Franie terbangun dari tidur nyenyaknya. Matanya bergulir, memandangi sekitarnya dengan buram. Di pojok ruangan sepasang manik merah pekat menyapa retina Franie. Dengan perlahan sosok itu berjalan mendekat. Sayapnya yang besar dan kokoh menyapu lantai, menyisakan serbuk-serbuk hitam di setiap jejaknya.
“Ka-kau siapa?” tanya Franie tercekat, nyaris berbisik.Sosok itu berjongkok di depan Franie, tangannya yang besar mengelus pipi wanita tersebut.“Menurutmu?”Seringai sosok itu membuat Franie bergidik ngeri, sepasang taring tajam mencuat dari sela-sela bibirnya. Sebercak darah segar nampak jelas di sudut bibir tersebut.Franie meneguk ludahnya kasar, perlahan ia meringkuk ketakutan. Sosok itu hanya menatap Franie datar lalu tak lama kemudian pergi meninggalkanku bersamaan dengan sebuah bisikan lembut.“Kau milikku, tak akan ku lepaskan. Sampai bertemu.”Slash........"AKH!”Franie terlonjak bangun dari tidurnya, terduduk di atas ranjang dengan penampilan acak. Tanpa sadar jemarinya terangkat, mengelus pipinya pelan.“Tadi itu terasa nyata. Berbeda dari sebelumnya. Ini benar-benar gila.”Franie termenung, sosok dalam mimpinya setiap malam purnama akhirnya ia bisa lihat dengan jelas, hanya sayang, ia tidak bisa melihat wajah sosok tersebut. Sayapnya yang kokoh, bewarna abu kehitaman memberikan efek ngeri pada Franie.. suara bass-nya yang khas menggelitiknya pendengaran Franie.Kenapa setiap malam purnama, ia selalu seperti ini?Tunggu! Franie terkesiap."Semalam.. bukan bulan purnama."Tubuh Franie menegang. Apa yang terjadi? Mengapa iblis itu menjumpainya di malam biasa?Franie memeluk tubuhnya, dan bersandar pada tumpukan bantal di belakangnya. Ia menatap kamarnya dengan gelisah. Membayangkan sosok itu perlahan menghampirinya seperti apa yang di dalam mimpi."Tidak... Kumohon, tidak." gumam Franie dengan bibir yang bergetar, pucat....“Franie, bagaimana liburanmu?” tanya Renatha begitu Franie memasuki kelas. Renatha adalah sahabatnya, ia wanita berambut ikal, dengan kulit eksotik.“Biasa saja, tidak ada yang menarik. Aku hanya menghabiskannya dengan tidur didalam kamar.”Renatha menatap Franie tak percaya sembari menggelengkan kepalanya.“Kau benar-benar Franie yang ku kenal.”Franie hanya mengangkat bahunya tak acuh lalu meletakan kepalanya di atas meja.“Ku mohon jangan ganggu aku, aku ingin tidur sebentar. Semalam aku tak bisa tidur.” pesannya, belum sempat Renatha berkomentar, ia langsung menutup kedua matanya.Samar-samar Franie membuka matanya. Lagi dan lagi ia terbangun di ruangan yang sama. Ruangan yang dipenuhi kegelapan. Namun kali ini ada yang berbeda. Franie merasakan semerbak harum bunga mawar menyeruak masuk kedalam penciumannya. Dengan sedikit takut ia menurunkan kakinya, menginjak lantai ruangan tersebut.Dingin. Itulah yang ia rasakan begitu kaki telanjangnya menapaki lantai tersebut. Perlahan Franie memberanikan diri melangkah keluar dari ruangan tersebut. Seberkas cahaya di balik pintu menuntunnya untuk keluar.Franie tertegun untuk sesaat, nampak seperumpunan bunga mawar mengelilinginya, membentuk sebuah lingkaran. Franie menoleh ke belakang namun tak ia dapati lagi pintu dari ruangan tersebut, yang ia lihat hanyalah seperumpunan bunga mawar.“Kau datang!”Tiba-tiba sebuah suara mengagetkannya, segera Franie berbalik menatap sosok yang tiba-tiba muncul begitu saja. Sayapnya yang besar dan kokoh nampak jelas di penglihatan Franie, namun entah mengapa Franie tak dapat melihat wajah itu, seberkas cahaya yang sangat terang seakan-akan menghalangi retinanya.Slash.....