Malam itu Franie terjaga.. ia tidak dapat mengatupkan matanya. Amber hijaunya bergerak resah, was-was, menelisik setiap sudut kamarnya. Ia bahkan takut menatap cermin. Bayangan diri Neon, matanya.. taringnya.. cengkeramannya... masih segar dalam ingatan Franie.La Netha berulang kali masuk dan mengecek Franie yang tak kunjung tertidur. Ada hal yang ingin sampaikan pada Franie, tetapi ia tahan. Penjelasan terlarang...yang sulit ia deskripsikan.Huga yang mendengar bunyi derit pintu terus menerus, menghempaskan kasar selimutnya. Ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Franie, kakaknya itu tidak bisakah sehari saja berperilaku normal? Malam ini Franie tidak menjerit seperti biasanya, tetapi derit pintu yang menggema dalam kesunyian malam menjadi saksi bahwa Franie tengah terjaga. Dan seperti biasa, ibu mereka pasti akan terus mengunjungi kamar Franie, menenangkan kakaknya tersebut."Kau belum bisa tidur? Bagaimana wujudnya? Apakah menyeramkan?"Franie mengangguk lemah. Neon... seratus kali
"AKH..""Franie, kau baik-baik saja?" teriakan wanita paruh baya dibawah sana tak ayal menghentikan aksi seorang gadis berumur 19 tahun tersebut.Gadis itu, Franie Rosetta. Ia terus mencengkram erat sisi ranjangnya begitu dirasakannya sesuatu tak kasat mata kembali mencekiknya. Ingin sekali Franie membuka matanya, namun sepasang hazel pekat, di alam bawah sadarnya itu seakan terus menariknya, menatapnya nyalang."UHUK-UHUK."BRAK."Kau Baik-baik saja nak?"Nyonya La Netha, wanita itu dengan cepat menghampiri sang putri.Franie menggeleng pelan, nafasnya menderu. Irisnya membesar menampilkan jelas ambernya yang bergetar ketakutan."T-Tidak ibu. I-ia kembali mencekikku." bersamaan dengan itu pula sepekat cairan kental menyembur keluar dari mulutnya.Sang bunda terkejut, ia hampir saja menjerit. Ditariknya Franie, mendekap anak gadisnya itu erat. Membiarkan bajunya ternoda oleh cairan pekat tersebut.Ringisan tangisan yang tertahan mulai terlantun pelan dari bibir Franie, dibalik dekapan
Iris itu terbuka perlahan menampilkan amber beningnya.Franie, gadis itu sedikit menyerngit tak suka mendapati sinar matahari menerobos gordennya.Ia mengerang sesaat sembari merenggangkan otot-otot tubuhnya.Dilihatnya sisi ranjangnya yang kosong. 'Ah ibu sudah pergi.' gumamnya pelan.Ibunya adalah seorang bendahara di salah satu perusahaan swasta di Lyon, sebuah kota di Prancis, jadi wajar ia selalu ditinggalkan di pagi hari.Franie menghela nafasnya pelan, lalu turun beranjak memasuki bilik kamar mandi yang ada guna membersihkan tubuhnya.Tangannya terhenti mengusap tubuhnya, begitu ambernya menangkap corak merah yang mengelilingi lehernya.Seketika sekelabat kejadian semalam menghampirinya. Jemari-jemarinya bergerak pelan menyentuh corak-corak tersebut.Moist pekat malam itu kembali terngiang.'Kau siapa?'Pertanyaan itu kembali terulang di dalam benaknya.Sebuah hembusan nafas kasar menjadi akhir dari ketermenungannya sebelum tungkai ramping itu melangkah keluar dari kamar mandi.
