Icha sudah menyambut Kevin di teras rumah. Kevin yang baru sampai segera memarkirkan motor dan membuka helm. Rambutnya yang acak-acaranya ia rapikan sebentar."Mas..." panggil Icha dengan nada yang berliuk manja. Ia segera memeluk suaminya dengan erat. "Akhirnya kita ketemu lagi." Ia memamerkan binaran mata dan sedikit tubuhnya.Kevin menghela napas, kekesalannya sulit dibedakan. Bahkan lelaki itu mendorong istrinya agar menjauh."Eh, wajahmu kenapa?" tanya Icha ketika menyadari lebam di wajah suaminya."Bukan urusanmu," jawab Kevin menelisik penampilan Icha dari atas sampai bawah. Wanita itu tersenyum. lebar saat menyadari suaminya tengah memperhatikan tubuhnya. Ia sengaja berdandan secantik mungkin untuk pertemuan sore ini. Bahkan ia sampai memegang dadanya karena kewalahan mengatur detak jantungnya yang tak karuan.Namun suasana yang hangat segera terpecah saat ia menyadari ada seseorang yang memperhatikan ya dari kejauhan. Dia bahkan menghela napasnya dengan melirik ke orang terse
Karena Icha tak kunjung menjawab, Kevin pun langsung mengambil ponsel wanita itu. Ia menarik jari telunjuk istrinya secara beringas. "Mas!" ronta Icha. Sayangnya dia tak berdaya melawan suaminya yang sedang kesetanan. Hal pertama yang Kevin cari adalah e-money yang ada di ponsel tersebut. Ia mendapati beberapa aplikasi Mobile Banking yang terinstal. Dengan penuh nafsu ia membuka aplikasi tersebut."Berapa?!" bentak Kevin. Sekali lagi dia membuat Icha kelimpungan."150323." Icha menjawabnya dengan tergagap. Kebengisan Kevin membuatnya takut setengah mati. Di dalam aplikasi itu tertera 22 juta rupiah. Tanpa pikir panjang Kevin menguras rekening istri sirinya tanpa sisa. "Sandi!" teriaknya memekik telinga Icha. Wanita itu bahkan sampai menutup kedua telinganya dengan kedua tangan. Namun Kevin segera menarik salah satu tangannya."Berapa sandinya!?" Lelaki itu sudah tidak sabar menghadapi keleletan Icha."Tidak mau!""JAWAB!""Tidak mau Mas!" bentak Icha yang langsung menjauhkan diri dar
Kevin menatap nasibnya selama perjalanan menuju rumah. Rekeningnya sudah kosong, darimana dia mendapatkan uang puluhan juta dalam waktu 2 jam? Tangannya seakan lemas ketika menarik stang motor. Dia bahkan berkali-kali mendapat belum dari pemotor lain karena jalannya lelet."Huft..." helanya ketika sampai di rumah. Mobil orangtuanya terparkir rapi di halaman. Ia segera memasukkan motor ke garasi dan mendekati kericuhan di dalam rumah.Nampak Dea sedang menyandarkan kepala di pundak mamanya. Rita memeluk tubuh menantunya penuh sayang. Dan Gito duduk di samping Rita menonton film di televisi."Assalamualaikum, " salam Kevin. "Waalaikumsalam, " jawab ketiga orang tersebut."Cepat mandi baumu sampek sini, jorok. Makan malammu ada di meja makan, cari aja sendiri, " perintah Rita dengan salah satu tangan menutup hidung."Iya Ma." Kevin menatap istrinya yang masih bersandar pada mamanya. Mereka saling menatap tetapi tak ada suara keluar dari mulut keduanya. Perlahan Kevin meninggalkan ruang
Kevin langsung menggelengkan kepala sembari tersenyum. "Tidak. Ayo masuk," ucap lelaki itu yang langsung menggandeng istrinya. Dea nurut dan mengikuti Kevin. Mereka menuju makan. "Temani Mas ya," pinta Kevin dengan mendudukkan istrinya perlahan."Biar aku siapkan Mas." Wanita itu mengambil piring dan sendok. Kevin memperhatikan gerakan gesit istrinya dalam diam. Rasanya sangat senang karena ia mendapat perlakuan manis dari Dea."Adik nggak makan lagi?" "Tidak. Adik masih kenyang.""Udah minum obat?" Dea menganggukkan kepala dan menjawab, "udah."Senyum tipis hadir di wajah lelaki itu. "Tadi di sekolahan gimana?""Biasa aja.""Mama nggak ngerepotin?""Tidak. Justru makin seru karena ada Mama. Banyak rekan kerjaku yang suka sama Mama." Nampak ekspresi antusias tercetak di wajah istrinya. Kevin sangat lega mendengar jawaban tersebut."Oh... syukurlah kalau begitu.""Segini cukup?" tanya Dea sembari menyodorkan piring ke suaminya."Cukup.""Selamat makan Mas.""Selamat makan," sahutan
