Terhuyung-huyung Putri Kimberley saat tarikan tangan kekar Chaiden membawanya untuk keluar dari kamar Rebecca.
Emilly, Rebecca dan kedua wanita licik itu hanya memandangi mereka dengan tatapan tak berdaya.
"Hei, awas minggir!" Para orang-orang kepercayaan Pangeran Alden meminta Putri Juliette dan Zelena menggeser tubuh mereka agar Wilona dan Chaiden dapat keluar dengan mudah.
"Dasar sialan!" maki Putri Juliette kasar. Wajahnya sudah serupa peri jahat yang tak punya hati.
"Pangeran, apa kita langsung kembali ke kerajaan kita? Sementara hari sudah mulai gelap!" Salah seorang kepercayaan Pangeran Alden menanyakan rencana mereka selanjutnya.
Pangeran Alden yang dari tadi hanya diam, menoleh sekilas pada orang kepercayaannya itu, lalu kembali menatap lurus kedepan sambil terus mengayun lang
Setelah menginap semalaman di Kerajaan White Tiger, rombongan Pangeran Alden pun bergerak meninggalkan istana kerajaan itu.Kunjungan yang semula bertujuan untuk membicarakan hubungannya lebih lanjut dengan Putri Juliette dan untuk mempererat hubungan antar kerajaan ternyata batal.Peristiwa bodoh yang didalangi oleh Zelena dan Putri Juliette sendiri membuat Pangeran Alden harus berpikir ulang lagi untuk rencananya itu. Ia harus berbicara lagi dengan ayahnya, Raja Daltun dan ibunya, Permaisuri Sarah.Sungguh Sang Pangeran tak pernah menyangka tujuan baiknya mengunjungi karajaan Raja Rehard hanya meninggalkan kekesalan dan penyesalan saja di hati lelaki tampan nan rupawan itu.Sepanjang perjalanan kembali ke kerajaannya, wajah Pangeran Alden terlihat muram. Pangeran yang terkenal dengan kesabarannya ini entah kenapa sangat mar
"Kalau begitu ayo, Ibu lanjutkan pembicaraan Ibu tadi!" Suara Pangeran Alden terdengar cukup tegas, sepertinya ia tidak main-main menghadapi masalah ini."Ibu hanya ingin mengatakan bahwa sebenarnya yang kami jodohkan dengan kau adalah Putri Kimberley, putri Raja Rehard dari permaisurinya yang bernama Permaisuri Alice, yang disebut ayahmu tadi. Itu saja!" Wanita itu menatap dalam-dalam kedua mata putranya itu. Sebenarnya ia tidak ingin perjodohan ini dari dulu, sebab ia memang dari dulu tidak menyukainya sosok Zelena yang dikenalnya hanya seorang selir yang terkenal licik, walau wajahnya sungguh cantik dan menawan.Intuisinya mengatakan kalau Putri Juliette bukanlah anak biologis dari Raja Rehard. Tapi itu hanya sebatas dugaan yang tidak memiliki bukti."Jadi, mana keduanya, Bu?" todong Pangeran Alden lagi pada Permaisuri Sarah."H
Kekesalan Putri Juliette belum bisa hilang.Dari sang ayah, Raja Rehard, Putri Juliette tahu bahwa Pangeran Alden ingin membatalkan pernikahan mereka.Sebenarnya, tujuan kunjungan Sang Pangeran kemarin itu salah satunya adalah ingin membicarakan lebih lanjut tentang rencana pernikahan mereka.Tapi malang, niat licik sang ibu, Zelena berakibat fatal. Zelena hanya membuat hancur segala impian sang putri."Ibu, Ibu terlalu nekad melakukan hal bodoh itu. Ibu apa tidak memikirkan akibatnya? Sekarang aku yang harus menjadi korban dari kebodohan tersebut." Putri Juliette memukul-mukul pahanya sendiri. Hal yang biasa ia lakukan saat amarahnya memuncak."Maafkan, Ibu, Sayang. Ibu tak bermaksud ingin membuatmu menjadi korban dalam permainan ini, tapi itu semua di luar dugaan Ibu. Kamu tahu kan kalau Ibu mel
Setelah hasrat keduanya tersalurkan, Raja Rehard tertidur di pangkuan selir cantiknya itu. Namun Zelena membiarkannya saja. Wanita itu tak menyangka kalau saat ini ia sedang berdekatan dengan seorang raja. Tak pernah ia bermimpi bisa seperti ini. Zelena mendekatkan bibirnya pada telinga sang raja dan ia membisikkan sesuatu,”Rajaku Sayang, aku tak hanya menginginkan menjadi selirmu saja, tapi aku ingin menjadi wanita nomor satu dalam hatimu. Ya, Permaisuri Alice akan aku singkarkan juga, tapi tentunya dengan cara yang halus. Dan aku punya caranya!” Sebuah senyuman licik mengembang di sudut bibirnya. Sang raja tak mendengar itu, lelaki perkasa itu terlihat terlelap sekali. “Ibu! Ibu!” Zelena tersentak dari lamunannya. Suara teriakan Putri Juliette memaksanya untuk kembali masuk ke dalam kehidupannya saat ini. Bayangan-bayang masalalunya seketika menghilang.