“Franie! Franie, bangun!”Franie terkejut seketika saat ambernya menangkap wajah Renatha tepat di depannya.“Ada apa?”“Kau tertidur lagi, mata kuliah hari ini telah berakhir. Matahari sedari tadi sudah bersinar sangat terang mengenai wajahmu, tapi kenapa kau tidak bangun-bangun juga?”“Apa? Pelajaran hari ini telah berakhir?"“Tidak, aku bohong. Mata kuliah pertama baru saja akan dimulai.”Franie mengelus dadanya pelan namun sedetik kemudian ia mengambil buku di atas meja lalu menimpuk kepala Renatha.“Kau menipuku lagi.”“Jika tidak seperti itu, kau tak akan bangun. Lagian pula benar matahari bersinar sangat terang ke arahmu.”Franie terdiam sesaat dan menoleh kearah jendela disampingnya. Ya benar, matahari tersebut bersinar sangat terang kearahnya. Tapi, mengapa? Firasat Franie mendadak buruk.“Pagi semuanya. Seperti yang kita ketahui setiap memasuki semester lima, kampus kita menerima beberapa mahasiswa pertukaran sebagai bentuk kerjasama antar universitas. Kali ini, kita kedatangan beberapa mahasiswa pertukaran dari Romania, dan salah satunya mengambil matkul Hukum Internasional. Ia akan bergabung dengan kita pagi ini, silahkan masuk.”Suara Prof. Cleo mengalihkan perhatian Franie, kelas yang tadinya riuh seketika menjadi hening begitu sepasang sepatu hitam melangkah masuk kedalam kelas.Dengan perlahan Franie mendongakan kepalanya.DEGIni serasa deja vu, Franie merasa tidak asing dengan mata itu. Tetapi, dimana ia menemuinya? Mata moist pekat... yang.. berbahaya.“Namaku Neon Dark Valient, kalian bisa memanggilku Neon.”Suara berat dan dingin itu membuat Franie tertegun, perasaannya semakin tidak enak. Sepasang mata itu menatapnya tepat kedalam retinanya.Franie semakin gugup begitu Neon melangkah kearahnya.“Kau milikku, tak akan ku lepaskan.”Tiba-tiba sebuah bisikan lirih menyapa gendang telinga Franie. Kalimat itu sama persis dengan apa yang ada di mimpinya. Franie menegang. Nafasnya terasa sesak.“Apa aku boleh duduk disampingmu?”Dengan kaku Franie mengangguk kecil, membiarkan Neon duduk disampingnya.“Kita bertemu, aku senang melihatmu secara nyata.”DEGFranie menoleh, menatap Neon terkejut.“Ma-maaf, apa kau baru saja berbicara denganku?"Neon menoleh sebentar, menatap Franie dan menyeringai tipis. “Tidak, aku tidak berbicara sama sekali.” balasnya singkat dan kembali fokus pada Prof. Cleo didepan sana.Franie mengatupkan bibirnya. Sedikit khawatir, perasaan tidak mengenakkan meliputi hatinya.‘Apa aku mulai gila?’ batinnya bertanya.“Tidak, kau tidak gila hanya sedikit bingung.”Lagi. Suara itu, darimana asalnya?"Menurutmu?"Franie mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kelas. Tidak ada apa-apa.Pada akhirnya Franie melirik Neon sekilas, lelaki itu terlihat serius mendengar penjelasan Prof. Cleo. Tidak ada yang mencurigakan darinya.“Maaf, bisakah kau tidak menatapku terus?”Franie terlonjak kaget begitu Neon menegurnya tanpa menoleh sedikitpun.“Maaf, aku tidak bermaksud.” sesal Franie. Ia ingin mengutuk dirinya saat ini. Tentu, mahasiswa pertukaran tersebut akan merasa tidak nyaman di perhatikan secara intens di hari pertamanya berkuliah.