Share

05. Iblis Yang Memberontak

Neon menggunakan speed power (kecepatan berlari) dan menyembunyikan dirinya pada hutan belantara di belakang kampus. Taring yang ia sembunyikan kini mencuat keluar dan merobek sudut bibirnya.

"ARGGGHHHHH!" erangan kuat penuh akan kesakitan menggelegar nyaring.

Tubuh Neon diangkat dan dibanting pada pohon maple yang berada dibelakangnya.

Iblis itu memberontak dan mencabik-cabik tubuh Neon. Mata Neon menggelap, bola mata yang awalnya bewarna moist pekat kini berubah menjadi merah darah.

Tubuh ringkih Neon terus menghantam tanah dan pohon yang ada.

Iblis ini terlalu kuat. Neon bisa mengerti, semua terjadi karena darah rose blood memicu insting iblis dan dirinya sebagai Dhampyr. Gabungan iblis dan dirinya membuat Neon tidak bisa mengendalikan apapun. Ia juga menginginkan darah Franie, hanya ini bukan saatnya. Dia harus menjalankan misi sesuai ramalan Demriasi.

"ARGHHHH! HENTIKAN!" Jerit Neon dengan suara serak.

Neon sadar, ia tidak bisa mengendalikan iblis ini seorang diri. Segera ia mengirim sinyal telepati darurat kepada ayahnya.

Selagi tubuhnya di ombang-ambingkan, Neon berusaha tetap terjaga. Karena jika tidak, iblis itu akan mengambil tubuhnya dan pergi menerkam Franie.

...

Kerajaan Valient

Slash...

Raja Demusta yang tengah menjamu raja Wolfgiant dari kerajaan werewolf dikejutkan dengan sebuah telepati darurat dalam benaknya.

Seketika raja yang telah berusia 5500 tahun itu berdiri dan berpamitan sebentar.

Mata merah kelabu tersebut menyapu seluruh inci sudut kerajaan, mencari sosok pengawal pribadi Neon.

"Giorgio!"

Hardiknya menggunakan telepati dan sedetik kemudian, pengawal berperawakan tinggi dan kuat itu muncul dihadapannya. Giorgio adalah makhluk Centaurus, yakni makhluk yang memiliki setengah tubuh manusia dan setengah kuda.

"Pergi ke dunia manusia dan selamatkan Neon. Anak itu baru saja mengirimkan telepati darurat. Ubah wujudmu menjadi manusia, jangan membuat mereka gempar dengan bentuk tubuhmu."

Giorgio menunduk patuh, semenjak pangeran Neon berusia 20 tahun dan dikirim ke dunia manusia, ia sudah tidak lagi mengekori pangeran. Karena bagaimanapun misi ramalan Demriasi ditujukan untuk dilakukan seorang diri oleh pangeran. Karena hal tersebut, seluruh pelayan dan pengawal yang melayani pangeran Neon dialihkan ke paviliun Utara dan mengabdi pada selir Jenice.

Sebelumnya, izinkan Giorgio memberitahukan bahwa Raja memiliki seorang permaisuri dan 4 orang selir. Permaisuri saat ini tinggal di kerajaan utama bersama raja. Permaisuri memiliki seorang anak laki-laki, yakni putra mahkota Degree Valient. Putra mahkota berusia 250 tahun, sebenarnya jika menggunakan umur manusia, ia 5 tahun lebih tua dari pangeran. Putra mahkota merupakan vampir murni, oleh karena itu perhitungan umurnya tidak sama dengan pangeran Neon. Putra mahkota memiliki semua kekuatan yang dimiliki vampir pada umumnya dan secara teknis ia lebih kuat dari Neon. Saat ini putra mahkota tengah memimpin perang melawan kerajaan goblin. Putra mahkota dan pangeran Neon, hubungan keduanya tidak begitu baik. Apalagi Neon adalah satu-satunya anak raja yang bukan vampir murni.

Selain selir Jenice, raja memiliki tiga selir lain yakni selir Aurora, selir Diana, dan selir Luna. Selir Aurora dan Luna tidak memiliki anak, sedangkan selir Diana memiliki seorang putri yakni putri Cintya. Cintya merupakan vampir murni yang memiliki kekuatan bisa menyembuhkan sakit fisik dan menerawang masa depan. Hanya saja kekuatan menerawang masa depan belum sepenuhnya dikuasai oleh sang putri.

