Insiden yang ia alami menyebabkan tubuhnya lemas, bahkan ia tak sanggup untuk berjalan.“Dea,” panggil seseorang yang kaget melihat perempuan terduduk di jalanan.Dea mendongakkan kepalanya ke arah seseorang yang memanggilnya. Sosok lelaki bertubuh tinggi namun sedikit kurus itu segera berjongkok.“Are you okay?” tanyanya cemas. Pria itu adalah Andre, teman seinstansi yang notabenya sebagai penggemar dirinya. Yah, Andre menyukai Dea hingga sekarang, bahkan dia mengakui hal itu.Dea hanya mengangguk mendapatkan pertanyaan dari Andre.Tanpa aba-aba, lelaki itu langsung mebopong Dea masuk ke dalam mobil. Mobil Merchendez Benz berwarna hitam yang akan menabrak tubuhnya beberapa waktu lalu.“Sepedaku,” lirih Dea.“Nanti di antar bapak itu,” jawab Andre dengan menunjuk seseorang di depan mobil yang sibuk mengambil semua barang. Beberapa orang lainnya menyingkirkan sepeda motornya di tengah jalanan.Andre meninggalkan Dea sendirian di dalam mobil dan berbicara pada bapak tersebut. Terlihat i
“Maaf Mas, tanpa segaja tadi saya menabrak Dea. Kami baru saja dari rumah sakit,” jelas Andre.Kevin mengernyitkan dahinya, melihat tampilan istrinya yang di penuhi perban dengan baju yang sobek di beberapa bagian. Dengan gesit Kevin segera mengambil alih tubuh istrinya dari Andre.“Bagaimana bisa, kenapa kau tidak hubungiku?” tanya Kevin ketus. Ia tak terima istrinya dilukai oleh lelaki lain. Andre meringis dan menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia tak bisa memikirkan alasan apapun.“Mas aku capek,” keluh Dea yang sudah tidak kuat. Ia tak ingin suaminya berdebat dengan Andre lebih lama lagi.“Mas Andre, tas saya,” pinta Dea dengan tangan yang menengadah menunggu Andre memberikan tasnya.“Oh iya ini.” Andre segera memberikan tas itu pada Dea. Namun, buru-buru di sahut oleh Kevin. Dea tersenyum kaku melihat tingkah suaminya, lalu ia memberikan kode pada Andre untuk segera meninggalkan rumahnya.“Hehe... Kalau begitu saya pamit dulu ya Mas, Dea,” ujar Andre yang melangkah mundur.“Iya
Kepergian Kevin membuat dirinya kesal. Tiba-tiba ponselnya berdering. Dea segera mengangkat telepon itu dengan malas. Meskipun nomor ini tak memiliki nama, tapi Dea tahu jika itu adalah Icha.“Hallo Assalamualaikum,” jawab Dea santai.“Waalaikumsalam Mbak,” ucap Icha yang terdengar meninggi.“Ya ada apa?” tanya Dea to the point, ia tak ingin berlama-lama berbicara dengan wanita murahan seperti Icha.“Kasihan ya kamu...” ucapan Icha ini membuat Dea naik pintam, belum apa-apa ia sudah dikasihani oleh selingkuhan suaminya. Bukan selingkuhan melainkan istri kedua Kevin.“Hahhh... Ya, aku kasihan kenapa?” tanya Dea yang mulai gerah mendengar suara Icha. Ini masih pagi tapi dirinya tiba-tiba mendapat gencaran konflik yang membuat batinnya tertekan.“Kasihan ya, kemarin tidak ditemani suami tercinta padahal posisi lagi sekarat!” ejek Icha.Dea hanya mencebikkan bibirnya, “Ya terus?”“Ya tidak apa-apa sih! Aku hanya kasihan sama kamu aja Mbak, kemarin aku sama Kevin bersenang-senang loh!?” pa
Perkataan perempuan itu sudah terbukti dengan rekaman video dimana Kevin dan Icha sedang melakukan foreplay sebelum melakukan penyatuan. Betapa sakitnya hati Dea melihat setiap adegan yang terpampang jelas dalam cuplikan itu. Suara kenikmatan yang dikeluarkan oleh kedua insan bagaikan petir yang menyambar ke telinganya. Bahkan suaminya dengan gamblang memuji Icha dengan manis.“Kamu lebih jago daripada istriku BABY!” ucap Kevin lembut di dalam video tersebut. Lelaki itu nampak mengecup leher wanita yang sedang terbaring di atas ranjang tanpa sehelai kain pun.“Aargghhhhhh!!!!” Dea frustrasi mendengar perkataan itu. Hatinya benar-benar sakit mendapati suaminya yang memuji perempuan lain.Ia sudah berusaha melayani Kevin dengan penuh kasih, tapi lelaki itu tak pernah puas dengan dirinya. Bahkan Kevin membandingkannya dengan Icha!“Sial*n Kevin! Aku kan balas dendam padamu KEVINNN!!!” teriak Dea histeris.Hatinya sudah merasakan sakit yang luar biasa. Ini adalah keadaan terpuruk yang har