“Kalau begitu, tolong jangan menatapku lagi. Itu menggangguku” balas Neon dingin.Franie mengangguk patuh. “Maaf."Dari sudut yang tak terlihat sepasang senyuman mematikan terulas dari bibir pria yang berada disamping Franie."Senang rasanya berdekatan denganmu.. Rose Blood!".....Flashback Di sebuah pegunungan yang jauh tersembunyi dari keramaian, di atas awan, memisahkan langit dan bumi, terdapat sebuah kerajaan yang tak terlihat selaput retina manusia. Disana... hiduplah sekelompok makhluk mitologi.Klan tertinggi dari mahkluk tersebut yakni Vampir, diikuti, Centaurus, Griffin, Medusa, Hydra, para Peri dan yang terakhir makhluk setengah manusia yang menjijikkan yakni Dhampyr. Meskipun mereka masih memiliki darah vampir yang mengalir pada tubuh mereka, tetap saja bagi negeri "Valient", Dhampyr merupakan kasta yang tidak bisa mereka tolerir. Bersetubuh dengan manusia adalah hal paling hina bagi kaum mereka.Raja Vampir kala itu yakni Demusta Valient III, dalam sayembaranya ke dunia manusia, tanpa sengaja jatuh cinta dengan anak dara setempat. Dikarenakan ulahnya tersebut, maka wanita yang diketahui bernama Jenice Halfone itu mengandung seorang anak lelaki setengah vampir. Tentu ini adalah aib besar bagi pihak kerajaan.Demi menutupi ulah busuknya, ia berniat
Neon menggunakan speed power (kecepatan berlari) dan menyembunyikan dirinya pada hutan belantara di belakang kampus. Taring yang ia sembunyikan kini mencuat keluar dan merobek sudut bibirnya."ARGGGHHHHH!" erangan kuat penuh akan kesakitan menggelegar nyaring.Tubuh Neon diangkat dan dibanting pada pohon maple yang berada dibelakangnya.Iblis itu memberontak dan mencabik-cabik tubuh Neon. Mata Neon menggelap, bola mata yang awalnya bewarna moist pekat kini berubah menjadi merah darah.Tubuh ringkih Neon terus menghantam tanah dan pohon yang ada. Iblis ini terlalu kuat. Neon bisa mengerti, semua terjadi karena darah rose blood memicu insting iblis dan dirinya sebagai Dhampyr. Gabungan iblis dan dirinya membuat Neon tidak bisa mengendalikan apapun. Ia juga menginginkan darah Franie, hanya ini bukan saatnya. Dia harus menjalankan misi sesuai ramalan Demriasi."ARGHHHH! HENTIKAN!" Jerit Neon dengan suara serak. Neon sadar, ia tidak bisa mengendalikan iblis ini seorang diri. Segera ia men
Franie mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Namun, tidak ada yang mencurigakan. Suara ini... berulang kali menyapa dirinya. Suara tersebut terus menggema didalam kepala, menganggu pikiran Franie. Satu lagi... Rose blood? Apa maksudnya?Franie tidak mengerti. Apakah ini bagian dari khayalan atau halusinasi? Mimpi itu tidak datang lagi malam kemarin. Namun digantikan dengan suara-suara yang berkumandang memanggil dirinya dengan sebutan rose blood.Ingin rasanya Franie teriak. Ia stress dengan kondisi mentalnya yang semakin kacau. Dari kecil setiap purnama, ia selalu dihampiri iblis dalam mimpinya. Tidak ada tahun yang benar-benar memberikan ketenangan pada Franie. Semuanya semakin memburuk belakangan ini. Suara-suara itu..."ARGHHH! KUMOHON HENTIKAN!""Nona Rosetta, ada apa?" seru Miss. Weronika selaku dosen hukum pidana.Franie menjambak rambutnya, seolah-olah mengusir suara yang terus mengusik. Neon yang berada di belakang, seketika menghentikan telepati yang ia kirim. Neon ha
"TAHAN NAFSUMU!""Argghtt! Hhhh! AAAAARRRRRHHHH!".Neon terpental, terhempas dan membentur apapun yang berada di sekelilingnya, bahkan ketika tenaganya telah terkuras habis, tubuh tingginya masih mengglepar di atas lantai. Selalu seperti ini, tubuhnya akan sekarat saat melawan iblis yang bersemayam dalam dirinya. kekuatannya tak cukup mampu melenyapkan energi hitam pekat yang perlahan-lahan tumbuh dan kapanpun dapat mengambil alih tubuhnya."NEON!". Jerit seorang wanita dari seberang paviliun, ia melesat cepat menghampiri putranya."Argghhtt! Uhhukk". Kembali...tubuh tinggi itu terhempas di atas lantai, menimbulkan suara debam yang cukup keras. tak tanggung-tanggung darah segar mengalir dari sela-sela bibirnya. Wanita cantik itu pun makin menjerit histeris."Neon! Putraku!... DEMUSTA LAKUKAN SESUATU KUMOHON!".Tubuh Neon dibanting dengan keras pada tembok kerajaan. Sayapnya perlahan mengepak, giginya yang rapi mencuat dan ia jatuh terkapar.Matanya menampilkan warna merah pekat.. Raj
