Neon menggunakan speed power (kecepatan berlari) dan menyembunyikan dirinya pada hutan belantara di belakang kampus. Taring yang ia sembunyikan kini mencuat keluar dan merobek sudut bibirnya.
"ARGGGHHHHH!" erangan kuat penuh akan kesakitan menggelegar nyaring.Tubuh Neon diangkat dan dibanting pada pohon maple yang berada dibelakangnya.Iblis itu memberontak dan mencabik-cabik tubuh Neon. Mata Neon menggelap, bola mata yang awalnya bewarna moist pekat kini berubah menjadi merah darah.Tubuh ringkih Neon terus menghantam tanah dan pohon yang ada.Iblis ini terlalu kuat. Neon bisa mengerti, semua terjadi karena darah rose blood memicu insting iblis dan dirinya sebagai Dhampyr. Gabungan iblis dan dirinya membuat Neon tidak bisa mengendalikan apapun. Ia juga menginginkan darah Franie, hanya ini bukan saatnya. Dia harus menjalankan misi sesuai ramalan Demriasi."ARGHHHH! HENTIKAN!" Jerit Neon dengan suara serak.Neon sadar, ia tidak bisa mengendalikan iblis ini seorang diri. Segera ia mengirim sinyal telepati darurat kepada ayahnya.Selagi tubuhnya di ombang-ambingkan, Neon berusaha tetap terjaga. Karena jika tidak, iblis itu akan mengambil tubuhnya dan pergi menerkam Franie....Kerajaan ValientSlash...Raja Demusta yang tengah menjamu raja Wolfgiant dari kerajaan werewolf dikejutkan dengan sebuah telepati darurat dalam benaknya.Seketika raja yang telah berusia 5500 tahun itu berdiri dan berpamitan sebentar.Mata merah kelabu tersebut menyapu seluruh inci sudut kerajaan, mencari sosok pengawal pribadi Neon."Giorgio!"Hardiknya menggunakan telepati dan sedetik kemudian, pengawal berperawakan tinggi dan kuat itu muncul dihadapannya. Giorgio adalah makhluk Centaurus, yakni makhluk yang memiliki setengah tubuh manusia dan setengah kuda."Pergi ke dunia manusia dan selamatkan Neon. Anak itu baru saja mengirimkan telepati darurat. Ubah wujudmu menjadi manusia, jangan membuat mereka gempar dengan bentuk tubuhmu."Giorgio menunduk patuh, semenjak pangeran Neon berusia 20 tahun dan dikirim ke dunia manusia, ia sudah tidak lagi mengekori pangeran. Karena bagaimanapun misi ramalan Demriasi ditujukan untuk dilakukan seorang diri oleh pangeran. Karena hal tersebut, seluruh pelayan dan pengawal yang melayani pangeran Neon dialihkan ke paviliun Utara dan mengabdi pada selir Jenice.Sebelumnya, izinkan Giorgio memberitahukan bahwa Raja memiliki seorang permaisuri dan 4 orang selir. Permaisuri saat ini tinggal di kerajaan utama bersama raja. Permaisuri memiliki seorang anak laki-laki, yakni putra mahkota Degree Valient. Putra mahkota berusia 250 tahun, sebenarnya jika menggunakan umur manusia, ia 5 tahun lebih tua dari pangeran. Putra mahkota merupakan vampir murni, oleh karena itu perhitungan umurnya tidak sama dengan pangeran Neon. Putra mahkota memiliki semua kekuatan yang dimiliki vampir pada umumnya dan secara teknis ia lebih kuat dari Neon. Saat ini putra mahkota tengah memimpin perang melawan kerajaan goblin. Putra mahkota dan pangeran Neon, hubungan keduanya tidak begitu baik. Apalagi Neon adalah satu-satunya anak raja yang bukan vampir murni.Selain selir Jenice, raja memiliki tiga selir lain yakni selir Aurora, selir Diana, dan selir Luna. Selir Aurora dan Luna tidak memiliki anak, sedangkan selir Diana memiliki seorang putri yakni putri Cintya. Cintya merupakan vampir murni yang memiliki kekuatan bisa menyembuhkan sakit fisik dan menerawang masa depan. Hanya saja kekuatan menerawang masa depan belum sepenuhnya dikuasai oleh sang putri.Kini Giorgio telah sampai ke dunia manusia