"Sudah diamlah kau!" teriak Jose kencang. Untung saja suara orang-orang terdengar sangat riuh sekali membicarakan tingkah aneh Wilona alias Putri Kimberley, sehingga suaranya saat memanggil Jose dan Daroll dengan sebutan paman tadi tidak terdengar sama sekali oleh mereka.
"Ayo, ikut kami!" Daroll membantu menyeret Putri Kimberley.
Semua mata memandangi mereka, lalu kembali menekuni acara penyambutan yang sempat tertunda tadi. Tingkah Putri Kimberley sungguh diluar dugaan semua orang.
"Putri, kenapa kau bertingkat bodoh seperti itu? Beruntung semua orang menganggap kau tak waras. Jadi hanya ini lah hukuman untukmu!" Jose berbisik pada Putri Kimberley.
"Paman aku tidak dapat menguasai diri saat aku melihat Ayah kandungku ada di dekatku. Bahkan pesan Ibu saja aku lupa," suara Putri Kimberley terdengar lirih, sepertinya ia menyesali sikap bodohnya tadi.
Langkah kaki renta itu kian dekat dengan Wilona alias Putri Kimberley. "Ehem … ehem." Sempat ia berdehem dua kali sebelum akhirnya memberanikan diri untuk bertanya pada gadis yang ada di hadapannya itu. "Hai, gadis?" sapanya dengan suara lembutnya. "Nyonya?" Putri Kimberley sadar ada yang sedang menyapanya. Kemudian ia abaikan dulu makanan yang sedang ada di piring yang ada di tangannya. "Dari mana asalmu, gadis?" Mata tuanya tak berkedip sedikitpun mengamati garis wajah Putri Kimberley yang menurutnya sangat istimewa itu. "Hm, dari desa yang letaknya di pinggiran hutan, Nyonya," jelasnya berbohong. Sebab ia bingung sekali untuk menyebutkan tempat tinggalnya yang sebenarnya. "Katakan namamu Wilona, dan katakan saja kalau kau adalah anak seorang petani miskin," itu pesan ibunya sebelum ia berangkat pertama kali menuju Istana Ke
"Pam …" Putri Kimberley kembali membungkam mulutnya, saat dilihatnya lelaki yang menahan tangan Zelena itu adalah Daroll. Daroll memberi isyarat pada Putri Kimberley untuk tidak melanjutkan ucapannya."Daroll, lepaskan tanganku. Atau kuadukan perbuatanmu ini pada Suamiku. Apakah kau lupa siapa Suamiku?" Dengan senyum pongahnya Zelena menghentakkan tangannya dari cengkeraman Daroll.Perlu diingat, bahwa Daroll menyimpan dendam yang sangat besar pada Zelena. Karena Zelena telah membuatnya mendekam selama belasan tahun dalam penjara bawah tanah, oleh karena fitnah keji wanita laknat ini.Tapi demi mendengar ancaman wanita itu, Daroll bergeming dan beringsut dari tempat itu. Daroll tak ingin lebih jauh berurusan dengan wanita berhati iblis ini. Baginya bukan ini cara melawannya, tapi melawannya harus dengan kecerdasan."Tunggu saja saat yang tepat kau harus mendekam dalam penjara baw
Nyonya Rebecca, kenapa kau kembali ke kamarmu lagi?" Emilly yang sedang berdiri di depan pintu kamarnya memandangi Rebecca yang sedang menuju ke kamarnya. "Zelena yang memintaku untuk kembali ke kamar!" Wajah itu terlihat redup, dan memilih diam saat Emilly mendatanginya. "Bukankah semua orang di dalam istana ini juga diminta oleh Raja untuk berkumpul di sana? Setidaknya untuk menikmati sajian istimewa yang disajikan oleh koki istana," ucap Emilly dan berhenti tepat di hadapan wanita tua itu. "Betul, tapi bukan Zelena namanya jika tidak merusak kesenangan orang lain." Rebecca mencibirkan bibirnya sedikit. "Sabar saja Nyonya. Sama seperti aku yang juga harus berusaha menahan hati saat berada di dekat Zelena." Entah kenapa Emilly selalu merasa nyaman saat sedang berdekatan dengan wanita tua ini. Wanita yang sudah c
Keduanya lalu saling berpandangan. "Ayo kita lihat keluar!" Rebecca menarik tangan Emilly. Dan gadis itu pun bangkit, lalu berjalan mengikuti Rebecca. Mereka angkat gaun mereka sedikit, agar mereka dapat dengan mudah berlari menuju ke halaman samping istana untuk melihat apa yang sedang terjadi. Keriuhan mulai terdengar. Suara derap langkah kaki kuda pun memekakkan telinga. "Ada apa ini sebenarnya?" Rebecca bergumam, sambil sepasang kaki tuanya terus berlari menuju ke tempat itu. "Kita lihat saja nanti, Nyonya!" Napas Emilly tersengal, sangat susah payah ia mengaturnya. Saat sampai di pintu samping istana, keduanya terperanjat saat mereka lihat kuda-kuda berlarian kian kemari. Ringkikan mereka pun jadi satu dengan suara derap langkah mereka.