Ia segera menyeka bekas air mata di wajahnya.“Masuk,” ucap Dea.Terlihat Bik Asih yang nongol sembari membawa sarapan untuknya.“Mbak Dea, tadi ada yang kirim sarapan.”“Siapa?”“Andre.” Bik Asih mengatur meja lipat di depan Dea.‘Andre? Kenapa dia sampai mengirimkanku sarapan?’ batin Dea yang penasaran.“Ini sendoknya Mbak.” Perempuan paruh baya itu langsung menyondorkan garpu dan sendok pada Dea.Ketika dia menyelesaikan sarapannya hingga tandas, Dea segera merapikan bekas makanan miliknya sendiri. Lagi-lagi pintunya terketuk dan menyembulkan kepala orang tersayangnya.“Adik,” panggil Nala. Disusul dengan mama mertuanya yang terlihat khawatir. Kevin sempat mengatakan jika Mama akan datang ke rumah.“Ya ampun Sayang!” pekik Rita, mama mertuanya yang berada di belakang Nala.“Bagaimana bisa kamu kecelakaan? Kevin kemana Sayang? Astaga! Lututmu sampai luka seperti ini,” cerocos Mama mertuanya histeris mendapati menantu kesayangannya mendapat musibah.“Aduh, anak Mama bagaimana bisa ka
Ketika sudah menemukan nomor itu, Dea segera menekan ikon telepon. Nino adalah salah satu sahabat suaminya yang sangat dekat. Dea sangat tau jika Kevin sering berkeluh kesah pada lelaki itu, karena tak jarang Nino memberikan nasihat padanya soal suaminya. Kepercayaan Kevin pada lelaki itu sering membuat Dea cemburu, karena ia merasa gagal menjadi seorang istri yang baik. Suaminya lebih percaya mengeluarkan unek-uneknya pada orang lain ketimbang dirinya. Tutt... Tutt... Tut... butuh waktu yang cukup lama menunggu jawaban dari panggilannya. Dea bahkan harus mengulang panggilan itu kembali karena tak kunjung mendapatkan jawaban. Ketika telepon ketiga, “Hallo assalamualaikum,” salam Nino di seberang telepon. “Waalaikumsalam Mas Nino,” jawab Dea. “Ada apa Dea?” tanya Nino yang kebingungan tiba-tiba istri temannya menelpon. “Aku mau nanya sesuatu Mas, kemarin malam Mas Nino dan Kevin nongkrong dimana?” tanya Dea. “Aku tidak nongkrong De,” jawab Nino. Namun, tiba-tiba hening. “Eh! Kemar
Kevin langsung mengambil ponselnya di saku karena merasakan getaran yang tak henti sedari tadi. “Ini dia, kau ingin bicara dengannya? Kau bisa bicara dengannya,” ucap Kevin yang mengangkat telepon dari sahabatnya, “Hallo, Nino?” “Dea tahu segalanya. Aku tidak memberitahunya,” jawab Nino di seberang telepon. Kevin terdiam mendengar ucapan Nino. “Kevin? Hallo?” panggil Nino panik. Kevin langsung menutup telepon itu, raut wajahnya tampak kaget. Derai air mata membanjiri pipi mulus Dea, ia merapatkan kelopak matanya menahan rasa sakit di dalam hatinya. Tangannya meremas bedcover yang menutupi setengah tubuhnya. Ia serasa ingin mengamuk melihat suaminya. Sedangkan Kevin hanya mampu menatap istrinya tanpa sepatah katapun. “Kau tak ingin aku berbicara dengannya?” tanya Dea pada Kevin, alisnya berkerut dengan mata yang menyiratkan rasa kecewa. Mulut Kevin enggan terbuka. Lelaki itu merasakan jika pertengkaran ini akan berjalan dengan hebat. Berdesir rasa takut di dalam hatinya. Apalagi
Setiap kata yang keluar dari mulut lelaki tersebut terasa seperti anak panah yang menghujam tubuhnya. Perih sakit menjadi satu kesatuan.“Aku tidak tidur dengannya!” sanggah Kevin yang tak mau disalahkan.“Tidak. Tapi kau menginginkannya bukan?” Dea merasa tak percaya dengan ucapan suaminya. Ia jelas-jelas tau jika Kevin telah bersenggama dengan Icha.“Tidak!” tolak Kevin yang tak setuju dengan pertanyaan istrinya.“Omong kosong. Apakah dia lebih cantik dariku?” Kini Dea mulai membandingkan dirinya dengan selingkuhan suaminya. Pada kenyataannya Icha termasuk wanita cantik yang populer di kalangan pria. Memiliki tubuh semok dengan paras rupawan jelas membuat banyak pria terpincut ingin memilikinya.“Tidak!” Kevin mendekat dan langsung menggenggam tangan istrinya. Dengan cepat Dea menyibakkan tangan suaminya.“Pembohong!”“Tidak Dea!” Kevin berusaha meyakinkan istrinya. Pemikiran yang terlintas di kepala Dea itu salah. Dea beringsut turun dari ranjang, merasa jijik berdekatan dengan Kev