Rans kaget dengan kedatangan Bagus ke kantornya. Rans tidak menyangka sama sekali Bagus akan pulang ke Indonesia. Memang, kondisi saat ini tidak akan membahayakan. Karena , Adhitama juga sudah tidak bisa berbuat apa-apa dari Nusa Kambangan sana. Tapi, tetap saja Rans merasa kaget.
"Kapan kau kembali dari Malaysia?" tanya Rans.
"Sudah hampir 10 hari bos. Anak- anak ingin kembali dan bekerja di Indonesia saja. Aku membeli rumah di Jakarta timur. Saat ini, aku juga sedang membuat toko sembako. Aku ingin memiliki grosiran. Usaha kecil-kecilan. Tapi, kalau bisa apakah aku boleh meminta pekerjaan juga dari bos? Apa saja bos."
Rans terdiam, ia memandang Bagus. Usia Bagus sudah tidak muda lagi. Di kantornya ia mempekerjakan fresh graduate S1 dan S2 untuk bisnis- bisnisnya. Hanya untuk jabatan tertentu saja Rans memperkerjakan orang lama yang memang sudah kompeten di bidangnya dan juga loyal pada perusahaannya.
Rans memang tid
Ethan dan KaylaKayla menatap Ethan yang sedang berdiri bersandar di mobilnya. Ia mengerutkan dahinya."Kau tidak ada pekerjaan lain? Ada apa?"tanya Kayla."Aku ingin bicara Kay, kau bisa meluangkan waktumu?""Penting?""Kalau aku mengatakan penting, mungkin bagimu tidak terlalu. Tapi, jika aku mengatakan tidak penting mungkin bagimu bisa menjadi penting."Kayla menghela napas panjang. "Aku membawa mobil, bagaimana kalau kita menyetir mobil masing-masing. Kita tentukan mau bertemu di mana.""Aku tidak membawa mobil," cicit Ethan. Kayla mengerutkan dahi sambil berdecak. "Lalu, bagaimana kau sampai sini?""Anak buahku banyak. Aku meminta mereka mengantarku kemari.""Haaah, kau ini merepotkan saja. Kau yang menyetir saja kalau begitu," ujar Kayla sambil menyerahkan kunci mobilnya."Ethan tertawa kecil. "Baikl
Rans mengepalkan tangannya dengan kesal. Bagaimana mungkin barang senilai 1 milyar rupiah bisa tertangkap. Ini pertama kalinya dalam sejarah penyelundupan barang haram miliknya."Bagaimana kau mengurus semua ini, Ethan?!"hardik Rans."Ada mata- mata itu sudah pasti.""Tapi, bukankah kau sudah menyuap bea cukai?!"cecar Rans."Aku memang menyuap mereka, tapi kemarin bukan mereka yang bertugas di pelabuhan. Dan, polisi yang bertugas juga bukan anak buah Erza.""Anak buah yang tertangkap?""Aku pastikan mereka akan tutup mulut. Selama keluarga mereka aman.""Bangsat!"maki Rans.Ethan hanya mengendikkan bahunya. "Aku akan mengurus dulu mereka, untung saja hari ini aku tidak menyuruh mereka membawanya bersamaan dengan barang-barang yang akan aku kirim dari pabrik minumanku, jika tidak aku yang akan kena duluan."Rans menghela napas. Ia merasa kesal."Sementara waktu, hentikan dulu p
TIDAK ADA BUKTISetelah hampir 4 jam menggeledah kantor dan pabrik milih Ethan, KOMPOL Agung dan anak buahnya pun langsung pamit. Mereka tidak menemukan bukti apapun di sana. Bahkan, Agung sempat memeriksa catatan accounting perusahan Ethan. Semua bersih, tidak ada yang mencurigakan."Bagaimana, Komandan? Sudah puas memeriksa saya?" tanya Ethan."Kami mohon maaf. Pagi tadi kami mendapat laporan bahwa saudara Ethan adalah bos dari saudara Dion dan Vandi yang kemarin kami tangkap atas kepemilikan narkoba. Jadi, kami harus mengikuti prosedur untuk memeriksa saudara.""Usaha saya cukup maju, komandan. Rasanya saya tidak perlu melakukan usaha haram untuk menambah pundi- pundi kekayaan saya," ujar Ethan dengan sedikit congkak.Agung hanya tersenyum kecil. Dia menyalami Ethan dan kemudian meninggalkan kantor itu. Ethan menghela napas panjang dan tetap duduk di kursi