Franie terbangun dari tidur nyenyaknya. Matanya bergulir, memandangi sekitarnya dengan buram. Di pojok ruangan sepasang manik merah pekat menyapa retina Franie. Dengan perlahan sosok itu berjalan mendekat. Sayapnya yang besar dan kokoh menyapu lantai, menyisakan serbuk-serbuk hitam di setiap jejaknya.“Ka-kau siapa?” tanya Franie tercekat, nyaris berbisik.Sosok itu berjongkok di depan Franie, tangannya yang besar mengelus pipi wanita tersebut.“Menurutmu?”Seringai sosok itu membuat Franie bergidik ngeri, sepasang taring tajam mencuat dari sela-sela bibirnya. Sebercak darah segar nampak jelas di sudut bibir tersebut.Franie meneguk ludahnya kasar, perlahan ia meringkuk ketakutan. Sosok itu hanya menatap Franie datar lalu tak lama kemudian pergi meninggalkanku bersamaan dengan sebuah bisikan lembut.“Kau milikku, tak akan ku lepaskan. Sampai bertemu.”Slash........"AKH!”Franie terlonjak bangun dari tidurnya, terduduk di atas ranjang dengan penampilan acak. Tanpa sadar jemarinya teran
Flashback Di sebuah pegunungan yang jauh tersembunyi dari keramaian, di atas awan, memisahkan langit dan bumi, terdapat sebuah kerajaan yang tak terlihat selaput retina manusia. Disana... hiduplah sekelompok makhluk mitologi.Klan tertinggi dari mahkluk tersebut yakni Vampir, diikuti, Centaurus, Griffin, Medusa, Hydra, para Peri dan yang terakhir makhluk setengah manusia yang menjijikkan yakni Dhampyr. Meskipun mereka masih memiliki darah vampir yang mengalir pada tubuh mereka, tetap saja bagi negeri "Valient", Dhampyr merupakan kasta yang tidak bisa mereka tolerir. Bersetubuh dengan manusia adalah hal paling hina bagi kaum mereka.Raja Vampir kala itu yakni Demusta Valient III, dalam sayembaranya ke dunia manusia, tanpa sengaja jatuh cinta dengan anak dara setempat. Dikarenakan ulahnya tersebut, maka wanita yang diketahui bernama Jenice Halfone itu mengandung seorang anak lelaki setengah vampir. Tentu ini adalah aib besar bagi pihak kerajaan.Demi menutupi ulah busuknya, ia berniat
Neon menggunakan speed power (kecepatan berlari) dan menyembunyikan dirinya pada hutan belantara di belakang kampus. Taring yang ia sembunyikan kini mencuat keluar dan merobek sudut bibirnya."ARGGGHHHHH!" erangan kuat penuh akan kesakitan menggelegar nyaring.Tubuh Neon diangkat dan dibanting pada pohon maple yang berada dibelakangnya.Iblis itu memberontak dan mencabik-cabik tubuh Neon. Mata Neon menggelap, bola mata yang awalnya bewarna moist pekat kini berubah menjadi merah darah.Tubuh ringkih Neon terus menghantam tanah dan pohon yang ada. Iblis ini terlalu kuat. Neon bisa mengerti, semua terjadi karena darah rose blood memicu insting iblis dan dirinya sebagai Dhampyr. Gabungan iblis dan dirinya membuat Neon tidak bisa mengendalikan apapun. Ia juga menginginkan darah Franie, hanya ini bukan saatnya. Dia harus menjalankan misi sesuai ramalan Demriasi."ARGHHHH! HENTIKAN!" Jerit Neon dengan suara serak. Neon sadar, ia tidak bisa mengendalikan iblis ini seorang diri. Segera ia men
Franie mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Namun, tidak ada yang mencurigakan. Suara ini... berulang kali menyapa dirinya. Suara tersebut terus menggema didalam kepala, menganggu pikiran Franie. Satu lagi... Rose blood? Apa maksudnya?Franie tidak mengerti. Apakah ini bagian dari khayalan atau halusinasi? Mimpi itu tidak datang lagi malam kemarin. Namun digantikan dengan suara-suara yang berkumandang memanggil dirinya dengan sebutan rose blood.Ingin rasanya Franie teriak. Ia stress dengan kondisi mentalnya yang semakin kacau. Dari kecil setiap purnama, ia selalu dihampiri iblis dalam mimpinya. Tidak ada tahun yang benar-benar memberikan ketenangan pada Franie. Semuanya semakin memburuk belakangan ini. Suara-suara itu..."ARGHHH! KUMOHON HENTIKAN!""Nona Rosetta, ada apa?" seru Miss. Weronika selaku dosen hukum pidana.Franie menjambak rambutnya, seolah-olah mengusir suara yang terus mengusik. Neon yang berada di belakang, seketika menghentikan telepati yang ia kirim. Neon ha