Keduanya lalu saling berpandangan.
"Ayo kita lihat keluar!" Rebecca menarik tangan Emilly. Dan gadis itu pun bangkit, lalu berjalan mengikuti Rebecca.
Mereka angkat gaun mereka sedikit, agar mereka dapat dengan mudah berlari menuju ke halaman samping istana untuk melihat apa yang sedang terjadi.
Keriuhan mulai terdengar. Suara derap langkah kaki kuda pun memekakkan telinga.
"Ada apa ini sebenarnya?" Rebecca bergumam, sambil sepasang kaki tuanya terus berlari menuju ke tempat itu.
"Kita lihat saja nanti, Nyonya!" Napas Emilly tersengal, sangat susah payah ia mengaturnya.
Saat sampai di pintu samping istana, keduanya terperanjat saat mereka lihat kuda-kuda berlarian kian kemari. Ringkikan mereka pun jadi satu dengan suara derap langkah mereka.
Rebecca dengan tertatih berdiri, lalu berjalan menuju pintu.Kreeeiiikkk …Setelah pintu kamarnya terbuka, tampak dua orang wanita yang memakai gaun dan perhiasan yang sangat indah, mereka adalah Zelena dan Putri Juliette.Keduanya tampak bertolak pinggang. Mata membesar seperti hendak keluar dari rongganya.Pemandangan itu sungguh membuat Rebecca ketakutan."A-a-ada apa …?" Rebecca tergagap, dan pandangannya tak mau lepas menatap wajah mereka yang mengerikan."Apakah kau menyembunyikan si tolol itu?" bentak Zelena dengan suara lantangnya, tentu saja itu membuat telinga Rebecca dan kedua orang lainnya pekak."Siapa yang kau maksud, Permaisuri?" Seperti tidak tulus Rebecca saat menyebut dengan sebutan
Terhuyung-huyung Putri Kimberley saat tarikan tangan kekar Chaiden membawanya untuk keluar dari kamar Rebecca.Emilly, Rebecca dan kedua wanita licik itu hanya memandangi mereka dengan tatapan tak berdaya."Hei, awas minggir!" Para orang-orang kepercayaan Pangeran Alden meminta Putri Juliette dan Zelena menggeser tubuh mereka agar Wilona dan Chaiden dapat keluar dengan mudah."Dasar sialan!" maki Putri Juliette kasar. Wajahnya sudah serupa peri jahat yang tak punya hati."Pangeran, apa kita langsung kembali ke kerajaan kita? Sementara hari sudah mulai gelap!" Salah seorang kepercayaan Pangeran Alden menanyakan rencana mereka selanjutnya.Pangeran Alden yang dari tadi hanya diam, menoleh sekilas pada orang kepercayaannya itu, lalu kembali menatap lurus kedepan sambil terus mengayun lang
Setelah menginap semalaman di Kerajaan White Tiger, rombongan Pangeran Alden pun bergerak meninggalkan istana kerajaan itu.Kunjungan yang semula bertujuan untuk membicarakan hubungannya lebih lanjut dengan Putri Juliette dan untuk mempererat hubungan antar kerajaan ternyata batal.Peristiwa bodoh yang didalangi oleh Zelena dan Putri Juliette sendiri membuat Pangeran Alden harus berpikir ulang lagi untuk rencananya itu. Ia harus berbicara lagi dengan ayahnya, Raja Daltun dan ibunya, Permaisuri Sarah.Sungguh Sang Pangeran tak pernah menyangka tujuan baiknya mengunjungi karajaan Raja Rehard hanya meninggalkan kekesalan dan penyesalan saja di hati lelaki tampan nan rupawan itu.Sepanjang perjalanan kembali ke kerajaannya, wajah Pangeran Alden terlihat muram. Pangeran yang terkenal dengan kesabarannya ini entah kenapa sangat mar
"Kalau begitu ayo, Ibu lanjutkan pembicaraan Ibu tadi!" Suara Pangeran Alden terdengar cukup tegas, sepertinya ia tidak main-main menghadapi masalah ini."Ibu hanya ingin mengatakan bahwa sebenarnya yang kami jodohkan dengan kau adalah Putri Kimberley, putri Raja Rehard dari permaisurinya yang bernama Permaisuri Alice, yang disebut ayahmu tadi. Itu saja!" Wanita itu menatap dalam-dalam kedua mata putranya itu. Sebenarnya ia tidak ingin perjodohan ini dari dulu, sebab ia memang dari dulu tidak menyukainya sosok Zelena yang dikenalnya hanya seorang selir yang terkenal licik, walau wajahnya sungguh cantik dan menawan.Intuisinya mengatakan kalau Putri Juliette bukanlah anak biologis dari Raja Rehard. Tapi itu hanya sebatas dugaan yang tidak memiliki bukti."Jadi, mana keduanya, Bu?" todong Pangeran Alden lagi pada Permaisuri Sarah."H