dan matanya memanas begitu menyaksikan pangeran Neon yang nampak tak berdaya berbaring di tanah lusuh. Sayap hitam pangeran telah keluar dan membungkus tubuh ringkih itu."Giorgio, itu kau?" tanya Neon saat hidungnya mencium aroma Centaurus disekitarnya."Ya, ini hamba."Giorgio melangkah pelan, memeriksa dengan seksama kondisi Neon."Kita kembali ke istana dan membiarkan putri Cintya menyembuhkan pangeran." saran Giorgio.Neon mengangguk lesuh. Cintya, gadis cilik itu sangat dekat dengan Neon. Dikarenakan sama-sama lahir dari rahim seorang selir, hubungan keduanya cukup harmonis, meskipun kadang putra mahkota Degree bertingkah posesif terhadap Cintya dan melarang mereka berdekatan.Tapi, sejauh ini Cintya kerap membantunya. Saat iblis dalam tubuhnya memberontak dan tanpa sadar melukai tubuhnya, Cintya selalu ada disana dan dengan sigap menyalurkan kekuatan untuk menyembuhkan setiap luka pada tubuhnya.....Setelah kejadian siang tadi di kampus, Franie tidak dapat tidur. Mata merah itu masih membayangi dirinya. Mata itu....sangat akrab.Franie yakin ia tidak berhalusinasi. Sosok Neon bagi Franie sangat tidak asing, namun ia tidak dapat mengingat dimana ia bertemu dengan Neon.Neon, ia sungguh tidak nyaman dengan bagaimana cara pria tersebut menatapnya. Tatapan pria itu seolah menerkamnya dan membuat ia tak berkutik. Jantungnya juga berdetak tak karuan saat mereka berada dalam radius yang sangat dekat. Bukan detakan jatuh cinta, itu seperti detakan ketakutan dan detakan bertemu musuh lama.Malam ini langit sangat gelap, tidak ada bintang, dan hanya bulan sabit yang menyinari bumi.Franie duduk terpaku di meja belajarnya dan menatap keluar jendela. Jemarinya bergerak menyentuh bekas kemerahan di lehernya. Mimpi saat berada di ruangan penuh mawar pagi tadi terlintas begitu saja, suara yang berbisik, dan sayap hitam yang kokoh. Semuanya sangat misterius.'Neon... Siapa sebenarnya dirimu?'........"Selamat siang Neon!" sapa Renatha dengan suara cemprengnya saat Neon melangkahkan kaki masuk mengikuti kelas Hukum Pidana.Franie sontak mendongak. Kedua mata yang akrab itu kembali beradu, tidak ada satupun dari mereka yang berniat mengalihkan pandangannya.'Mata itu... mengapa tidak bewarna merah?'Aura yang tak biasa terjalin di udara, seluruh tubuh Franie menggigil. Aura ini mencekamnya. Franie tidak mengerti apa yang terjadi, tiba-tiba jantungnya berdetak dan ia merasa kesulitan bernafas.Sosok Neon yang menghampirinya semakin terlihat jelas. Namun, pria itu melewatinya begitu saja dan dalam diam duduk di pojok ruangan."Hahh...hah....""Franie, kau kenapa?" jerit Renatha.Franie menggeleng pelan, setelah beberapa detik detak jantungnya kembali berdetak dengan normal. Pernafasannya juga perlahan membaik.Dari arah belakang Neon menyipitkan matanya memastikan aura iblisnya tidak membunuh Franie. Semenjak pemberontakan kemarin, iblis dalam dirinya semakin berani menunjukkan keberadaannya. Aura iblis tersebut bahkan berusaha menutupi aura setengah manusia yang ia miliki. Ini membuat Neon sulit mendekati Franie, ditambah lagi nafsu Dhampyr-nya untuk mencicipi darah Franie tak kunjung membendung."Neon, kemarin kau kemana? Kami menunggumu untuk berdiskusi mengenai tugas kelompok namun kau tidak datang.""Maaf, aku memiliki sedikit urusan mendadak kemarin."Yeniken mengangguk mengerti, sedangkan Franie sesekali ia mencuri pandang pada Neon. Memastikansekali lagi warna bola mata Neon. Sial! Itu masih moist pekat. Tidak ada perubahan sedikitpun. Apa kemarin ia salah lihat?"Hai...Rose