Pekerja tua itu terus menatap Putri Juliette hingga menghilang."Putriku sekarang ini adalah putri seorang raja yang berkuasa di negeri ini. Bagaimana aku bisa dekat dengannya, atau sekedar untuk memeluk tubuhnya. Kerinduan ini tak mungkin terhapus tanpa ada obat yang membuatnya hilang dengan sendirinya." Robinson diam, ia tak sadar ada yang sedang memperhatikannya."Maaf, lelaki tua! Apakah kau baru bekerja di sini?" Seorang lelaki berpakaian seragam kebesaran kerajaan datang mendekat pada pekerja tua itu."Y-y-ya, Tuan!" jawabnya tergagap.Pandangannya berpindah pada sosok lelaki yang saat ini ada di sampingnya.Matanya sedikit menyipit, ia mencoba mengenali orang itu."Aku sepertinya tidak asing dengan orang ini," pikirannya dalam hati.&n
Jose masuk ke dalam istana.“Emilly harus tahu kalau besok Putri Juliette akan memulai penyelidikan terhadap hilangnya perhiasan Permaisuri Alice.”Jose menuju kamar gadis itu.Setelah mengetuk beberapa kali pintu itu, tiba-tiba pintu langsung terbuka.“Paman Jose …?” Emilly terkejut dengan siapa yang ada di hadapannya. Matanya menatap lelaki itu dengan rasa penuh tanda tanya. Sebab ini adalah hal jarang terjadi, Jose mendatanginya sampai ke kamarnya.“Emilly, maaf jika aku mengganggumu. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan padamu!” Jose berbisik saat mengatakan itu. Wajahnya menoleh ke kanan ke kiri mengawasi keadaan sekitarnya. Ia tak ingin pembicaraannya dengan Emilly ada yang mendengarnya.Ternyata, sekitar kamar gadis itu terlihat sepi, sebab orang-orang sibuk melakukan kegiatannya masing-masing.
"Bukan … bukan aku sok tahu, Freddy, tapi itu hanya dugaanku saja.""Sama saja, Dorothy!" Bibir tebal lelaki itu mencibir pada sang istri.Dorothy hanya diam, ia tak ingin menanggapi lagi ucapan Freddy, lelaki yang sedikitpun tak pernah bersikap romantis pada dirinya."Ayo, kita pulang! Matahari sudah mulai meninggi!" Lelaki itu bangkit dan berjalan menuju sapi-sapinya.Dorothy yang masih terlihat diam, akhirnya mengikuti juga langkah sang suami."Ayo, kita pulaaaang!" Freddy dengan suaranya yang melengking meminta pada sapi-sapinya itu untuk kembali ke kandang mereka.Dorothy pun membantunya.Setelah selesai memasukkan sapi-sapinya masuk ke dalam kandang, lalu keduanya pun masuk ke dalam rumah mereka yang sederhana namun
Bab 37. Kedatangan Tamu Istimewa “Dorothy coba lihat siapa yanga datang!” Freddy menggerakkan tubuh istrinya itu. Matanya membuka sedikit, lalu membesar setelah tahu siapa yang datang. “Freddy, apakah aku tidak salah lihat?” “Nyonya Dorothy … apa kau tidak suka aku datang?” Wilona alias Putri Kimberley mendekat dan duduk di sisi ranjang. “Ooooohhhhh … Wilona, sungguh aku mengharapkan kau datang. Dari tadi malam aku dan Freddy hanya membicarakanmu dan berharap kau datang mengunjungi kami di sini,” mata itu mulai berair, dan jatuh di kedua pipinya yang keriput. “Betulkah, Nyonya Dorothy?” tangannya langsung memeluk tubuh itu. Dorothy hanya mengangguk, mulutnya tak mampu untuk bicara, hanya isakannya saja yang kini mulai terdengar.