Flashback
Di sebuah pegunungan yang jauh tersembunyi dari keramaian, di atas awan, memisahkan langit dan bumi, terdapat sebuah kerajaan yang tak terlihat selaput retina manusia. Disana... hiduplah sekelompok makhluk mitologi.Klan tertinggi dari mahkluk tersebut yakni Vampir, diikuti, Centaurus, Griffin, Medusa, Hydra, para Peri dan yang terakhir makhluk setengah manusia yang menjijikkan yakni Dhampyr.Meskipun mereka masih memiliki darah vampir yang mengalir pada tubuh mereka, tetap saja bagi negeri "Valient", Dhampyr merupakan kasta yang tidak bisa mereka tolerir. Bersetubuh dengan manusia adalah hal paling hina bagi kaum mereka.Raja Vampir kala itu yakni Demusta Valient III, dalam sayembaranya ke dunia manusia, tanpa sengaja jatuh cinta dengan anak dara setempat. Dikarenakan ulahnya tersebut, maka wanita yang diketahui bernama Jenice Halfone itu mengandung seorang anak lelaki setengah vampir. Tentu ini adalah aib besar bagi pihak kerajaan.Demi menutupi ulah busuknya, ia berniat membunuh Jenice dan Neon serta membuang mereka ke bagian ujung negeri.Namun sebelum niat itu terlaksana, seorang peramal istana datang dan menyampaikan kabar buruk mengenai ramalan Demriasi. Ramalan Demriasi adalah ramalan yang menentukan hidup dan matinya negeri Valient."Baginda... Semalam batu ramalan Demriasi bercahaya dan memperlihatkan seorang anak dengan rasi chepeus telah lahir, kekuatan besar meliputnya. Keturunan terakhir Rose Blood, yang akan melenyapkan kaum kita dua puluh tahun mendatang.""Bagaimana mungkin? Bukankah keturunan rose blood telah dilenyapkan berabad-abad tahun yang lalu?""Salah satu dari mereka berhasil selamat. Tapi, mohon baginda jangan khawatir. Ramalan Demriasi juga memperlihatkan seorang Dhampyr dari kaum kita berhasil menggagalkan ramalan tersebut dan menyelamatkan kaum kita.""Apa maksudmu dengan Dhampyr dari kaum kita?""Baginda raja jelas tahu apa yang saya maksudkan. Anak lelaki yang Baginda sembunyikan, janganlah baginda bunuh. Darah iblis menyatu dengan diri anak itu, dan darah itulah yang akan menjadi ramuan mematikan bagi keturunan rose blood. Meskipun dia seorang Dhampyr, gabungan iblis dalam dirinya akan membuat ia jauh lebih kuat dan memiliki kekuatan yang tak terbatas.""Bagaimanapun dia adalah Dhampyr, mahkluk paling hina di negeri ini, meskipun ia darah dagingku. Katakan, dengan cara apa aku bisa membiarkannya hidup ditengah-tengah kerajaan?""Ketika ramalan Demriasi ini sampai ke telinga rakyat, maka mereka akan mengatakan bahwa kelahiran pangeran adalah sebuah takdir. Baginda telah melakukan hal yang tepat. Diusia yang kedua puluh tahun, pangeran harus dilepaskan pergi ke dunia manusia, menemui rose blood untuk menggagalkan ramalan Demriasi dan meminum darah keturunan tersebut agar ia bisa sepenuhnya berubah menjadi pure vampir dan melepaskan iblis yang bersemayam dalam dirinya.""Apakah nantinya akan ada perang diantara dunia manusia dan kita?""Mohon maaf, hamba tidak sepenuhnya tahu, ramalan Demriasi hanya menunjukkan garis besar peristiwa yang terjadi di masa depan."Raja Demusta merenung sesaat. Ia melirik paviliun dimana istrinya dan anak yang baru ia lahirkan bersembunyi."Segera umumkan kelahiran pangeran dan ramalan Demriasi kepada rakyat. Selain itu, kirim bulan purnama setiap tahunnya untuk menghubungkan pangeran dan kaum rose blood. Ingat, kaum itu tidak boleh lepas dari pandangan kita.""Siap, saya akan mengikat mimpi gadis itu dan pangeran."