Kini Giorgio telah sampai ke dunia manusia dan matanya memanas begitu menyaksikan pangeran Neon yang nampak tak berdaya berbaring di tanah lusuh. Sayap hitam pangeran telah keluar dan membungkus tubuh ringkih itu.

"Giorgio, itu kau?" tanya Neon saat hidungnya mencium aroma Centaurus disekitarnya.

"Ya, ini hamba."

Giorgio melangkah pelan, memeriksa dengan seksama kondisi Neon.

"Kita kembali ke istana dan membiarkan putri Cintya menyembuhkan pangeran." saran Giorgio.

Neon mengangguk lesuh. Cintya, gadis cilik itu sangat dekat dengan Neon. Dikarenakan sama-sama lahir dari rahim seorang selir, hubungan keduanya cukup harmonis, meskipun kadang putra mahkota Degree bertingkah posesif terhadap Cintya dan melarang mereka berdekatan.

Tapi, sejauh ini Cintya kerap membantunya. Saat iblis dalam tubuhnya memberontak dan tanpa sadar melukai tubuhnya, Cintya selalu ada disana dan dengan sigap menyalurkan kekuatan untuk menyembuhkan setiap luka pada tubuhnya.

....

Setelah kejadian siang tadi di kampus, Franie tidak dapat tidur. Mata merah itu masih membayangi dirinya. Mata itu....sangat akrab.

Franie yakin ia tidak berhalusinasi. Sosok Neon bagi Franie sangat tidak asing, namun ia tidak dapat mengingat dimana ia bertemu dengan Neon.

Neon, ia sungguh tidak nyaman dengan bagaimana cara pria tersebut menatapnya. Tatapan pria itu seolah menerkamnya dan membuat ia tak berkutik. Jantungnya juga berdetak tak karuan saat mereka berada dalam radius yang sangat dekat. Bukan detakan jatuh cinta, itu seperti detakan ketakutan dan detakan bertemu musuh lama.

Malam ini langit sangat gelap, tidak ada bintang, dan hanya bulan sabit yang menyinari bumi.

Franie duduk terpaku di meja belajarnya dan menatap keluar jendela. Jemarinya bergerak menyentuh bekas kemerahan di lehernya. Mimpi saat berada di ruangan penuh mawar pagi tadi terlintas begitu saja, suara yang berbisik, dan sayap hitam yang kokoh. Semuanya sangat misterius.

'Neon... Siapa sebenarnya dirimu?'

....

....

"Selamat siang Neon!" sapa Renatha dengan suara cemprengnya saat Neon melangkahkan kaki masuk mengikuti kelas Hukum Pidana.

Franie sontak mendongak. Kedua mata yang akrab itu kembali beradu, tidak ada satupun dari mereka yang berniat mengalihkan pandangannya.

'Mata itu... mengapa tidak bewarna merah?'

Aura yang tak biasa terjalin di udara, seluruh tubuh Franie menggigil. Aura ini mencekamnya. Franie tidak mengerti apa yang terjadi, tiba-tiba jantungnya berdetak dan ia merasa kesulitan bernafas.

Sosok Neon yang menghampirinya semakin terlihat jelas. Namun, pria itu melewatinya begitu saja dan dalam diam duduk di pojok ruangan.

"Hahh...hah...."

"Franie, kau kenapa?" jerit Renatha.

Franie menggeleng pelan, setelah beberapa detik detak jantungnya kembali berdetak dengan normal. Pernafasannya juga perlahan membaik.

Dari arah belakang Neon menyipitkan matanya memastikan aura iblisnya tidak membunuh Franie. Semenjak pemberontakan kemarin, iblis dalam dirinya semakin berani menunjukkan keberadaannya. Aura iblis tersebut bahkan berusaha menutupi aura setengah manusia yang ia miliki. Ini membuat Neon sulit mendekati Franie, ditambah lagi nafsu Dhampyr-nya untuk mencicipi darah Franie tak kunjung membendung.

"Neon, kemarin kau kemana? Kami menunggumu untuk berdiskusi mengenai tugas kelompok namun kau tidak datang."

"Maaf, aku memiliki sedikit urusan mendadak kemarin."

Yeniken mengangguk mengerti, sedangkan Franie sesekali ia mencuri pandang pada Neon. Memastikan

sekali lagi warna bola mata Neon. Sial! Itu masih moist pekat. Tidak ada perubahan sedikitpun. Apa kemarin ia salah lihat?

"Hai...Rose Blood.."

DEG

Suara ini... Mengapa selalu mengusiknya?

.....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status