Tepukan tangan tersebut berhasil mengejutkan kedua orang yang berada di dalam kamar. Kevin yang sebelumnya memijit tubuh istrinya langsung mematung. Dan Dea yang terpejam menikmati tekanan lembut dari suaminya langsung membuka kedua netranya. Wanita paruh baya yang Dea minta untuk segera pulang kini sudah tiba. Dia tersenyum sinis menatap putranya yang sedang gelagapan seperti ketahuan mencuri. Sedangkan Dea tersenyum tipis mendapati kehadiran mertuanya di waktu yang tepat."Bagus!" Rita masih menepuk tangannya dengan girang karena berhasil menangkap basah pencuri. "Bisa-bisanya kamu meminta uang pada putriku yang sedang sakit.""T-tidak Ma." Kevin langsung berdiri dan menjauh dari istrinya."30 juta? Kenapa kamu meminta uang sebanyak itu pada Dea?" interograsi Rita memojokkan Kevin.Putranya semakin menepi ke pojok karena mamanya menekan dengan langkah yang semakin mendekat."Jawab!" seru Rita yang seirama dengan masuknya Gito. Suasana semakin menegang karena lelaki paruh baya ters
"Selama ini Kevin belum memberikan laba cafe ke Dea. Kevin hanya memberikan ke Icha. Tapi Icha menghabiskan semua uang itu tanpa sisa, sekarang Kevin menanggung hutang 60 juta ke Nino dan beberapa gaji karyawan. Kevin sudah mengambil 30 juta dari Icha, tinggal 30 juta lagi." Kevin menjawab itu dengan menundukkan kepala. Rasanya sangat malu mengakui hal yang ia sembunyikan dari lama. Apalagi cafe ini sengaja ia rahasiakan agar bisa bersenang-senang tanpa diketahui keluarganya. Semuanya hancur karena istri sirinya. Dan selama ini istri sahnya belum merasakan hasil cafe yang ia bangun.Rita menghela napas lalu berucap. Tangannya mengepal erat karena rasa kesal bergelora di hatinya. "Selesaikan masalahmu sendiri, jangan minta sepeserpun pada Dea. Apalagi selama ini kamu tidak memberikan sedikitpun uang itu padanya."Mata Kevin melebar. "Tapi Ma. Ini urgent banget. Nino memberikan tenggat waktu sampai jam 8." Ia melirik jam analog yang terpatri di dinding. Dan betul saja, sudah jam 8 tepat
Suasana langsung sunyi saat Gito mengajukan persyaratan. Kevin menatap istrinya dengan dalam, begitu pula Dea. Pikirannya melayang tak menentu mencari keputusan atas pertanyaan papanya. Hingga akhirnya saliva yang terkumpul di mulutnya segera ia telan lalu berucap."Iya. Cafenya aku serahkan ke Dea."Beban dalam hati langsung hilang begitu saja ketika ia menjawab pengajuan papanya."Sekarang buat perjanjian di atas kertas terlebih dahulu."Kevin menganggukkan kepala dan berdiri mengambil secarik kertas beserta materai untuk dibubuhi tanda tangan mereka. Dengan adanya materai tersebut, perjanjian dianggap sah.Kevin menulis sesuai arahan Gito. Dea mengamatinya dalam diam sembari memilin jari jemarinya.Ada banyak narasi yang berputar di kepala wanita itu. "Tanda tangan di sini Dik," tunjuk Kevin kepada istrinya. Wanita itu sempat menatap kedua mertuanya bergantian. Gito dan Rita memberi anggukan agar ia segera menandatangani surat perjanjian sekaligus penyerahan cafe padanya."Beneran
"Sebenarnya apa yang kamu lakukan dengan semua uang itu?" tanya Nino pada adiknya. Perasaannya sudah dongkol seharian karena memikirkan masalah yang dibuat Nina. Dia yang tidak tau apapun tiba-tiba harus menanggung akibat dari perbuatan wanita itu."Aku berinvestasi ke bisnis Bimo tanpa sepengetahuan Mas Levi. Uangnya belum balik, tapi Mas Levi sedang butuh cepat," jawab Nina dengan menundukkan kepala. Dia tidak tau harus pergi ke mana mencari uang sebanyak itu. Ditambah suaminya mengatakan jika besok akan mengembalikan sebagian harta Dea yang mereka pakai."Levi butuh buat apa?"Adiknya hanya bisa menggigit bibir. Ia kesulitan mengeluarkan jawaban atas pertanyaan kakaknya. " Jawab.""Untuk mengganti uang Dea."Nino tak menanyakan lebih lanjut soal itu. Tetapi ada satu nama yang membuatnya penasaran."Terus kamu pakai uang itu buat investasi ke Bimo?"Nina menganggukkan kepala."Hahh..." Nino menghela napasnya panjang. "Sebenarnya Bimo itu siapa? Kenapa kalian sering terlihat bersama