[Flashback End]....Moist pekat Neon menatap erat tubuh ramping wanita yang kini tengah berdiskusi di ujung ruangan bersama teman-temannya.Dua puluh tahun mereka terhubung lewat mimpi. Tidak ia sangka, hari yang sangat ia nantikan tiba.La Franie Rosetta, wanita cantik yang selalu ia hampiri setiap bulan purnama lewat mimpi, kini sungguh berdiri dihadapannya.Sebagai seorang Dhampyr, tentu Neon dikaruniai kekuatan khusus untuk memasuki mimpi, berbicara melalui pikiran, dan mengubah dirinya menjadi orang lain. Semua kekuatan ini ia dapatkan karena darah Vampir sang ayah terlampau mendominasi tubuhnya. Selain itu, ia juga memiliki sebuah kekuatan yang tidak dimiliki vampir pada umumnya yakni ia bisa terkena cahaya matahari. Ia tidak perlu bersembunyi dan takut akan cahaya panas tersebut.Ini adalah kekuatan mutlak Dhampyr yang Neon sukai. Namun, meskipun begitu Neon tidak ingin terus menjadi seorang Dhampyr dan di remehkan oleh kaumnya.Satu lagi, ia sedikit istimewa, ia memiliki sayap hitam besar di punggungnya, yang akan senantiasa keluar untuk melindunginya. Sayap tersebut adalah gabungan inti jiwa dirinya dan iblis tersebut.Menjadi seorang pangeran bukan berarti hidupnya mudah. Semenjak ia berusia 7 tahun, ia sudah dilatih untuk menggunakan kekuatannya, ia juga dilatih untuk mengendalikan iblis yang bersemayam dalam tubuhnya. Sering kali iblis dalam dirinya memberontak dan melukai para rakyat.Berbicara soal iblis dalam dirinya. Ia tidak tahu asal mula mengapa kelahiran dirinya dibungkus jiwa sang iblis. Ayahnya dan pihak kerajaan sampai saat ini masih bungkam perihal masalah tersebut.Namun, tidak apa-apa. Neon sudah terbiasa dengan iblis dalam dirinya. Seringkali jika ia lengah, iblis itu mengambil alih tubuhnya dan pergi menemui Franie, mencekik gadis itu hingga menimbulkan bercak merah disana. Iblis itu membuat ia tak lemah.Merasakan seseorang terus memandanginya, Franie menoleh sejenak. Irisnya beradu pandang dengan moist pekat Neon. Ia tidak tahu mengapa, hanya tatapan Neon membuat ia bergidik ngeri. Sesuatu dalam dirinya bergejolak, menitahkannya untuk segera menjauhi lelaki yang beberapa jam lalu menjadi mahasiswa pertukaran di kelasnya."Franie...?" Renatha menepuk pelan pundak sahabatnya, pasalnya sedari tadi Franie tidak menanggapi perkataannya."Y-ya?""Kau melamun? Fokus, ini tugas kelompok dari Prof. Wilson. Kau tahu kan seberapa killer profesor tersebut?"Franie mengalihkan pandangannya dan menatap Renatha. "Aku tahu."Renatha bersama Fried dan Yeniken kembali mendiskusikan perencanaan pembuatan tugas desain fotografi, mulai dari tempat, jenis kamera yang akan mereka gunakan, konsep foto, dan beberapa hal lainnya.Franie hanya mengangguk kecil tanpa ikut menyampaikan pendapatnya. Bulu kuduknya meremang, ia ingin sekali berbalik dan menatap Neon."Permisi, apakah aku boleh bergabung dengan kelompok kalian?"Suara bass dari arah belakangnya membuat Franie menegang. Suara yang familiar namun asing disaat bersamaan. Ya, ia tahu itu suara Neon.Neon menerobos diantara Franie dan Renatha, berdiri dan menampilkan senyum palsunya.Renatha gelagapan. Semenjak Neon masuk dikelas, semua mahasiswa yang ada setuju bahwa Neon memiliki wajah yang tampan dan aura yang