Detak jantungnya bekerja cepat mendapati dirinya dipandang rendah oleh wanita tak tahu diri itu.
“Surprise!!?” teriak Icha gembira.
“Bagaimana Mbak Dea?! Apa kamu terkejut!” lanjut perempuan itu. Tangan Dea menggengam erat, kepalanya terasa nyut-nyutan.
Dengan dada yang beritme tak teratur, Dea bertanya, “Apa yang ingin kamu bicarakan Icha! CEPAT KATAKAN!”
Icha langsung berdiri dan mendekati Dea, bibirnya tersungging ke atas menunjukkan seberapa besar kemenangan yang telah ia cetak.
“Haa...” Ia menghela nafasnya dengan anggun. Kemenangan ini benar-benar Icha nikmati dengan sangat baik. Setelah bersusah payah menggoda Kevin. Ini adalah waktu yang pas untuk merasakan kebahagiaanya. Dia segera mendekatkan wajahnya dan menatap mata intens Dea. Tak ingin kalah, lawannya pun menatap kedua maniknya dengan tajam.
“Kamu sudah tahu hubunganku dengan Mas Kevin kan?” tanya Icha.
“Ya, lalu?” jawab Dea santai.
“Memang apa hubunganku dengan Mas Kevin?” tanya Icha yang ingin mengoreksi jawaban rinci wanita di depannya.
“Wanita kedua, kamu yang memperkenalkan dirimu seperti itu kan?” jawab Dea diakhiri dengan pertanyaan.
Icha kembali duduk di kursinya. “Duduk dulu Dea!” perintah wanita itu.
Dea enggan mematuhi perintah wanita murahan di depannya. Namun, ia terpaksa menuruti kata-kata perempuan itu karena rasa penasaran terhadap rahasia suaminya.
Seorang pelayan mendatangi mereka berdua seraya menyajikan dua minuman di meja. Kedua perempuan itu tetap saling beradu tatapan tajam, sama-sama mempertahankan harga diri mereka.
“Thanks Mbak,” ujar Icha pada pelayan itu.
“Sama-sama.” Pelayan itu langsung mengundurkan diri meninggalkan kedua pelanggannya.
“Tidak usah bertele-tele, cepat katakan semuanya,” tegas Dea yang mulai jengah pada Icha.
Senyum perempuan itu merekah mendapati ketidaksabaran istri kekasihnya.
“Sabar Dea, aku akan mengatakannya sekarang.”
Dea hanya menatap lurus wajah Icha. Ingin sekali ia mengumpat berkali-kali bahkan menghantam kepala perempuan itu dengan kursi, tapi tak mampu ia lakukan.
Setelah menyedot minuman di depannya, Icha mulai membuka pembicaraan.
“Suamimu telah menyembunyikan kekayaan darimu dan dia akan segera MENCERAIKANMU!!” tegas Icha dengan penuh penekanan.
Jantung Dea berhenti berdetak ketika mendengar penuturan pelakor itu.
“Ketika kalian sudah bercerai, maka kamu akan menjadi gembel karena Kevin sudah merampas semua kekayaan atas namamu,” lanjut Icha. Napas Dea berderu dengan cepat.
‘Bagaimana bisa Kevin merampas semua kekayaanku. Aku kan menyimpannya pada Levi,’ batin Dea. Ucapan perempuan itu terasa seperti bualan.
“Levi yang membantu Kevin menguras kekayaanmu. Jadi kamu akan menjadi wanita gembel di jalanan De,” ucap Icha penuh penekanan. Mata Dea melebar! Tak memberikan waktu untuk Dea berpikir, Icha terus-terusan memborbardir dirinya tanpa henti.
“Kamu tidak tau kan jika Mas Kevin memiliki bisnis cafe?” ejek perempuan itu. Dea tak bergeming mendengar penuturan tersebut.
“Ditambah!!? Cafe itu AKU yang pegang! Hahaha...” tawa Icha pecah.
“Yang paling penting! Aku telah menikah dengan suamimu karena bantuan Nina! Hahahaha...!!!”
Mata Dea melotot mendengar perkataan Icha. Ini sangat mengejutkan untuknya, lidahnya terasa kelu.
Ia tak mampu mengeluarkan sepatah katapun setiap Icha mengejeknya.
Hanya wajah tegang dengan berlinang air mata yang mampu ia lakukan.
‘Dia telah menikah dengan Kevin? Dibantu Nina kakak iparku sendiri!’ pikirnya penuh tanda tanya.
‘Bagaimana bisa semua orang mengkhianatiku seperti ini? Bahkan keluarga terdekatku sendiri?’ Dea sangat shock mendengar ucapan Icha.
Pcass!!! Tanpa sadar Dea mengambil es teh di depannya lalu menyiramnya ke Icha.
“AAaaa!” teriak nyaring icha merasakan dinginnya air di wajahnya. Perempuan itu sangat terkejut tiba-tiba mendapat serangan dari istri pertama suaminya.