Malam itu Franie terjaga.. ia tidak dapat mengatupkan matanya. Amber hijaunya bergerak resah, was-was, menelisik setiap sudut kamarnya. Ia bahkan takut menatap cermin. Bayangan diri Neon, matanya.. taringnya.. cengkeramannya... masih segar dalam ingatan Franie.La Netha berulang kali masuk dan mengecek Franie yang tak kunjung tertidur. Ada hal yang ingin sampaikan pada Franie, tetapi ia tahan. Penjelasan terlarang...yang sulit ia deskripsikan.Huga yang mendengar bunyi derit pintu terus menerus, menghempaskan kasar selimutnya. Ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Franie, kakaknya itu tidak bisakah sehari saja berperilaku normal? Malam ini Franie tidak menjerit seperti biasanya, tetapi derit pintu yang menggema dalam kesunyian malam menjadi saksi bahwa Franie tengah terjaga. Dan seperti biasa, ibu mereka pasti akan terus mengunjungi kamar Franie, menenangkan kakaknya tersebut."Kau belum bisa tidur? Bagaimana wujudnya? Apakah menyeramkan?"Franie mengangguk lemah. Neon... seratus kali
"AKH..""Franie, kau baik-baik saja?" teriakan wanita paruh baya dibawah sana tak ayal menghentikan aksi seorang gadis berumur 19 tahun tersebut.Gadis itu, Franie Rosetta. Ia terus mencengkram erat sisi ranjangnya begitu dirasakannya sesuatu tak kasat mata kembali mencekiknya. Ingin sekali Franie membuka matanya, namun sepasang hazel pekat, di alam bawah sadarnya itu seakan terus menariknya, menatapnya nyalang."UHUK-UHUK."BRAK."Kau Baik-baik saja nak?"Nyonya La Netha, wanita itu dengan cepat menghampiri sang putri.Franie menggeleng pelan, nafasnya menderu. Irisnya membesar menampilkan jelas ambernya yang bergetar ketakutan."T-Tidak ibu. I-ia kembali mencekikku." bersamaan dengan itu pula sepekat cairan kental menyembur keluar dari mulutnya.Sang bunda terkejut, ia hampir saja menjerit. Ditariknya Franie, mendekap anak gadisnya itu erat. Membiarkan bajunya ternoda oleh cairan pekat tersebut.Ringisan tangisan yang tertahan mulai terlantun pelan dari bibir Franie, dibalik dekapan
Iris itu terbuka perlahan menampilkan amber beningnya.Franie, gadis itu sedikit menyerngit tak suka mendapati sinar matahari menerobos gordennya.Ia mengerang sesaat sembari merenggangkan otot-otot tubuhnya.Dilihatnya sisi ranjangnya yang kosong. 'Ah ibu sudah pergi.' gumamnya pelan.Ibunya adalah seorang bendahara di salah satu perusahaan swasta di Lyon, sebuah kota di Prancis, jadi wajar ia selalu ditinggalkan di pagi hari.Franie menghela nafasnya pelan, lalu turun beranjak memasuki bilik kamar mandi yang ada guna membersihkan tubuhnya.Tangannya terhenti mengusap tubuhnya, begitu ambernya menangkap corak merah yang mengelilingi lehernya.Seketika sekelabat kejadian semalam menghampirinya. Jemari-jemarinya bergerak pelan menyentuh corak-corak tersebut.Moist pekat malam itu kembali terngiang.'Kau siapa?'Pertanyaan itu kembali terulang di dalam benaknya.Sebuah hembusan nafas kasar menjadi akhir dari ketermenungannya sebelum tungkai ramping itu melangkah keluar dari kamar mandi.