Blood.."DEGSuara ini... Mengapa selalu mengusiknya?.....Franie mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Namun, tidak ada yang mencurigakan. Suara ini... berulang kali menyapa dirinya. Suara tersebut terus menggema didalam kepala, menganggu pikiran Franie. Satu lagi... Rose blood? Apa maksudnya?Franie tidak mengerti. Apakah ini bagian dari khayalan atau halusinasi? Mimpi itu tidak datang lagi malam kemarin. Namun digantikan dengan suara-suara yang berkumandang memanggil dirinya dengan sebutan rose blood.Ingin rasanya Franie teriak. Ia stress dengan kondisi mentalnya yang semakin kacau. Dari kecil setiap purnama, ia selalu dihampiri iblis dalam mimpinya. Tidak ada tahun yang benar-benar memberikan ketenangan pada Franie. Semuanya semakin memburuk belakangan ini. Suara-suara itu..."ARGHHH! KUMOHON HENTIKAN!""Nona Rosetta, ada apa?" seru Miss. Weronika selaku dosen hukum pidana.Franie menjambak rambutnya, seolah-olah mengusir suara yang terus mengusik. Neon yang berada di belakang, seketika menghentikan telepati yang ia kirim. Neon ha
"TAHAN NAFSUMU!""Argghtt! Hhhh! AAAAARRRRRHHHH!".Neon terpental, terhempas dan membentur apapun yang berada di sekelilingnya, bahkan ketika tenaganya telah terkuras habis, tubuh tingginya masih mengglepar di atas lantai. Selalu seperti ini, tubuhnya akan sekarat saat melawan iblis yang bersemayam dalam dirinya. kekuatannya tak cukup mampu melenyapkan energi hitam pekat yang perlahan-lahan tumbuh dan kapanpun dapat mengambil alih tubuhnya."NEON!". Jerit seorang wanita dari seberang paviliun, ia melesat cepat menghampiri putranya."Argghhtt! Uhhukk". Kembali...tubuh tinggi itu terhempas di atas lantai, menimbulkan suara debam yang cukup keras. tak tanggung-tanggung darah segar mengalir dari sela-sela bibirnya. Wanita cantik itu pun makin menjerit histeris."Neon! Putraku!... DEMUSTA LAKUKAN SESUATU KUMOHON!".Tubuh Neon dibanting dengan keras pada tembok kerajaan. Sayapnya perlahan mengepak, giginya yang rapi mencuat dan ia jatuh terkapar.Matanya menampilkan warna merah pekat.. Raj
Malam itu Franie terjaga.. ia tidak dapat mengatupkan matanya. Amber hijaunya bergerak resah, was-was, menelisik setiap sudut kamarnya. Ia bahkan takut menatap cermin. Bayangan diri Neon, matanya.. taringnya.. cengkeramannya... masih segar dalam ingatan Franie.La Netha berulang kali masuk dan mengecek Franie yang tak kunjung tertidur. Ada hal yang ingin sampaikan pada Franie, tetapi ia tahan. Penjelasan terlarang...yang sulit ia deskripsikan.Huga yang mendengar bunyi derit pintu terus menerus, menghempaskan kasar selimutnya. Ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Franie, kakaknya itu tidak bisakah sehari saja berperilaku normal? Malam ini Franie tidak menjerit seperti biasanya, tetapi derit pintu yang menggema dalam kesunyian malam menjadi saksi bahwa Franie tengah terjaga. Dan seperti biasa, ibu mereka pasti akan terus mengunjungi kamar Franie, menenangkan kakaknya tersebut."Kau belum bisa tidur? Bagaimana wujudnya? Apakah menyeramkan?"Franie mengangguk lemah. Neon... seratus kali