Brakkk!!! Daun pintu itu terbanting dengan keras.“Mas Levi!” teriak Dea di rumah kakak lelakinya.Tak ada sahutan, “Mas Levi! Mbak Nina! Cepat Keluar!” teriaknya tanpa henti memanggil tuan rumah yang tak kelihatan batang hidungnya.Emosinya tak bisa dikontrol lagi setelah melakukan pertemuan dengan Icha. Ia sempat menyiram perempuan itu habis-habisan karena ucapannya yang sangat menyakitkan. Ditambah banyak fakta tak terduga yang disampaikan istri kedua suaminya itu. Kini dia akan menghajar Levi dan Nina karena telah berani mengkhianatinya.“Apa-apaan kamu Dea!” sahut Nina istri dari Levi yang berjalan menghampirinya. Wanita itu menatap adik iparnya dengan begitu tajam, bahkan tak ada sedikit senyuman di wajahnya. Kehadiran Dea dengan perilaku tak etis itu jelas membuat pemilik rumah marah.Dengan nafas yang ngos-ngosan Dea memaksa kakak iparnya memanggil Levi.“Panggil Mas Levi sekarang!” ucap Dea penuh penekanan.“Suamiku sedang sibuk!” ketus Nina.“Panggil sekarang atau aku botaki
Dea menengadahkan pandangannya yang kabur pada kakaknya. Ucapannya terpotong setelah tangan Levi yang kekar melayang di pipinya.“Sadarkan dirimu Dea!” teriak Levi, ia tak terima jika istrinya dicaci dengan sebutan tak senonoh, meskipun pelaku itu adalah adiknya sendiri.Air mata jatuh dari pelupuk perempuan yang baru saja mendapat tamparan dari kakak tersayangnya. Hatinya terasa seperti dicabik-cabik karena mendapatkan perlakuan kasar dari Levi.“Sadar!? Kamu yang harus sadar Mas!” bentak Dea. Teriakan itu kembali membuat Levi mengernyitkan keningnya. Napasnya mulai memburu lantaran tersulut emosi. Adik perempuannya kini berani membantahnya.“Bicarakan baik-baik! Ada masalah apa hingga kamu kesetanan seperti ini?!” hardik Levi menahan emosin. Lelaki itu sangat terkejut melihat Dea yang tiba-tiba kesetanan bahkan mencacinya tanpa ampun.Direngkuh tubuh wanita itu, berharap emosinya segera reda. Ada perasaan menyesal karena telah menampar adik semata wayangnya. Ini pertama kalinya Levi
Tatapan nanar Levi ini membuat Dea semakin muak melihatnya.“Kembalikan semua yang telah kamu ambil Levi, termasuk kebahagiaanku,” ucap Dea.“A-aku-” kalimat Levi terpotong karena Dea buru-buru mengeluarkan ancaman.“Kembalikan semua hartaku yang telah kamu dan Kevin curi! Balikkan semua namaku dalam surat kekayaan yang sudah kamu ubah menjadi nama Kevin!” ucapan yang penuh dengan penekanan. Dea menarik kerah Levi,“Atau aku akan memberitahu papa mama kalau kamu sudah menjual rumah mereka tanpa ijin!” ancamnya.Nafas keduanya memburu seperti banteng, Dea yang dipenuhi dengan amarah sedangkan Levi ketakutan karena adiknya mengetahui rahasia terbesar.Kedua mata mereka beradu tajam. Dea menatap kakaknya dengan dingin, namun ada banyak kemarahan yang tersimpan di dalamnya.“B-baik! Lepaskan cengkeramanmu Dea,” pinta Levi gagap. Perempuan itu segera melepas cengkeramannya.“Hahh...” Levi menghela napasnya yang sempat tercekat. Ia tak menyangka jika hari ini telah tiba, hari dimana ia di ha
Insiden yang ia alami menyebabkan tubuhnya lemas, bahkan ia tak sanggup untuk berjalan.“Dea,” panggil seseorang yang kaget melihat perempuan terduduk di jalanan.Dea mendongakkan kepalanya ke arah seseorang yang memanggilnya. Sosok lelaki bertubuh tinggi namun sedikit kurus itu segera berjongkok.“Are you okay?” tanyanya cemas. Pria itu adalah Andre, teman seinstansi yang notabenya sebagai penggemar dirinya. Yah, Andre menyukai Dea hingga sekarang, bahkan dia mengakui hal itu.Dea hanya mengangguk mendapatkan pertanyaan dari Andre.Tanpa aba-aba, lelaki itu langsung mebopong Dea masuk ke dalam mobil. Mobil Merchendez Benz berwarna hitam yang akan menabrak tubuhnya beberapa waktu lalu.“Sepedaku,” lirih Dea.“Nanti di antar bapak itu,” jawab Andre dengan menunjuk seseorang di depan mobil yang sibuk mengambil semua barang. Beberapa orang lainnya menyingkirkan sepeda motornya di tengah jalanan.Andre meninggalkan Dea sendirian di dalam mobil dan berbicara pada bapak tersebut. Terlihat i
