Ada bisik-bisik.Di istana.Di jalan-jalan Ibukota.Di seluruh pelosok negeri.‘Bangsawan kini bisa ngebunuh warganya yang gak bersalah?’‘Di mana keadilan?’‘Raja dipengaruhi oleh sekumpulan iblis yang cuma haus kekuasaan.’‘Singgasana itu dikutuk. Tahta itu dikutuk.’‘Negeri ini akan mendapat murka besar dari Yang Maha Tinggi.’Emang gak persis sama, tapi kau ngertilah maksudnya gimana.Rentetan rencanya berhasil dan sayap-sayap pengaruh Devon mulai kekikis oleh kobaran api.Hitam. Membara. Tak kenal ampun.Kelaparan dan musim dingin udah jadi isu utama yang bahkan bikin orang paling lemah pun bisia seberani monster.Belum lagi insiden di Triad lalu.Ketakutan akan melahrikan kebencian yang bertumpuk-tumpuk. Menunggu untuk meledak ketika pemicunya dilepasin.Dan bahkan, setelah semua yang terjadi, yang mereka khawatirkan adalah nyawa seorang bajingan?“Yang dia lakukan ke Sir Marcus itu keterlaluan. Siapa yang tau dia, dengan kekuatan serupa monster begitu, dia gak bakal berkhianat
Informasi adalah kekuatan. Itu hukum mutlak. Karenanya ada peribahasa: diam adalah emas. Makin banyak yang kau katakan, makin pasti pula hidupmu gak bakal panjang. Aku tentu gak mau ada peristiwa berdarah-darah di saat yang seharusnya menjadi hari paling bahagia dalam diriku. Tapi, bukannya aku enggak memprediksi ini. Devon paling benci soal pengkhianatan. Lebih-lebih, kalau pelakunya justru yang sudah pernah diberi pengampunan. Sejak pagi, ada kaba heboh yang beredar. Bahkan, seakan aku adalah patung yang gak bisa merespons dan mendengar, para periasku terang-terangan mengatakan beberapa hal penting yang … enggak terllau mengejutkan. Kediama Beasley digrebek. Noah ditangkap. Dan sejumlah bangsawan lain yang konon bersekongkol dengannya juga. Terancam dieksekusi. Aku heran, kenapa orang itu begitu tolol memercayakan sebuah rahasia krusial ke wanita yang baru dia kenal. Huft … kayaknya, semua lelaki emang sama aja. Aku bisa ngelihat iring-iringan mereka digiring dari pekara
Aku enggak pernah sebahagia hari ini.Semuanya terasa sempurna.Semuanya terasa lengkap.Emang, hari ini berjalan sebiasa hari yang lain.Natalie bangun pagi-pagi, masih penuh senyum lelah seperti biasa, dan sempat-sempatnya memberi kecupan selamat pagi sembari diiringi kekehan jahil.Aku, masih setengah mengantuk, merangkak naik dari kasur.Menguap. Mengumpulkan nyawa. Berpikir, kegiatan bodoh macam apa yang bakal kulakuin nanti.Hari ini akhir pekan. Biasanya Ayah dan Sepupu David enggak pergi ke ladang, dan aku cuma mesti ke barak selama setengah hari untuk bantu bersih-bersih sambil ngasih laporan formal ke Sir Wilder.Mancing? Lagi malas.Latihan menembak? Setelah Pete si bocah berengsek itu hampir mengenai separuh wajahku dalam tantangan sinting? Aku udah trauma.Pintu kamar digebrak paksa dan begitu ingin kulabrak pelakunya, yang datang justru seorang malaikat kecil.“Gendong, Ayah! Gendong!”Aku berdecak. Setengah malas, setengah menggoda.Meski akhirnya kulakuin juga. “Kamu i
Hamba terbangun dengan kuping berdenging dan kepala berputar-putar.Banyak hal mengerikan yang terjadi.Kebakaran. Kerusuhan. Kekejian.Bukan.Ini masalah yang berada di luar kehendak Hamba.Ini konflik di mana Hamba seharusnya tidak mengomentariHamba tidak berhak.Hamba tidak berhakApalagi, dalam mimpi aneh itu, Tuan Yang Mulia tumbang.Apa yang sebenarnya Hamba pikirkan?Itu asumsi bahaya. Bener-bener bahaya.Apa pikiran Hamba perlahan-lahan dilahap oleh setan-setan? Apa kini Hamba termasuk sebagai yang terkontaminasi?Ini tidak bisa dibiarkanHamba akan meracuni yang lain.Hamba mesti melaporkannya.Hamba mesti dieliminasi.“...ngun! … angun! Bangun! Hei, bangun!”Hamba mendengar suara-suara lagi.Apa itu khayalan lain?Itu pasti mereka.Para setan-setan.Hamba merasa takut, enggak.Hamba tak boleh merasa takut.Para hamba hanya boleh mengabdi dan patuh. Itu tujuan hidup mutlak.Bukan. Itu bukan keharusan yang membuat Hamba terpaksa, melainkan bentuk belas kasih.Kemuliaan. Karen
