karena hamil, Dimas pun tidak punya pekerjaan. Merasa puas?" Alyysa menghampiri Zanna yang sibuk berkutat dengan laptop."Belum, Kak. Setela
Mereka mengobrol cukup lama. Saat Ham Qiu pamit duluan karena ada urusan mendadak yang berkaitan dengan istrinya, Alyssa memberi ruang untuk Akmal dan Zanna bicara di taman belakang agar semakin dekat.Akmal mengangguk setuju, dia mengekor di belakang Zanna menuju taman di mana perempuan itu sering melamun, memikirkan masa depan serta menyesali masa lalu. Keduanya sudah dewasa, tidak pantas lagi untuk bertingkah seperti remaja yang baru merasakan manisnya cinta.Di sebuah kursi panjang, mereka duduk berdampingan. Zanna menarik napas panjang, sedikit gugup kala berada di dekat Akmal. Beberapa kali dia mencuri pandang tanpa tahu harus membahas apa di hari pertama mereka menjadi teman."Za, kamu jangan salah paham, aku penasaran aja. Kenapa Dimas menceraikan kamu? Hari itu kalian berdebat panjang sampai aku nggak tahan untuk diam dan menjadi penonton. Tapi kalau misal kamu keberatan, nggak apa-apa."Zanna diam selama hampir satu menit. Menurutnya, Akmal memang pantas bertanya. Jika pun Z
Sore itu, awan berkabut tebal menghias langit sehingga tidak ada celah bagi sang mentari untuk menampakkan kilau keemasannya. Dua perempuan dewasa berdiri saling berhadapan di sebuah taman yang mulai sepi. Salah satu di antara mereka bertubuh gemuk, berbadan dua. Wajahnya kusam tidak terawat. Sementara perempuan di hadapannya berpenampilan beda. Mereka bagai langit dan bumi. Dia adalah Zanna dengan wajah dan kulit sehat terawat. Hampir tidak ada noda setitik pun menempel di tubuhnya. Perempuan itu sengaja mengundang Sandra bertemu di taman tempat favorite-nya. "Selamat, ya, karena sekarang Dimas sudah punya pekerjaan lagi. Ya, walau cuma di bengkel, tapi minimal gitu lah daripada nganggur. Sebentar lagi, kan, kamu lahiran." Zanna mengulum senyum tipis. Sandra memutar bola mata malas. Menurut prediksi dokter kandungan, dia akan melahirkan dua bulan ke depan. Jadi, Dimas harus kerja banting tulang bahkan rela menggadaikan sertifikat rumah pada mertuanya demi persiapan lahiran sang ist