LaporanKayla duduk di sebuah cafe dengan tenang sambil menyesap coklat panas dan menikmati sepotong strawberry cheese cake. Di hadapannya kini duduk Bagus dengan segelas kopi."Rans seperti nya sedang merencanakan sesuatu, Kay. Tadinya, Om ditempatkan di sebuah pabrik pembuatan shabu-shabu. Tapi, mendadak Rans menarik Om ke kantornya dan menempatkan om di kantor properti miliknya. Dan, kemarin om mendengar Rans memanggil Rudy Reasoa."Kayla mengerutkan dahinya. "Siapa itu, Om?""Dia itu ahlinya menghilangkan orang, Kayla. Jika pengusaha atau pejabat butuh jasa dept colector, atau pembunuh bayaran yang profesional, maka mereka akan datang pada Rudy. Dia sudah tua, tapi masih disegani. Anak buahnya di mana-mana dan terkenal sangat profesional dalam bekerja. Mereka tidak akan buka mulut jika tertangkap dan akan mengak
Sejak pertengkarannya dengan Rans tempo hari, Ethan menarik beberapa orang yang dia percaya untuk tinggal di rumahnya. Seperti Theodore dan Jefry atau Mahendra. Di antara sekian banyaknya anak buah, entah mengapa Ethan lebih percaya kepada Theodore dan Jefry. Meskipun Ethan tidak tau bahwa Jefry adalah anggota kepolisian yang diperintahkan Galang untuk menyamar. Beberapa security pun berjaga 24 jam di rumah, kantor dan pabrik milik Ethan. Ethan tau, itu semua adalah modal pemberian Rans. Tapi, dia yang mengelola bisnis dan usahanya hingga bisa berkembang seperti sekarang ini. Dan, dari bisnis haram yang Rans lakukan, Ethan tidak mendapat 50 persenpersen keuntungan . Seluruh keuntungan selalu ia setorkan kepada Rans. Dan, Ethan tidak pernah mempermasalahkan hal itu selama ini. Karena ia menghargai budi baik Rans. Tapi, kali ini saat tau niat Rans untuk menghabisi dirinya, Et
Kayla baru saja hendak pergi ke rumah sakit saat Galang datang. Kayla mengerutkan dahinya."Ada apa Lang? Pagi- pagi sekali?" sapa Kayla."Kau akan pergi ke rumah sakit?aku sudah izin supaya kau tukar jadwal pada mama," kata Galang.Paramitha yang mendengar percakapan Galang dan Kayla langsung bergegas menghampiri."Ada apa ini, Nak Galang? Ayo masuk, jangan di depan pintu seperti ini." Paramitha langsung menarik tangan Galang untuk masuk.Galang menatap Kayla dan Paramitha bergantian."Kay, Ethan meninggal kemarin. Mobilnya terbakar dalam perjalanan menuju kota Bandung."Kayla terkesiap kaget. Ia merasakan nyeri di dadanya. Matanya terasa panas. Ia menatap Galang dengan tajam."Kau jangan bercanda. Ini bukan permainan, Lang. Ini nyawa orang," ujar Kayla dengan suara bergetar. Sementara Paramitha memeluk bahu putrinya itu seolah ingin memberi kekuatan."Aku serius, jenazahn