Ini situasi yang sulit, sumpah.Dengar, begini-begini aku punya perasaan sensitif.Meski kami cuma bersama beberapa kali, Noah ninggalin bekas kenangan yang lumayan sukar dilupain.Dan sampai sekarang Devon belum nyentuh aku.Dia itu impoten, ya? Atau emang enggak suka cewek?“Saya sibuk, Nona Dawver”“Donovan.” Sampai berapa kali mesti kuingatin, sih? “Aku bukan Dawver lagi, ingat?” Ini emang ketentuan yang rada asing di Indonesia, tapi kayaknya dunia ini punya budaya yang berkiblat ke Barat—di mana nama keluarga seorang gadis bakal ‘dibuang’ kalau udah menikah.“Benar. Rachel. Saya minta maaf.”Untuk menutupi kesuraman itu, aku terpaksa mendatangi kamar George.Bukannya doyan sama yang tua-tua—singkirin pemikiran menjijikkan bin ngawur itu, deh (dapet ilham dari mana, sih, kalian ini?).Ini seperti kau diberi pilihan antara sayur basi dan pengharum ruangan.Yang satu punya tampilan dan harum enak, tapi gak bakal bikin kenyang. Sedangkan yang satu mematikan, tapi seenggaknya berhasil
Apa?Kubilag tragedi Willvile itu begitu berpengaruh hingga mengubahku jadi pecandu?Lupain.Oke.Udah dibilag, pikiranku akhir-akhir ini gak jernih dan yang terlintas ya … antara celetukan asal atau kesimpulan ngawur.Emang ada suatu perubahan.Tapi, gak sesignfikan itu.Hah?Terus apa yang kulakuin di penjara baawah tanah, katamu?Bisa dibilang, untuk mengenang nostalgia.Itu seakan terjadi bertahun-tahun lalu. Ketika semuanya masih terasa sederhana.Atau enggak.Enggak pernah ada hal yang bener-bener sederhana dalam hidupku, sih.Kalau gak kepalang susah, ya sukar setengah mampus.Alasan lain? Untuk menagih hutang.Kerajaan menjanjikan keadilan. Tapi, udah tiga raja yang bergantian, tapi sampai sekarang keadilan itu belum terwujud.Sebagi sosok ratu teladan yang penuh kemurahan hati, jelita, dan berpihak sepenuhnya pada kepentingan bersama, aku bakal mewujudkan keadilan itu sendiri.Enggak seperti sebelum-sebelumnya, para pengawal bahkan enggak repot-repot mempertanyakan maksud ke
Lari.Lari.Ke mana?Tidak boleh.Tidak berhak.Aku sepantasnya matiTidak. Bukan aku.Tapi, Hamba.Tak pernh ada aku. Hanya ada Kotoran Cokelat. Hanya ada seorang Hamba.Jatuh.Terguling.Sakit. Sakit. Sakit.Bukan. Ini bagian dari pendisiplinan.Pendisisiplinan apa?Dari Tuan Yang Mulia.Tuan Yang Mulia siapa?Terguliing. Terguling. Menabrak pohon. TerantukBerkunang-kunang.Tak sadarkan diri.Dongeng itu kembali mewujud dan menghantui pikiran.Itu kisah Folwin kecil.Bukan. Sejak awal, dia belum besar. Dia seorang bocah yang tak tahu apa-apa.Dan setan-setan itu … itu cuma Makhluk Agung.Itu manusia.Itu Tuan Yang Mulia. Itu Tuan Sterling.Folwin kecil yang diculik kemudian dibelenggu. Dirantai. Diperjualbelikan.Aku diperjualbelikan.Folwin dihancurkan. Dibuang. Tak pernah ada. Berganti menjadi individu anyar bernama Orang Baru.Hamba yang siap ditempat. Seperti yang lain.Apa ini kehidupan selanjutnya?Apa seorang Hamba pernah menjadi aku? Bukan.Ini kenangan enggak penting!Ini
Hening.Kosong.Hampa.Kadang, di antara debur ombak yang tak pasti dan pemandangan air yang kian bergelora, aku melihat mereka lagi.Natalie. Nancy.Melambai.Mengundangku untuk menghampiri mereka.Berjumpa ria.Menyatu kembali sebagai keluarga. Utuh. Bahagia. Takkan ada lagi yang memisahkan, atau bisa memisahkan.Aku ingin percaya itu semua.Kadang, rasanya mimpi terasa jauh lebih nyata dibanding realita.Maksudku, semua ini tak masuk akal.Apa semua ini pantas kudapatkan? Apa ini sebuah hukuman?“T-Tuan yang baik.” Leo muncul dari geladak. Menunjukkan senyum bodoh seperti biasa.Agak iba juga melihatnya. Tapi, setelah memikirkan apa yang dia lakukan ke yang lain, kayaknya ini hukuman yang lumayan pantas. “Em ... kira-kira kita mau ke mana, ya?”“Ibukota.” Udah jelas, ‘kan.Aku bakal memorak-morandakkan negeri bobrok itu. Menarik si iblis ke tempat yang seharusnya: neraka terbawah. Dengan api dan darah.“Jikalau berkenan menjawab, Tuan ada urusan apa di sa—”“Hei!” Dia begitu kaget