Rebecca dengan tertatih berdiri, lalu berjalan menuju pintu.Kreeeiiikkk …Setelah pintu kamarnya terbuka, tampak dua orang wanita yang memakai gaun dan perhiasan yang sangat indah, mereka adalah Zelena dan Putri Juliette.Keduanya tampak bertolak pinggang. Mata membesar seperti hendak keluar dari rongganya.Pemandangan itu sungguh membuat Rebecca ketakutan."A-a-ada apa …?" Rebecca tergagap, dan pandangannya tak mau lepas menatap wajah mereka yang mengerikan."Apakah kau menyembunyikan si tolol itu?" bentak Zelena dengan suara lantangnya, tentu saja itu membuat telinga Rebecca dan kedua orang lainnya pekak."Siapa yang kau maksud, Permaisuri?" Seperti tidak tulus Rebecca saat menyebut dengan sebutan
Terhuyung-huyung Putri Kimberley saat tarikan tangan kekar Chaiden membawanya untuk keluar dari kamar Rebecca.Emilly, Rebecca dan kedua wanita licik itu hanya memandangi mereka dengan tatapan tak berdaya."Hei, awas minggir!" Para orang-orang kepercayaan Pangeran Alden meminta Putri Juliette dan Zelena menggeser tubuh mereka agar Wilona dan Chaiden dapat keluar dengan mudah."Dasar sialan!" maki Putri Juliette kasar. Wajahnya sudah serupa peri jahat yang tak punya hati."Pangeran, apa kita langsung kembali ke kerajaan kita? Sementara hari sudah mulai gelap!" Salah seorang kepercayaan Pangeran Alden menanyakan rencana mereka selanjutnya.Pangeran Alden yang dari tadi hanya diam, menoleh sekilas pada orang kepercayaannya itu, lalu kembali menatap lurus kedepan sambil terus mengayun lang
Setelah menginap semalaman di Kerajaan White Tiger, rombongan Pangeran Alden pun bergerak meninggalkan istana kerajaan itu.Kunjungan yang semula bertujuan untuk membicarakan hubungannya lebih lanjut dengan Putri Juliette dan untuk mempererat hubungan antar kerajaan ternyata batal.Peristiwa bodoh yang didalangi oleh Zelena dan Putri Juliette sendiri membuat Pangeran Alden harus berpikir ulang lagi untuk rencananya itu. Ia harus berbicara lagi dengan ayahnya, Raja Daltun dan ibunya, Permaisuri Sarah.Sungguh Sang Pangeran tak pernah menyangka tujuan baiknya mengunjungi karajaan Raja Rehard hanya meninggalkan kekesalan dan penyesalan saja di hati lelaki tampan nan rupawan itu.Sepanjang perjalanan kembali ke kerajaannya, wajah Pangeran Alden terlihat muram. Pangeran yang terkenal dengan kesabarannya ini entah kenapa sangat mar
"Kalau begitu ayo, Ibu lanjutkan pembicaraan Ibu tadi!" Suara Pangeran Alden terdengar cukup tegas, sepertinya ia tidak main-main menghadapi masalah ini."Ibu hanya ingin mengatakan bahwa sebenarnya yang kami jodohkan dengan kau adalah Putri Kimberley, putri Raja Rehard dari permaisurinya yang bernama Permaisuri Alice, yang disebut ayahmu tadi. Itu saja!" Wanita itu menatap dalam-dalam kedua mata putranya itu. Sebenarnya ia tidak ingin perjodohan ini dari dulu, sebab ia memang dari dulu tidak menyukainya sosok Zelena yang dikenalnya hanya seorang selir yang terkenal licik, walau wajahnya sungguh cantik dan menawan.Intuisinya mengatakan kalau Putri Juliette bukanlah anak biologis dari Raja Rehard. Tapi itu hanya sebatas dugaan yang tidak memiliki bukti."Jadi, mana keduanya, Bu?" todong Pangeran Alden lagi pada Permaisuri Sarah."H