Rans dan Karina pulang ke rumah bersama setelah pemakaman Ethan selesai. Karina terlihat sedikit sedih, namun Rans tidak. Dia begitu tenang bahkan tanpa beban sama sekali."Kau tidak nampak sedih sama sekali,"komentar Karina. Rans menoleh dan tersenyum pada istrinya itu."Aku sedih tentu. Kau tau sendiri aku yang sudah membesarkan Ethan dan membimbingnya. Bohong kalau aku katakan aku tidak sedih. Dia sudah aku anggap seperti adikku sendiri.""Tapi, aku sama sekali tidak melihatmu merasa kehilangan, Rans."Rans menatap Karina tajam. Untuk pertama kalinya Rans mendengar Karina hanya memanggil namanya saja."Kau marah?""Yaa, aku marah. Karena kau menyembunyikan sesuatu dariku. Aku mengenal dirimu bertahun-tahun, Rans. Dan, aku bisa membedakan saat kau berdusta dan jujur hanya dari raut wajahmu. Aku tau, kau banyak menyembunyikan kebohongan dariku. Jangan kau pikir aku diam karena aku tidak tau, Rans!"seru Karina.&nb
BUKAN MILIKMUEmpat puluh hari kemudian dengan penuh percaya diri, Rans memasuki kantor milik Ethan. Ia mengumpulkan semua staff dan karyawan di aula. Termasuk pegawai- pegawai yang bekerja di pabrik. Semua ia kumpulkan. Rans merasa, bahwa apa yang menjadi milik Ethan selama ini akan jatuh ke tangannya karena Ethan tidak memiliki siapa pun. "Saya mengumpulkan kalian disini untuk memberikan pengumuman penting. Seperti yang kalian ketahui, empat puluh hari yang lalu bos kalian Ethan meninggal dunia akibat kecelakaan. Jadi, secara otomatis saya yang akan menjadi pemilik resmi kantor dan pabrik makanan ini. Karena, modal awal berdirinya perusahaan ini adalah dari saya. Jadi, mulai hari ini semua akan saya ambil alih semuanya. Dan, indrafood akan menjadi anak perusahaan dari Fanrong corporation. Jadi-" "Maaf, Pak Rans yang terhormat, saya membawa surat wasiat resmi dari almarhum sau
_15 tahun kemudian_ Bima membaca surat terakhir yang ditulis oleh Rans. Di surat terakhir ini, lebih tebal dari biasanya. Juga di surat terakhir ini Rans bercerita banyak hal kepadanya. Usia Bima hari ini genap 20 tahun. Ia menatap Karina yang duduk di hadapannya. Hari ini, untuk pertama kali Bima mengerti bahwa wanita yang selama 20 tahun ini merawat dan membesarkannya ternyata bukan ibu yang melahirkannya ke dunia ini. Bima juga harus berlapang dada mengetahui semua kebenarannya. Tentang almarhum Guan dan Rans. Selama ini, Karina memang tidak pernah mengatakan apa pun. Itu semua karena Karina ingin menjaga kebanggaan Bima tentang Papinya. Karina membawa Bima tinggal di Thailand karena ia tidak ingin Bima mengetahui soal Rans dari orang lain. Karina ingin menunggu sampai Bima dewasa dan siap menghadapi semua kenyataan dan kebenaran yang ada. Ba
-2 Tahun kemudian Kayla pagi ini kelihatan cantik dengan kebaya dan riasan pengantin adat Jawa Barat. Kayla mengenakan siger di kepalanya, siger Sunda itu sendiri memiliki makna yang cukup.Dengan meletakkan siger pada kepala, pengantin wanita pada dasarnya telah meletakkan kearifan, rasa hormat, dan kebijaksanaannya sebagai prioritas dalam pernikahan. Sebagai istri, siger merupakan simbolisasi harapan kearifan, hormat dan kebijaksanaan. Selain sigernya itu sendiri, riasan adat siger yang Kayla pakai juga disertai dengan hiasan-hiasan pada sanggul seperti kembang tanjung. Kembang tanjung adalah 6 pasang bunga yang disematkan pada belakang sanggul, bentuknya seperti kupu-kupu kecil di belakang konde. Kembang tanjung sendiri bermakna sebagai kesetiaan pengantin wanita pada pria. Sebagai seorang gadis Sunda Kayla terlihat sangat cantik dengan u