Kekesalan Putri Juliette belum bisa hilang.Dari sang ayah, Raja Rehard, Putri Juliette tahu bahwa Pangeran Alden ingin membatalkan pernikahan mereka.Sebenarnya, tujuan kunjungan Sang Pangeran kemarin itu salah satunya adalah ingin membicarakan lebih lanjut tentang rencana pernikahan mereka.Tapi malang, niat licik sang ibu, Zelena berakibat fatal. Zelena hanya membuat hancur segala impian sang putri."Ibu, Ibu terlalu nekad melakukan hal bodoh itu. Ibu apa tidak memikirkan akibatnya? Sekarang aku yang harus menjadi korban dari kebodohan tersebut." Putri Juliette memukul-mukul pahanya sendiri. Hal yang biasa ia lakukan saat amarahnya memuncak."Maafkan, Ibu, Sayang. Ibu tak bermaksud ingin membuatmu menjadi korban dalam permainan ini, tapi itu semua di luar dugaan Ibu. Kamu tahu kan kalau Ibu mel
Setelah hasrat keduanya tersalurkan, Raja Rehard tertidur di pangkuan selir cantiknya itu. Namun Zelena membiarkannya saja. Wanita itu tak menyangka kalau saat ini ia sedang berdekatan dengan seorang raja. Tak pernah ia bermimpi bisa seperti ini. Zelena mendekatkan bibirnya pada telinga sang raja dan ia membisikkan sesuatu,”Rajaku Sayang, aku tak hanya menginginkan menjadi selirmu saja, tapi aku ingin menjadi wanita nomor satu dalam hatimu. Ya, Permaisuri Alice akan aku singkarkan juga, tapi tentunya dengan cara yang halus. Dan aku punya caranya!” Sebuah senyuman licik mengembang di sudut bibirnya. Sang raja tak mendengar itu, lelaki perkasa itu terlihat terlelap sekali. “Ibu! Ibu!” Zelena tersentak dari lamunannya. Suara teriakan Putri Juliette memaksanya untuk kembali masuk ke dalam kehidupannya saat ini. Bayangan-bayang masalalunya seketika menghilang.
Pekerja tua itu terus menatap Putri Juliette hingga menghilang."Putriku sekarang ini adalah putri seorang raja yang berkuasa di negeri ini. Bagaimana aku bisa dekat dengannya, atau sekedar untuk memeluk tubuhnya. Kerinduan ini tak mungkin terhapus tanpa ada obat yang membuatnya hilang dengan sendirinya." Robinson diam, ia tak sadar ada yang sedang memperhatikannya."Maaf, lelaki tua! Apakah kau baru bekerja di sini?" Seorang lelaki berpakaian seragam kebesaran kerajaan datang mendekat pada pekerja tua itu."Y-y-ya, Tuan!" jawabnya tergagap.Pandangannya berpindah pada sosok lelaki yang saat ini ada di sampingnya.Matanya sedikit menyipit, ia mencoba mengenali orang itu."Aku sepertinya tidak asing dengan orang ini," pikirannya dalam hati.&n
Jose masuk ke dalam istana.“Emilly harus tahu kalau besok Putri Juliette akan memulai penyelidikan terhadap hilangnya perhiasan Permaisuri Alice.”Jose menuju kamar gadis itu.Setelah mengetuk beberapa kali pintu itu, tiba-tiba pintu langsung terbuka.“Paman Jose …?” Emilly terkejut dengan siapa yang ada di hadapannya. Matanya menatap lelaki itu dengan rasa penuh tanda tanya. Sebab ini adalah hal jarang terjadi, Jose mendatanginya sampai ke kamarnya.“Emilly, maaf jika aku mengganggumu. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan padamu!” Jose berbisik saat mengatakan itu. Wajahnya menoleh ke kanan ke kiri mengawasi keadaan sekitarnya. Ia tak ingin pembicaraannya dengan Emilly ada yang mendengarnya.Ternyata, sekitar kamar gadis itu terlihat sepi, sebab orang-orang sibuk melakukan kegiatannya masing-masing.