tak biasa. Dalam satu tatapan, lelaki itu bisa membuat para gadis takluk. Wajahnya memiliki rahang yang tegas, dengan sudut mata yang memikat, senyuman yang mempesona, ditambah rambut hitam kemerahannya membuat ia berkali-kali lipat lebih tampan dari pria Eropa pada umumnya."Tentu. Kau mahasiswa pertukaran dan sudah menjadi tugas kami untuk lebih akrab denganmu dan mengenalkan seluk beluk prodi kami kepada dirimu." sahut Renatha. Mata gadis berambut ikal itu berbinar kala moist pekat Neon memandang dirinya."Terimakasih nona, dan maaf...siapa namamu?""Renatha, kau bisa memanggilku Natha."Senyuman palsu namun sialnya mempesona itu kembali dilayangkan Neon, Yeniken yang berada di sebelah Renatha hampir menjerit. Mahasiswa pertukaran ini sangat berkarisma.Kini moist pekat Neon beralih pada Franie. Taring yang sudah ia sembunyikan mendadak mencuat kala indera penciumannya menangkap bau semerbak rose blood. Semenjak ia melangkahkan kakinya kedalam kelas, Neon sudah mendeteksi bau tubuh Franie. Bau mawar ini membuat Neon gila. Bau yang sangat wangi dan lezat. Ingin rasanya Neon menancapkan giginya pada leher jenjang Franie, menyesap rose blood yang ada pada tubuh Franie hingga wanita itu membiru kehabisan darah.Dadahnya mendidih. Neon mengatupkan bibirnya, tangannya terkepal hingga kuku-kuku jemarinya memucat. Ia tidak tahan. Jika terus berlama-lama di samping Franie, maka iblis dalam dirinya akan memberontak, mengambil alih dirinya dan mengacaukan semua rencana yang sudah ada.Franie yang ditatap sedemikian rupa, akhirnya melirik Neon. Mata itu.... bewarna merah kental, seketika tubuh Franie menjadi kaku."Kau....?""Maaf, saya permisi sebentar.".....Neon menggunakan speed power (kecepatan berlari) dan menyembunyikan dirinya pada hutan belantara di belakang kampus. Taring yang ia sembunyikan kini mencuat keluar dan merobek sudut bibirnya."ARGGGHHHHH!" erangan kuat penuh akan kesakitan menggelegar nyaring.Tubuh Neon diangkat dan dibanting pada pohon maple yang berada dibelakangnya.Iblis itu memberontak dan mencabik-cabik tubuh Neon. Mata Neon menggelap, bola mata yang awalnya bewarna moist pekat kini berubah menjadi merah darah.Tubuh ringkih Neon terus menghantam tanah dan pohon yang ada. Iblis ini terlalu kuat. Neon bisa mengerti, semua terjadi karena darah rose blood memicu insting iblis dan dirinya sebagai Dhampyr. Gabungan iblis dan dirinya membuat Neon tidak bisa mengendalikan apapun. Ia juga menginginkan darah Franie, hanya ini bukan saatnya. Dia harus menjalankan misi sesuai ramalan Demriasi."ARGHHHH! HENTIKAN!" Jerit Neon dengan suara serak. Neon sadar, ia tidak bisa mengendalikan iblis ini seorang diri. Segera ia men
Franie mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Namun, tidak ada yang mencurigakan. Suara ini... berulang kali menyapa dirinya. Suara tersebut terus menggema didalam kepala, menganggu pikiran Franie. Satu lagi... Rose blood? Apa maksudnya?Franie tidak mengerti. Apakah ini bagian dari khayalan atau halusinasi? Mimpi itu tidak datang lagi malam kemarin. Namun digantikan dengan suara-suara yang berkumandang memanggil dirinya dengan sebutan rose blood.Ingin rasanya Franie teriak. Ia stress dengan kondisi mentalnya yang semakin kacau. Dari kecil setiap purnama, ia selalu dihampiri iblis dalam mimpinya. Tidak ada tahun yang benar-benar memberikan ketenangan pada Franie. Semuanya semakin memburuk belakangan ini. Suara-suara itu..."ARGHHH! KUMOHON HENTIKAN!""Nona Rosetta, ada apa?" seru Miss. Weronika selaku dosen hukum pidana.Franie menjambak rambutnya, seolah-olah mengusir suara yang terus mengusik. Neon yang berada di belakang, seketika menghentikan telepati yang ia kirim. Neon ha
