“Sebentar, Nyonya Dorothy, biar aku lihat Tuan Freddy. Semoga tidak terjadi apa-apa dengannya,” ujar gadis itu, dan langsung bangkit dari duduknya.
Setelah berada di luar kamar, Putri Kimberley, mengedarkan pandangannya, matanya mencari-cari arah sumber suara lelaki itu. Akhirnya, ia mendapatkannya.
Putri Kimberley, melangkahkan kakinya menuju ke luar arah depan rumah itu.
“Ada apa Freddy?” tanyanya saat ia sudah berada di dekat lelaki itu.
“Lihat Wilona, rombongan prajurit istana baru saja lewat!” jawabnya, sambil tangannya menunjuk ke arah jalanan.
Ekor mata Putri Kimberley melihat apa yang dikatakan lelaki itu barusan.
Dilihatnya memang banyak sekali para prajurit dari istana Kerajaan White Tiger di sana, mereka menunggangi
Putri Kimberley menunduk. Gadis itu bingung harus melakukan apa. Mengaku tentang siapa dia sebenarnya, atau terus menyimpan semuanya rapat-rapat sampai saatnya tiba ia bisa mengungkapnya.“Wilona, seperti ada yang kau sembunyikan padaku. Apa kau tidak menganggap aku ini sebagai orang yang kau sayangi?” suara Dorothy mulai merendah, ia tak ingin gadis cantik yang membuatnya jatuh hati ini merasa takut mendengar suaranya yang keras.“Heeem, Nyonya boleh aku habiskan susu ini?” Putri Kimberley berusaha mengalihkan pembicaraan, padahal susu dalam gelasnya sudah habis.Dengan tersenyum tipis, Dorothy mengangguk kecil.“Tapi, susu dalam gelasmu itu sudah habis, Sayang,” ucapnya sambil menahan rasa gelinya melihat tingkah canggung gadis itu,“Oh…” mu
"Kim, dari mana kau kenal dengan Dorothy?""Saat aku pertama kali hendak pergi mengikuti tes menjadi perawat kuda Pangeran Alden waktu itu, Bu. Aku beristirahat di rumahnya," jelasnya sambil bermanja memeluk tubuh ibunya. Kerinduannya pada sang ibu membuatnya ingin selalu dekat pada wanita ini."Oh, aku rasa Dorothy yang kau maksud adalah Dorothy yang aku kenal itu. Apa kau pernah menceritakannya padaku?" Lagi-lagi ia mencoba mengingat soal Dorothy."Sepertinya belum, Bu. Tapi, entahlah. Aku sering lupa dengan apa yang pernah aku katakan, mungkin karena kesibukan ku merawat kuda-kuda Pangeran Alden. Oh, ya, dua kesayanganku, Rury dan Jessy mana Bu?""Mereka ada di bawah. Besok kau bisa menemuinya." Permaisuri Alice masih penasaran dengan wanita bernama Dorothy tadi."Iya, Bu, aku sanga
Putri Kimberley terus nekat menuruni anak tangga untuk mendatangi kandang Jessy dan Rurry, dua hewan kesayangannya.Teriakan sang ibu tak lagi digubrisnya. Selama seminggu tidak pernah bertemu dengan keduanya membuat kerinduan di hati Sang Putri kian membuncah."Jessy! Rurry! Aku datang!" teriak Putri Kimberley memecah kesunyian malam.Dengkuran binatang malam pun seakan ikut berpacu mengisi kesunyian malam itu. Namun sedikit pun tidak membuat nyali Putri Kimberley menjadi ciut. Tak ada ketakutan yang menghinggapi hatinya saat itu."Ngghhhiiik! Ngghhhiiik!" ringkikan Jessy kuda kesayangan Sang Putri pun terdengar seolah ingin menyambutnya. Kreeeiiikkk …Tangan gadis cantik itu pun terlihat tak ragu saat membuka pintu kandang keduanya."Heiiii … apa kalian sudah tidur?" Bola matanya ia besarkan mencoba menembus pekatnya malam."Ngghhhiiik …" "Kau kah itu Jessy?" tangannya meraba-raba ruangan tempat tinggal kedua hewan kesayangannya itu, mencoba meraih keduanya.Haaaappp …Tiba-tiba a
"Tuan, coba ikut aku, cepat! Atau kau tidak akan bisa melihat bagaimana permaisurimu yang sangat kau puja-puja itu sedang menghianatimu." Zelena menarik tangan sang raja dengan pengawalan ketat dari para pengawal kerajaan. "Apa maksudmu, Zelena?" Rehard menghentakkan tangannya, berusaha melepaskan tarikan tangan Zelena, selirnya itu. Zelena tentu saja tak dapat memaksanya, meski lelaki itu adalah suaminya. Suaminya yang menganggapnya sebagai wanita pemuas nafsunya saja. Zelena dengan senyum liciknya terus berjalan di samping lelaki itu. "Pengawal, buka pintu kamar itu!" teriak Zelena keras. Bruuukkk …