"AKH..""Franie, kau baik-baik saja?" teriakan wanita paruh baya dibawah sana tak ayal menghentikan aksi seorang gadis berumur 19 tahun tersebut.Gadis itu, Franie Rosetta. Ia terus mencengkram erat sisi ranjangnya begitu dirasakannya sesuatu tak kasat mata kembali mencekiknya. Ingin sekali Franie membuka matanya, namun sepasang hazel pekat, di alam bawah sadarnya itu seakan terus menariknya, menatapnya nyalang."UHUK-UHUK."BRAK."Kau Baik-baik saja nak?"Nyonya La Netha, wanita itu dengan cepat menghampiri sang putri.Franie menggeleng pelan, nafasnya menderu. Irisnya membesar menampilkan jelas ambernya yang bergetar ketakutan."T-Tidak ibu. I-ia kembali mencekikku." bersamaan dengan itu pula sepekat cairan kental menyembur keluar dari mulutnya.Sang bunda terkejut, ia hampir saja menjerit. Ditariknya Franie, mendekap anak gadisnya itu erat. Membiarkan bajunya ternoda oleh cairan pekat tersebut.Ringisan tangisan yang tertahan mulai terlantun pelan dari bibir Franie, dibalik dekapan
Iris itu terbuka perlahan menampilkan amber beningnya.Franie, gadis itu sedikit menyerngit tak suka mendapati sinar matahari menerobos gordennya.Ia mengerang sesaat sembari merenggangkan otot-otot tubuhnya.Dilihatnya sisi ranjangnya yang kosong. 'Ah ibu sudah pergi.' gumamnya pelan.Ibunya adalah seorang bendahara di salah satu perusahaan swasta di Lyon, sebuah kota di Prancis, jadi wajar ia selalu ditinggalkan di pagi hari.Franie menghela nafasnya pelan, lalu turun beranjak memasuki bilik kamar mandi yang ada guna membersihkan tubuhnya.Tangannya terhenti mengusap tubuhnya, begitu ambernya menangkap corak merah yang mengelilingi lehernya.Seketika sekelabat kejadian semalam menghampirinya. Jemari-jemarinya bergerak pelan menyentuh corak-corak tersebut.Moist pekat malam itu kembali terngiang.'Kau siapa?'Pertanyaan itu kembali terulang di dalam benaknya.Sebuah hembusan nafas kasar menjadi akhir dari ketermenungannya sebelum tungkai ramping itu melangkah keluar dari kamar mandi.
Franie terbangun dari tidur nyenyaknya. Matanya bergulir, memandangi sekitarnya dengan buram. Di pojok ruangan sepasang manik merah pekat menyapa retina Franie. Dengan perlahan sosok itu berjalan mendekat. Sayapnya yang besar dan kokoh menyapu lantai, menyisakan serbuk-serbuk hitam di setiap jejaknya.“Ka-kau siapa?” tanya Franie tercekat, nyaris berbisik.Sosok itu berjongkok di depan Franie, tangannya yang besar mengelus pipi wanita tersebut.“Menurutmu?”Seringai sosok itu membuat Franie bergidik ngeri, sepasang taring tajam mencuat dari sela-sela bibirnya. Sebercak darah segar nampak jelas di sudut bibir tersebut.Franie meneguk ludahnya kasar, perlahan ia meringkuk ketakutan. Sosok itu hanya menatap Franie datar lalu tak lama kemudian pergi meninggalkanku bersamaan dengan sebuah bisikan lembut.“Kau milikku, tak akan ku lepaskan. Sampai bertemu.”Slash........"AKH!”Franie terlonjak bangun dari tidurnya, terduduk di atas ranjang dengan penampilan acak. Tanpa sadar jemarinya teran
Flashback Di sebuah pegunungan yang jauh tersembunyi dari keramaian, di atas awan, memisahkan langit dan bumi, terdapat sebuah kerajaan yang tak terlihat selaput retina manusia. Disana... hiduplah sekelompok makhluk mitologi.Klan tertinggi dari mahkluk tersebut yakni Vampir, diikuti, Centaurus, Griffin, Medusa, Hydra, para Peri dan yang terakhir makhluk setengah manusia yang menjijikkan yakni Dhampyr. Meskipun mereka masih memiliki darah vampir yang mengalir pada tubuh mereka, tetap saja bagi negeri "Valient", Dhampyr merupakan kasta yang tidak bisa mereka tolerir. Bersetubuh dengan manusia adalah hal paling hina bagi kaum mereka.Raja Vampir kala itu yakni Demusta Valient III, dalam sayembaranya ke dunia manusia, tanpa sengaja jatuh cinta dengan anak dara setempat. Dikarenakan ulahnya tersebut, maka wanita yang diketahui bernama Jenice Halfone itu mengandung seorang anak lelaki setengah vampir. Tentu ini adalah aib besar bagi pihak kerajaan.Demi menutupi ulah busuknya, ia berniat