"TAHAN NAFSUMU!""Argghtt! Hhhh! AAAAARRRRRHHHH!".Neon terpental, terhempas dan membentur apapun yang berada di sekelilingnya, bahkan ketika tenaganya telah terkuras habis, tubuh tingginya masih mengglepar di atas lantai. Selalu seperti ini, tubuhnya akan sekarat saat melawan iblis yang bersemayam dalam dirinya. kekuatannya tak cukup mampu melenyapkan energi hitam pekat yang perlahan-lahan tumbuh dan kapanpun dapat mengambil alih tubuhnya."NEON!". Jerit seorang wanita dari seberang paviliun, ia melesat cepat menghampiri putranya."Argghhtt! Uhhukk". Kembali...tubuh tinggi itu terhempas di atas lantai, menimbulkan suara debam yang cukup keras. tak tanggung-tanggung darah segar mengalir dari sela-sela bibirnya. Wanita cantik itu pun makin menjerit histeris."Neon! Putraku!... DEMUSTA LAKUKAN SESUATU KUMOHON!".Tubuh Neon dibanting dengan keras pada tembok kerajaan. Sayapnya perlahan mengepak, giginya yang rapi mencuat dan ia jatuh terkapar.Matanya menampilkan warna merah pekat.. Raj
Malam itu Franie terjaga.. ia tidak dapat mengatupkan matanya. Amber hijaunya bergerak resah, was-was, menelisik setiap sudut kamarnya. Ia bahkan takut menatap cermin. Bayangan diri Neon, matanya.. taringnya.. cengkeramannya... masih segar dalam ingatan Franie.La Netha berulang kali masuk dan mengecek Franie yang tak kunjung tertidur. Ada hal yang ingin sampaikan pada Franie, tetapi ia tahan. Penjelasan terlarang...yang sulit ia deskripsikan.Huga yang mendengar bunyi derit pintu terus menerus, menghempaskan kasar selimutnya. Ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Franie, kakaknya itu tidak bisakah sehari saja berperilaku normal? Malam ini Franie tidak menjerit seperti biasanya, tetapi derit pintu yang menggema dalam kesunyian malam menjadi saksi bahwa Franie tengah terjaga. Dan seperti biasa, ibu mereka pasti akan terus mengunjungi kamar Franie, menenangkan kakaknya tersebut."Kau belum bisa tidur? Bagaimana wujudnya? Apakah menyeramkan?"Franie mengangguk lemah. Neon... seratus kali
"AKH..""Franie, kau baik-baik saja?" teriakan wanita paruh baya dibawah sana tak ayal menghentikan aksi seorang gadis berumur 19 tahun tersebut.Gadis itu, Franie Rosetta. Ia terus mencengkram erat sisi ranjangnya begitu dirasakannya sesuatu tak kasat mata kembali mencekiknya. Ingin sekali Franie membuka matanya, namun sepasang hazel pekat, di alam bawah sadarnya itu seakan terus menariknya, menatapnya nyalang."UHUK-UHUK."BRAK."Kau Baik-baik saja nak?"Nyonya La Netha, wanita itu dengan cepat menghampiri sang putri.Franie menggeleng pelan, nafasnya menderu. Irisnya membesar menampilkan jelas ambernya yang bergetar ketakutan."T-Tidak ibu. I-ia kembali mencekikku." bersamaan dengan itu pula sepekat cairan kental menyembur keluar dari mulutnya.Sang bunda terkejut, ia hampir saja menjerit. Ditariknya Franie, mendekap anak gadisnya itu erat. Membiarkan bajunya ternoda oleh cairan pekat tersebut.Ringisan tangisan yang tertahan mulai terlantun pelan dari bibir Franie, dibalik dekapan