Tepat di hari ke delapan, Galang membuka matanya pelahan. Kayla dan Kadita yang sedang berada di ruang perawatan tentu senang bukan main. Kadita pun langsung memanggil dokter yang menangani Galang."Ma, Bang Theo dan Ethan sudah kembali?" tanya Galang."Sudah, mereka sudah mama beri kabar. Mereka akan datang, Om- mu sedang menjemput mereka.""Kayla ....""Aku di sini. Kau jangan banyak bicara dulu. Kau sudah delapan hari koma dan kau belum boleh banyak bicara."Galang menggelengkan kepalanya dan tersenyum manis."Aku mencintaimu, Kay dan kau sangat tau hal itu. Aku ingin melihatmu bahagia," kata Galang dengan lirih.Kayla menggenggam tangan Galang dan membelai rambut pemuda itu."Aku juga sayang kepadamu."Kadita yang duduk di dekat mereka hanya bisa menangis dan menggenggam tangan Galang yang satunya. Tak berapa lama pintu kamar terbuka. Tampak Agung masuk bersama Theodore dan Ethan. Mereka
Siang itu, Kayla dan Agung sudah berada di Bandara Soekarno-Hatta untuk menjemput Kadita, Ethan dan Theodore. Kayla nampak sedikit gelisah, ia penasaran seperti apa penampilan Ethan dan Theodore sekarang. Terakhir mereka melakukan panggilan telepon, Ethan tidak bersedia untuk melakukan video call. Sehingga Kayla hanya bisa mengira- ngira bagaimana wajah Ethan sekarang. Setelah beberapa lama menunggu pesawat Kadita pun landing. Dari kejauhan, Kadita langsung melambaikan tangan saat melihat Kayla. Kayla membalas lambaian tangan Kadita. Untuk sejenak, Kayla terpaku pada kedua lelaki yang berjalan di belakang Kadita. Ia yakin mereka adalah Ethan dan Theodore. Tapi, Kayla belum bisa memastikan yang mana Ethan dan yang mana Theodore.Mereka tidak sempat bicara panjang lebar. Agung langsung membawa Kadita ke rumah sakit tempat Galang dirawat.“Bagaimana bisa dia tertembak, Bang?” tanya Kadita.&ldq
Karina berjalan dengan mantap menuju kantor polisi. Dia baru saja tiba di Jakarta tanpa membawa Bima. Kepada Rengganis, ia mengatakan bahwa ia harus ke Jakarta untuk mengurus perceraian. Tetapi, bukan hanya itu. Ia ingin menemui Rans Surat terakhir dari papinya ia simpan dengan rapi di dalam tasnya. Galang yang kebetulan baru saja menjenguk Hans merasa sedikit terkejut. Kabar terakhir yang Galang dengar, Karina sedang mengurus proses perceraian. Bahkan menurut orang kedutaan Karina tidak mau ikut campur dengan apa yang menimpa suaminya Jelas, kedatangan Karina menjadi sebuah kejutan bagi Galang. Ia langsung menyuruh anak buahnya untuk membawa Hans bertemu dengan istrinya di ruangan khusus. Melihat Karina, mata Hans yang tadinya kosong tanpa gairah mendadak berbinar ceria. Namun, ia menahan diri untuk tidak memeluk istri tercintanya itu."Kau datang? Mana Bima?" tanya Rans Karina merasa gamang. Perasaannya saat ini campur adu