“Maaf Mas, tanpa segaja tadi saya menabrak Dea. Kami baru saja dari rumah sakit,” jelas Andre.Kevin mengernyitkan dahinya, melihat tampilan istrinya yang di penuhi perban dengan baju yang sobek di beberapa bagian. Dengan gesit Kevin segera mengambil alih tubuh istrinya dari Andre.“Bagaimana bisa, kenapa kau tidak hubungiku?” tanya Kevin ketus. Ia tak terima istrinya dilukai oleh lelaki lain. Andre meringis dan menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia tak bisa memikirkan alasan apapun.“Mas aku capek,” keluh Dea yang sudah tidak kuat. Ia tak ingin suaminya berdebat dengan Andre lebih lama lagi.“Mas Andre, tas saya,” pinta Dea dengan tangan yang menengadah menunggu Andre memberikan tasnya.“Oh iya ini.” Andre segera memberikan tas itu pada Dea. Namun, buru-buru di sahut oleh Kevin. Dea tersenyum kaku melihat tingkah suaminya, lalu ia memberikan kode pada Andre untuk segera meninggalkan rumahnya.“Hehe... Kalau begitu saya pamit dulu ya Mas, Dea,” ujar Andre yang melangkah mundur.“Iya
Kepergian Kevin membuat dirinya kesal. Tiba-tiba ponselnya berdering. Dea segera mengangkat telepon itu dengan malas. Meskipun nomor ini tak memiliki nama, tapi Dea tahu jika itu adalah Icha.“Hallo Assalamualaikum,” jawab Dea santai.“Waalaikumsalam Mbak,” ucap Icha yang terdengar meninggi.“Ya ada apa?” tanya Dea to the point, ia tak ingin berlama-lama berbicara dengan wanita murahan seperti Icha.“Kasihan ya kamu...” ucapan Icha ini membuat Dea naik pintam, belum apa-apa ia sudah dikasihani oleh selingkuhan suaminya. Bukan selingkuhan melainkan istri kedua Kevin.“Hahhh... Ya, aku kasihan kenapa?” tanya Dea yang mulai gerah mendengar suara Icha. Ini masih pagi tapi dirinya tiba-tiba mendapat gencaran konflik yang membuat batinnya tertekan.“Kasihan ya, kemarin tidak ditemani suami tercinta padahal posisi lagi sekarat!” ejek Icha.Dea hanya mencebikkan bibirnya, “Ya terus?”“Ya tidak apa-apa sih! Aku hanya kasihan sama kamu aja Mbak, kemarin aku sama Kevin bersenang-senang loh!?” pa
Perkataan perempuan itu sudah terbukti dengan rekaman video dimana Kevin dan Icha sedang melakukan foreplay sebelum melakukan penyatuan. Betapa sakitnya hati Dea melihat setiap adegan yang terpampang jelas dalam cuplikan itu. Suara kenikmatan yang dikeluarkan oleh kedua insan bagaikan petir yang menyambar ke telinganya. Bahkan suaminya dengan gamblang memuji Icha dengan manis.“Kamu lebih jago daripada istriku BABY!” ucap Kevin lembut di dalam video tersebut. Lelaki itu nampak mengecup leher wanita yang sedang terbaring di atas ranjang tanpa sehelai kain pun.“Aargghhhhhh!!!!” Dea frustrasi mendengar perkataan itu. Hatinya benar-benar sakit mendapati suaminya yang memuji perempuan lain.Ia sudah berusaha melayani Kevin dengan penuh kasih, tapi lelaki itu tak pernah puas dengan dirinya. Bahkan Kevin membandingkannya dengan Icha!“Sial*n Kevin! Aku kan balas dendam padamu KEVINNN!!!” teriak Dea histeris.Hatinya sudah merasakan sakit yang luar biasa. Ini adalah keadaan terpuruk yang har
Ia segera menyeka bekas air mata di wajahnya.“Masuk,” ucap Dea.Terlihat Bik Asih yang nongol sembari membawa sarapan untuknya.“Mbak Dea, tadi ada yang kirim sarapan.”“Siapa?”“Andre.” Bik Asih mengatur meja lipat di depan Dea.‘Andre? Kenapa dia sampai mengirimkanku sarapan?’ batin Dea yang penasaran.“Ini sendoknya Mbak.” Perempuan paruh baya itu langsung menyondorkan garpu dan sendok pada Dea.Ketika dia menyelesaikan sarapannya hingga tandas, Dea segera merapikan bekas makanan miliknya sendiri. Lagi-lagi pintunya terketuk dan menyembulkan kepala orang tersayangnya.“Adik,” panggil Nala. Disusul dengan mama mertuanya yang terlihat khawatir. Kevin sempat mengatakan jika Mama akan datang ke rumah.“Ya ampun Sayang!” pekik Rita, mama mertuanya yang berada di belakang Nala.“Bagaimana bisa kamu kecelakaan? Kevin kemana Sayang? Astaga! Lututmu sampai luka seperti ini,” cerocos Mama mertuanya histeris mendapati menantu kesayangannya mendapat musibah.“Aduh, anak Mama bagaimana bisa ka