Iris itu terbuka perlahan menampilkan amber beningnya.Franie, gadis itu sedikit menyerngit tak suka mendapati sinar matahari menerobos gordennya.Ia mengerang sesaat sembari merenggangkan otot-otot tubuhnya.Dilihatnya sisi ranjangnya yang kosong. 'Ah ibu sudah pergi.' gumamnya pelan.Ibunya adalah seorang bendahara di salah satu perusahaan swasta di Lyon, sebuah kota di Prancis, jadi wajar ia selalu ditinggalkan di pagi hari.Franie menghela nafasnya pelan, lalu turun beranjak memasuki bilik kamar mandi yang ada guna membersihkan tubuhnya.Tangannya terhenti mengusap tubuhnya, begitu ambernya menangkap corak merah yang mengelilingi lehernya.Seketika sekelabat kejadian semalam menghampirinya. Jemari-jemarinya bergerak pelan menyentuh corak-corak tersebut.Moist pekat malam itu kembali terngiang.'Kau siapa?'Pertanyaan itu kembali terulang di dalam benaknya.Sebuah hembusan nafas kasar menjadi akhir dari ketermenungannya sebelum tungkai ramping itu melangkah keluar dari kamar mandi.
Franie terbangun dari tidur nyenyaknya. Matanya bergulir, memandangi sekitarnya dengan buram. Di pojok ruangan sepasang manik merah pekat menyapa retina Franie. Dengan perlahan sosok itu berjalan mendekat. Sayapnya yang besar dan kokoh menyapu lantai, menyisakan serbuk-serbuk hitam di setiap jejaknya.“Ka-kau siapa?” tanya Franie tercekat, nyaris berbisik.Sosok itu berjongkok di depan Franie, tangannya yang besar mengelus pipi wanita tersebut.“Menurutmu?”Seringai sosok itu membuat Franie bergidik ngeri, sepasang taring tajam mencuat dari sela-sela bibirnya. Sebercak darah segar nampak jelas di sudut bibir tersebut.Franie meneguk ludahnya kasar, perlahan ia meringkuk ketakutan. Sosok itu hanya menatap Franie datar lalu tak lama kemudian pergi meninggalkanku bersamaan dengan sebuah bisikan lembut.“Kau milikku, tak akan ku lepaskan. Sampai bertemu.”Slash........"AKH!”Franie terlonjak bangun dari tidurnya, terduduk di atas ranjang dengan penampilan acak. Tanpa sadar jemarinya teran
Malam itu Franie terjaga.. ia tidak dapat mengatupkan matanya. Amber hijaunya bergerak resah, was-was, menelisik setiap sudut kamarnya. Ia bahkan takut menatap cermin. Bayangan diri Neon, matanya.. taringnya.. cengkeramannya... masih segar dalam ingatan Franie.La Netha berulang kali masuk dan mengecek Franie yang tak kunjung tertidur. Ada hal yang ingin sampaikan pada Franie, tetapi ia tahan. Penjelasan terlarang...yang sulit ia deskripsikan.Huga yang mendengar bunyi derit pintu terus menerus, menghempaskan kasar selimutnya. Ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Franie, kakaknya itu tidak bisakah sehari saja berperilaku normal? Malam ini Franie tidak menjerit seperti biasanya, tetapi derit pintu yang menggema dalam kesunyian malam menjadi saksi bahwa Franie tengah terjaga. Dan seperti biasa, ibu mereka pasti akan terus mengunjungi kamar Franie, menenangkan kakaknya tersebut."Kau belum bisa tidur? Bagaimana wujudnya? Apakah menyeramkan?"Franie mengangguk lemah. Neon... seratus kali