DOR!DOR!DOR!“GALAANG!” Agung berteriak. Ia tidak menyangka jika keponakannya itu akan menghalangi peluru yang ditujukan kepadanya. Sementara Rans sendiri terkena tembakan di bagian bahu.Tanpa menunggu lama Agung langsung menelepon ambulance dan membawa Agung ke rumah sakit.++"Saudara Rans, saya ingin menyampaikan berita duka. Ayah mertua Anda, meninggal dunia karena bunuh diri. Kami mendapatkan informasi dari kedutaan besar di Thailand. Kami juga sudah menghubungi istri Anda. Tapi, sepertinya istri Anda menolak untuk menemui Anda. Apakah ada yang lain yang ingin Anda sampaikan?" Rans terdiam, Guan meninggal? Bunuh diri? Ah, sebenarnya apa yang telah terjadi?"Jika kepolisian ingin mengusut asset penghasilan saya di perusahaan tidak akan bisa menemukan. Segala penghasilan saya dari usaha narkotika tidak pernah saya campur adukkan dengan bisnis saya yang bersih. Silak
Karina tak kuasa saat melihat jenazah Guan di kremasi. Menurut kepercayaan yang masih di anutnya, jauh hari sebelumnya Guan memang pernah berpesan, kelak jika ia meninggal ia ingin dikremasikan. Dan abunya di buang ke laut saja. Rengganis yang masih syok dengan kepergian suaminya tercinta tak sanggup menghadiri upacara kremasi. Sampai setelah beberapa hari berlalu, Rengganis masih mengurung diri dalam kamar. Ia tidak menduga sama sekali kepergian Guan yang begitu mendadak. Dan, dengan cara yang sangat mengenaskan."Mami, maafkan aku. Ini semua karena kesalahanku. Seharusnya aku tidak perlu menceritakan semuanya kepada Papi. Apa Papi benar- benar merasa terpukul karena diriku, Mami?"ujar Karina. Rengganis menatap putri semata wayangnya itu. "Sekarang, hanya tinggal kita berdua dan Bima. Papi sudah tidak ada. Lebih baik, kau mengurus hotel Papi yang ada di Phuket, Rina. Kita tinggal di
KEHANCURANErza duduk diam, ia menatap wajah KABARESKRIM Drs. Yusuf Ridwan. SH yang sedang duduk di hadapannya dengan cemas."Anda tau apa kesalahan yang telah anda lakukan, pak Erza?" tanya Yusuf dengan tenang."Sa-saya tau, Pak. Saya sudah menyalahgunakan jabatan saya dan menerima suap dalam jumlah yang tidak sedikit.""Tau resikonya apa?""Tau, Pak."Yusuf menghela napas, ia sangat menyayangkan keterlibatan Erza dalam jaringan narkoba ini. Dan, ini bukan jaringan kecil. Bahkan sudah melibatkan banyak pihak termasuk bea dan cukai. Bahkan sudah di kirimkan ke luar negeri."Anda adalah aparat hukum, Pak Erza. Seharusnya, anda melindungi hukum. Bukan malah anda melindungi orang-orang yang seharusnya anda tangkap dan anda masukkan ke dalam jeruji besi. Terlebih lagi, orang ini sudah berbuat sesuatu yang merugikan orang lain. Memfitnah dan membuat orang lain yang tidak bersalah justru menjalani h
Rengganis dan Guan tentu kaget dengan kedatangan Karina dan Bima yang tiba-tiba tanpa kabar terlebih dahulu. Apalagi sejak datang, Karina tidak mau menceritakan apa yang sudah terjadi. Ia hanya menjawab seperlunya saja. Jika di tanya mengapa hanya menggelengkan kepalanya."Sebenarnya ada apa Karina? Sudah seminggu lebih kau di sini dan masih juga tidak mau bercerita pada Papi dan Mami?" tanya Rengganis dengan lembut. Guan yang melihat Karina hanya diam, merasa sedikit kesal dan penasaran. Ia pun melangkah menghampiri istri dan anaknya."Kau ini bukan anak kecil lagi. Mami dan Papi ini sudah tua. Jadi, tolong jangan membebani Papi dan Mami dengan sikap kekanak- kanakanmu," sahut Guan dengan tegas. Karina menatap Guan dan Rengganis bergantian."Ini semua tentang Rans," jawab Karina lirih."Kenapa Rans? Apa dia menikah lagi? Atau usahanya bangkrut? Ata