Alice terus memberanikan diri untuk mengintip keluar, ia penasaran dengan suara itu. Namun akhirnya ia bisa bernapas lega, saat ia tahu yang ada di balik dinding rumah kayunya itu, hanyalah seekor burung hantu yang sangat besar. *** Tujuh belas tahun kemudian ... "Hiiiiyaaaa ... pintar kamu, Jessy! Ayo coba kejar aku!” Sepasang kaki indah terlihat berlarian di atas hamparan rumput hijau tanpa alas kaki. Sedang seekor kuda berwarna putih terus mengejarnya. “Kita istirahat dulu, Jessy. Aku lelah ...” Gadis bermata coklat yang mengenakan gaun vintage berwarna putih itu kemudian terlihat merebahkan tubuhnya di atas hamparan rumput hijau. Jessy dengan setia ikut-ikutan menjatuhkan diri di dekatnya. “Ayolah, Jessy, sekarang kamu bisa makan sepuasnya! Dan sekarang tinggalkan aku! Aku ing
“Hai, Nyonya! Kenapa kau tutup mulut putrimu?’' Seorang pria paruh baya bertanya padanya. “Maaf, Tuan, putriku suka sekali memaki, jadi aku minta dia untuk diam saja.” Alice beralasan. Lelaki itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil tertawa mendengar jawaban Alice. “Gadis secantik dia bagaimana bisa mengeluarkan kata-kata makian? Ha ...ha ... ha ... ini kedengarannya lucu sekali!” Lelaki bernama Deke itu terus tertawa, membuat Alice dan Kimberley tertunduk malu, wajah mereka terlihat merona. “Berarti dia sama seperti Putri Juliette, anak raja kita, Tuan Rehard” Samantha mendengus kesal. “Halo, Samantha, Putri Juliette bukan putri raja, tapi dia hanya seorang anak dari seorang pelayan wanita yang dijadikan selir oleh raja kita. Setelah Permaisuri Alice terusir bersama bayinya, Putri Kimberley, karena dituduh menjalin hubungan gelap dengan pengawaln
"Pengumuman! Pengumuman! Kami dari Kerajaan Strong saat ini sedang mencari seorang perawat kuda untuk merawat kuda-kuda Pangeran Alden, Putra Mahkota Kerajaan Strong. Ini tak terbatas untuk siapapun, pria atau wanita, tua atau muda, yang terpenting adalah ia memiliki keahlian merawat kuda dengan baik. Mulai besok akan dimulai test untuk itu. Upah yang akan diberikan pihak kerajaan adalah sebesar 20 koin emas setiap bulannya untuk siapa yang menjadi perawat kuda Pangeran Alden. Sekian dan terima kasih!” Lalu rombongan utusan dari Kerajaan Strong langsung meninggalkan pasar. Keriuhan pun mulai terjadi. “Aku akan mencobanya!” Lelaki tua berhidung bulat berteriak lantang dengan penuh percaya diri kepada orang-orang di sekitarnya. “Kau bisa apa, Jerry? Urus saja daganganmu!” Wanita tua berambut keriting terlihat kesal terhadap lelaki itu. “Aku juga ingin menco
"Tidak usah membantahku!" teriak Alice. *** “Jessy, antarkan Putri Kimberley sampai ke tepian hutan! Baru setelah itu kau harus kembali!” Alice mengelus-elus punggung kuda putih itu. “Ngiiiiiikkkk ... ngiiiiikkkk ...” Jessy meringkik seolah mengerti perintah Alice. Meski berat, akhirnya Putri Kimberley naik ke punggung Jessy, kuda putih yang manis, yang selalu setia padanya. Putri Kimberley pun melambaikan tangan pada Alice. Alice membalas lambaian tangan putrinya itu sambil matanya tampak berkaca-kaca. Haaaap ... haaaaap ... haaaaap ... si gendut Rury pun ikut mengejar tuannya. Sampai di tepi hutan, Jessy menghentikan larinya, Putri Kimberley pun langsung melompat turun dari punggung kuda itu. “Terima kasih Jessy, Sayang! Doakan aku bisa berhasil menjadi perawat kuda Pang