"TAHAN NAFSUMU!""Argghtt! Hhhh! AAAAARRRRRHHHH!".Neon terpental, terhempas dan membentur apapun yang berada di sekelilingnya, bahkan ketika tenaganya telah terkuras habis, tubuh tingginya masih mengglepar di atas lantai. Selalu seperti ini, tubuhnya akan sekarat saat melawan iblis yang bersemayam dalam dirinya. kekuatannya tak cukup mampu melenyapkan energi hitam pekat yang perlahan-lahan tumbuh dan kapanpun dapat mengambil alih tubuhnya."NEON!". Jerit seorang wanita dari seberang paviliun, ia melesat cepat menghampiri putranya."Argghhtt! Uhhukk". Kembali...tubuh tinggi itu terhempas di atas lantai, menimbulkan suara debam yang cukup keras. tak tanggung-tanggung darah segar mengalir dari sela-sela bibirnya. Wanita cantik itu pun makin menjerit histeris."Neon! Putraku!... DEMUSTA LAKUKAN SESUATU KUMOHON!".Tubuh Neon dibanting dengan keras pada tembok kerajaan. Sayapnya perlahan mengepak, giginya yang rapi mencuat dan ia jatuh terkapar.Matanya menampilkan warna merah pekat.. Raj
Franie mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Namun, tidak ada yang mencurigakan. Suara ini... berulang kali menyapa dirinya. Suara tersebut terus menggema didalam kepala, menganggu pikiran Franie. Satu lagi... Rose blood? Apa maksudnya?Franie tidak mengerti. Apakah ini bagian dari khayalan atau halusinasi? Mimpi itu tidak datang lagi malam kemarin. Namun digantikan dengan suara-suara yang berkumandang memanggil dirinya dengan sebutan rose blood.Ingin rasanya Franie teriak. Ia stress dengan kondisi mentalnya yang semakin kacau. Dari kecil setiap purnama, ia selalu dihampiri iblis dalam mimpinya. Tidak ada tahun yang benar-benar memberikan ketenangan pada Franie. Semuanya semakin memburuk belakangan ini. Suara-suara itu..."ARGHHH! KUMOHON HENTIKAN!""Nona Rosetta, ada apa?" seru Miss. Weronika selaku dosen hukum pidana.Franie menjambak rambutnya, seolah-olah mengusir suara yang terus mengusik. Neon yang berada di belakang, seketika menghentikan telepati yang ia kirim. Neon ha
Neon menggunakan speed power (kecepatan berlari) dan menyembunyikan dirinya pada hutan belantara di belakang kampus. Taring yang ia sembunyikan kini mencuat keluar dan merobek sudut bibirnya."ARGGGHHHHH!" erangan kuat penuh akan kesakitan menggelegar nyaring.Tubuh Neon diangkat dan dibanting pada pohon maple yang berada dibelakangnya.Iblis itu memberontak dan mencabik-cabik tubuh Neon. Mata Neon menggelap, bola mata yang awalnya bewarna moist pekat kini berubah menjadi merah darah.Tubuh ringkih Neon terus menghantam tanah dan pohon yang ada. Iblis ini terlalu kuat. Neon bisa mengerti, semua terjadi karena darah rose blood memicu insting iblis dan dirinya sebagai Dhampyr. Gabungan iblis dan dirinya membuat Neon tidak bisa mengendalikan apapun. Ia juga menginginkan darah Franie, hanya ini bukan saatnya. Dia harus menjalankan misi sesuai ramalan Demriasi."ARGHHHH! HENTIKAN!" Jerit Neon dengan suara serak. Neon sadar, ia tidak bisa mengendalikan iblis ini seorang diri. Segera ia men
Flashback Di sebuah pegunungan yang jauh tersembunyi dari keramaian, di atas awan, memisahkan langit dan bumi, terdapat sebuah kerajaan yang tak terlihat selaput retina manusia. Disana... hiduplah sekelompok makhluk mitologi.Klan tertinggi dari mahkluk tersebut yakni Vampir, diikuti, Centaurus, Griffin, Medusa, Hydra, para Peri dan yang terakhir makhluk setengah manusia yang menjijikkan yakni Dhampyr. Meskipun mereka masih memiliki darah vampir yang mengalir pada tubuh mereka, tetap saja bagi negeri "Valient", Dhampyr merupakan kasta yang tidak bisa mereka tolerir. Bersetubuh dengan manusia adalah hal paling hina bagi kaum mereka.Raja Vampir kala itu yakni Demusta Valient III, dalam sayembaranya ke dunia manusia, tanpa sengaja jatuh cinta dengan anak dara setempat. Dikarenakan ulahnya tersebut, maka wanita yang diketahui bernama Jenice Halfone itu mengandung seorang anak lelaki setengah vampir. Tentu ini adalah aib besar bagi pihak kerajaan.Demi menutupi ulah busuknya, ia berniat
Franie terbangun dari tidur nyenyaknya. Matanya bergulir, memandangi sekitarnya dengan buram. Di pojok ruangan sepasang manik merah pekat menyapa retina Franie. Dengan perlahan sosok itu berjalan mendekat. Sayapnya yang besar dan kokoh menyapu lantai, menyisakan serbuk-serbuk hitam di setiap jejaknya.“Ka-kau siapa?” tanya Franie tercekat, nyaris berbisik.Sosok itu berjongkok di depan Franie, tangannya yang besar mengelus pipi wanita tersebut.“Menurutmu?”Seringai sosok itu membuat Franie bergidik ngeri, sepasang taring tajam mencuat dari sela-sela bibirnya. Sebercak darah segar nampak jelas di sudut bibir tersebut.Franie meneguk ludahnya kasar, perlahan ia meringkuk ketakutan. Sosok itu hanya menatap Franie datar lalu tak lama kemudian pergi meninggalkanku bersamaan dengan sebuah bisikan lembut.“Kau milikku, tak akan ku lepaskan. Sampai bertemu.”Slash........"AKH!”Franie terlonjak bangun dari tidurnya, terduduk di atas ranjang dengan penampilan acak. Tanpa sadar jemarinya teran
Iris itu terbuka perlahan menampilkan amber beningnya.Franie, gadis itu sedikit menyerngit tak suka mendapati sinar matahari menerobos gordennya.Ia mengerang sesaat sembari merenggangkan otot-otot tubuhnya.Dilihatnya sisi ranjangnya yang kosong. 'Ah ibu sudah pergi.' gumamnya pelan.Ibunya adalah seorang bendahara di salah satu perusahaan swasta di Lyon, sebuah kota di Prancis, jadi wajar ia selalu ditinggalkan di pagi hari.Franie menghela nafasnya pelan, lalu turun beranjak memasuki bilik kamar mandi yang ada guna membersihkan tubuhnya.Tangannya terhenti mengusap tubuhnya, begitu ambernya menangkap corak merah yang mengelilingi lehernya.Seketika sekelabat kejadian semalam menghampirinya. Jemari-jemarinya bergerak pelan menyentuh corak-corak tersebut.Moist pekat malam itu kembali terngiang.'Kau siapa?'Pertanyaan itu kembali terulang di dalam benaknya.Sebuah hembusan nafas kasar menjadi akhir dari ketermenungannya sebelum tungkai ramping itu melangkah keluar dari kamar mandi.
"AKH..""Franie, kau baik-baik saja?" teriakan wanita paruh baya dibawah sana tak ayal menghentikan aksi seorang gadis berumur 19 tahun tersebut.Gadis itu, Franie Rosetta. Ia terus mencengkram erat sisi ranjangnya begitu dirasakannya sesuatu tak kasat mata kembali mencekiknya. Ingin sekali Franie membuka matanya, namun sepasang hazel pekat, di alam bawah sadarnya itu seakan terus menariknya, menatapnya nyalang."UHUK-UHUK."BRAK."Kau Baik-baik saja nak?"Nyonya La Netha, wanita itu dengan cepat menghampiri sang putri.Franie menggeleng pelan, nafasnya menderu. Irisnya membesar menampilkan jelas ambernya yang bergetar ketakutan."T-Tidak ibu. I-ia kembali mencekikku." bersamaan dengan itu pula sepekat cairan kental menyembur keluar dari mulutnya.Sang bunda terkejut, ia hampir saja menjerit. Ditariknya Franie, mendekap anak gadisnya itu erat. Membiarkan bajunya ternoda oleh cairan pekat tersebut.Ringisan tangisan yang tertahan mulai terlantun pelan dari bibir Franie, dibalik dekapan